Sabtu, 4 Oktober 2025

Kesehatan

Balita Konsumsi Susu Kental Manis, Waspada Dampak Kesehatannya saat Dewasa

Sebelumnya, mayoritas orang tua mengira kental manis adalah susu biasa yang aman dikonsumsi anak.

Pexels/Tima Miroshnichenko
ANAK MINUM SUSU - Ilustrasi anak minum susu yang diunduh dari Pexels pada Jumat (18/7/2025)Sebanyak 72 pasang orang tua dan balita  dari tiga daerah mengikuti pertemuan mingguan guna mengetahui perkembangan dan hambatan yang dialami orang tua. Pertemuan diisi  berbagai kegiatan interaktif, seperti edukasi tentang makanan aman untuk balita, alternatif pengganti kental manis, hingga pelatihan memasak memanfaatkan bahan di sekitar yang mudah dijangkau. Sebelumnya, mayoritas orang tua mengira kental manis adalah susu biasa yang aman dikonsumsi anak. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konsumsi susu kental manis (SKM) pada balita masih menjadi momok kesehatan di masyarakat.

Kebiasaan itu dikhawatirkan berdampak pada kesehatan anak saat dewasa

Majelis Kesehatan (Makes) PP Aisyiyah baru saja selesai melakukan program pendampingan gizi di tiga wilayah yakni Pamijahan, Kabupaten Bogor; Muaro Jambi; dan Kupang.

Selama dua bulan dari Mei hingga Juni kader memberikan pendampingan dan memantau pola makan anak.

Koordinator Divisi Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat MaKes PP Aisyiyah, Dr. dr. Ekorini Listiowati, MMR., mengatakan program ini untuk mengubah kebiasaan konsumsi kental manis pada balita.

Selain itu, diharapkan penerima manfaat juga sudah terbiasa dengan konsumsi makanan sehat.

“Harapannya masyarakat yang sudah merasakan manfaat dari pendampingan ini melakukan replikasi, atau menyampaikan ke keluarga lain,” kata Ekorini dikutip di Jakarta, Kamis (17/7).

Sebanyak 72 pasang orang tua dan balita  dari tiga daerah mengikuti pertemuan mingguan guna mengetahui perkembangan dan hambatan yang dialami orang tua.

Pertemuan diisi  berbagai kegiatan interaktif, seperti edukasi tentang makanan aman untuk balita, alternatif pengganti kental manis, hingga pelatihan memasak memanfaatkan bahan di sekitar yang mudah dijangkau.

Sebelumnya, mayoritas orang tua mengira kental manis adalah susu biasa yang aman dikonsumsi anak.

Kesalahan konsumsi ini berlangsung bertahun-tahun.

Baca juga: RI Perlu Pertimbangkan Strategi Pengurangan Bahaya Tembakau Sebagai Pengendalian Rokok Nasional

“Karena dipikir itu susu, kan dulu bahkan ada nyanyinya susu enak hingga tetes terakhir,” ujar Ance, salah satu peserta pendampingan asal kota Kupang.

Semangat kader menjadi kunci dalam mengubah kesalahpahaman tersebut.

Mereka tidak hanya menyampaikan materi edukasi gizi, tetapi juga menjalin komunikasi yang dekat dan membangun kepercayaan.

Oleh karena itu Makes Aisyiyah berharap melalui kegiatan ini, maka semakin banyak masyarakat yang terdampak.

Pakar Kesehatan Universitas Pasundan, dr. Hj. Alma Lucyati, M.Kes., M.Si., MH.Kes., mengapresiasi program pendampingan gizi ini.

Menurutnya, program semacam ini perlu diefektifkan untuk memberikan edukasi secara komprehensif. 

“Saat penyuluhan dilakukan di rumah, edukasi menjadi efektif kepada para orang tua,” tutur Alma.

Lebih lanjut, Ia berharap program seperti ini dapat dicontoh dan direplikasi agar edukasi pola makan yang tepat dan aman semakin menjangkau masyarakat.

Sebab, ia melihat tren penyakit pada anak saat ini cukup mengkhawatirkan. Banyak anak mulai terkena penyakit yang umumnya menyerang usia dewasa.

“Jangan heran jika sekarang cuci darah mulai banyak dialami usia muda. Pola makan anak sejak dini sangat menentukan masa depannya,” tegas Alma.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved