Senin, 29 September 2025

Dokter Spesialis THT: Sound Horeg Picu Risiko Pendengaran Rusak Permanen

Kemampuan telinga manusia memiliki batas dalam menangkap suara. Jika batas dilampaui, kerusakan pendengaran tidak selalu dapat pulih.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Youtube Lek Nur Kholies
SOUND HOREG - Karnaval sound horeg di Gabus, Pati, Jawa Timur, belum lama ini. Kementerian Agama (Kemanag) mengingatkan pentingnya menjaga ketertiban sosial dan tidak menciptakan gangguan bagi masyarakat sekitar menanggapi adanya fenomena sound horeg. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Fenomena “sound horeg” atau musik dengan suara sangat keras dari speaker besar kini marak di berbagai acara hiburan. 

Meski terdengar menyenangkan bagi sebagian orang, paparan suara keras dalam waktu lama ternyata dapat membahayakan telinga dan berisiko menyebabkan gangguan pendengaran permanen.

Dokter spesialis telinga, hidung, tenggorok, bedah kepala dan leher RS Pondok Indah, dr. Ashadi Budi, Sp.T.H.T.B.K.L, menjelaskan bahwa kemampuan telinga manusia memiliki batas dalam menangkap suara. 

Baca juga: Sosok Memed, Operator Sound Horeg Dijuluki Thomas Alva Edi Sound, Ngaku Kurang Tidur

Jika batas tersebut dilampaui, kerusakan pendengaran bisa terjadi dan tidak selalu dapat pulih.

"Semakin keras suara kita dengarkan, semakin lama akan berisiko rusak pendengaran. Dan jangan salah, kerusakan pendengaran bisa permanen," ujarnya dalam media diskusi di Jakarta, Selasa (29/7/2025).

Ambang Batas Kenyamanan Telinga

Menurut dr. Ashadi, telinga manusia mulai merasa tidak nyaman pada intensitas suara 120 desibel, seperti speaker besar yang ditempelkan langsung ke telinga. 

Suara pada level ini sangat berisiko merusak pendengaran, apalagi jika durasinya lama.

Penelitian menunjukkan bahwa paparan suara 80 desibel selama sekitar 10 jam secara terus-menerus bisa memicu penurunan fungsi pendengaran. 

Suara konsisten, seperti mesin industri atau perangkat hiburan dengan volume tinggi, lebih berbahaya dibanding percakapan biasa yang intensitasnya naik turun.

“Kalau yang paling repot itu adalah suara mesin. Suara mesin itu kan yang konsisten. Jadi itu aja keras terus tuh. Nah, kalau misalnya diberikan sekian desibel selama sekian waktu, itu berisiko menurunkan pendengaran,” terangnya.

Musik dan Earphone Juga Berisiko

Meski banyak orang menyadari bahaya suara mesin, tak sedikit yang mengabaikan risiko musik keras. 

Padahal, mendengarkan musik dengan volume tinggi melalui earphone atau speaker besar dalam durasi lama juga berpotensi merusak telinga.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan