Dikenal Sebagai Penyakit Silent Killer, Kenali Gejala hingga Penanganan Hipertensi
Hipertensi dikenal sebagai "silent killer" karena sering tanpa gejala, berikut gejala, penyebab, hingga penanganan Hipertensi.
TRIBUNNEWS.COM - Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah dalam pembuluh arteri berada di atas normal dalam jangka waktu lama.
Tekanan darah normal berada di kisaran 120/80 mmHg, dan seseorang dinyatakan menderita hipertensi jika tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan/atau diastolik lebih dari 90 mmHg, dalam dua kali pengukuran berbeda.
Dikutip dari Kementerian Kesehatan RI, penyakit hipertensi ini sering disebut sebagai "silent killer".
Menurut dr. Rizki Trismimanda dan dr. Fhathia Avisha dari RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, hal ini dikarenakan gejala hipertensi sering kali tidak terasa hingga banyak orang tidak menyadari kondisinya.
Tanpa disadari, secara perlahan muncul komplikasi dan dapat merusak organ vital seperti jantung, ginjal, otak, dan mata.
Lantas, apa saja gejala Hipertensi?
Gejala Hipertensi
Hipertensi yang berlangsung dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ vital (disebut Hypertension-Mediated Organ Damage), seperti jantung, otak, ginjal, pembuluh darah, dan mata.
Gejala hipertensi sering kali tidak muncul pada tahap awal, sehingga penderita tidak menyadarinya.
Jika tekanan darah terus meningkat dan mulai memengaruhi organ tubuh, beberapa gejala berikut dapat dirasakan:
Baca juga: 6 Cara Efektif Menurunkan Risiko Hipertensi, Terapkan Gaya Hidup Sehat dan Batasi Konsumsi Garam
- Cepat lelah dan sesak napas, terutama saat beraktivitas
- Pembengkakan pada ekstremitas (tangan dan kaki)
- Frekuensi buang air kecil menurun
- Penglihatan mulai kabur
- Nyeri pada tungkai, terutama saat beraktivitas
Jika terjadi lonjakan tekanan darah secara mendadak (krisis hipertensi), penderita dapat mengalami beberapa gejala seperti:
- Sakit kepala hebat
- Penurunan kesadaran
- Kejang
- Lemah atau mati rasa di salah satu sisi tubuh
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Penglihatan kabur
- Penurunan jumlah urine
- Jantung berdebar kencang
Kondisi ini dapat mengancam nyawa dan menyebabkan kerusakan organ secara cepat jika tidak segera ditangani.
Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder.
Sekitar 90 persen penderita hipertensi tergolong dalam hipertensi primer, sedangkan 10 persen sisanya tergolong hipertensi sekunder.
Hipertensi primer adalah jenis hipertensi yang penyebabnya belum diketahui secara pasti.
Hipertensi sekunder biasanya disebabkan oleh kondisi medis tertentu seperti penyakit ginjal kronis, kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan hormon, kelainan kelenjar tiroid, obstructive sleep apnea, dan penggunaan obat-obatan tertentu.
Terdapat berbagai faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami hipertensi, seperti:
- Faktor genetik
- Usia lanjut
- Obesitas
- Konsumsi makanan tinggi garam
- Kurangnya aktivitas fisik (sedentary lifestyle)
- Merokok
- Konsumsi alkohol berlebihan
Baca juga: Banyak yang Salah Kaprah, Obat Darah Tinggi Justru Kurangi Risiko Gangguan Irama Jantung
Penanganan Hipertensi
Penanganan hipertensi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah sekaligus mencegah kerusakan pada organ penting seperti ginjal, jantung dan otak.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama, tanpa deteksi dini dan tanpa penanganan yang optimal, dapat secara signifikan meningkatkan risiko kerusakan pada organ target.
Penanganan hipertensi dapat dilakukan melalui modifikasi gaya hidup serta penggunaan obat-obatan antihipertensi.
Penggunaan obat biasanya dimulai apabila tekanan darah tetap di atas 140/90 mmHg, meskipun pasien telah menjalani perubahan gaya hidup selama 3–6 bulan.
Namun, obat dapat diberikan lebih awal jika pasien memiliki risiko kardiovaskular yang tinggi.
Penyakit kardiovaskular (PKV) merupakan kelompok penyakit yang menyerang jantung dan pembuluh darah, dan dikenal sebagai penyebab kematian utama di seluruh dunia.
Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal atau kombinasi obat yang cocok, tergantung pada tingkat keparahan dan respon penderita terhadap obat.
Setiap jenis obat antihipertensi memiliki mekanisme kerja yang berbeda dalam membantu menurunkan tekanan darah.
Dokter akan menentukan jenis dan dosis obat berdasarkan kondisi individu, riwayat kesehatan, serta kemungkinan efek samping.
(Tribunnews.com/Latifah)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.