Sabtu, 4 Oktober 2025

Kemenkes Soroti Gaya Hidup Remaja: Jarang Makan Sayur dan Buah Serta 'Mager'

Perempuan yang disapa Novi ini menuturkan, remaja kini lebih suka makanan serba praktis.

TRIBUNPEKANBARU.COM/ALEX
KURANG MAKAN BUAH DAN SAYUR - Pedagang sayur dan buah di Jalan Kartama Pekanbaru. Direktur Promosi Kesehatan dan Kesehatan Komunitas Kemenkes RI, dr Elvieda Sariwati, M.Epid mengungkapkan hanya 4,7 persen masyarakat Jakarta yang cukup mengonsumsi buah dan sayur. Kemudian, sekitar setengah penduduk Jakarta juga kurang gerak aktif, jauh di atas rata-rata nasional. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Promosi Kesehatan dan Kesehatan Komunitas Kementerian Kesehatan RI, dr Elvieda Sariwati, M.Epid mengungkapkan hanya 4,7 persen masyarakat Jakarta yang cukup mengkonsumsi buah dan sayur.

Baca juga: Makan Bergizi Gratis Telan Anggaran Rp 5 Triliun di Semester I 2025

Kemudian, sekitar setengah penduduk Jakarta juga kurang gerak aktif, jauh di atas rata-rata nasional. 

"Angka ini menunjukkan dukungan praktis untuk memperluas kebiasaan hidup sehat sangat dibutuhkan, terutama di kalangan remaja," tutur dia belum lama ini.

Kemenkes didukung United Nations World Food Programme (WFP) serta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta pun menggelar kegiatan 'Si Paling Megang – Menyala dengan Gerak dan Gizi Seimbang' di Tebet Eco Park, Jakarta, baru-baru ini.

Kampanye nasional ini merupakan bagian dari program nasional Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan  telah menjangkau jutaan remaja Indonesia sepanjang tahun 2025. 

Deputy Country Director WFP Indonesia Jaakko Valli menambahkan, pihaknya bangga dapat mendukung prioritas nasional ini dengan melibatkan keahlian global di bidang gizi.

"Investasi kesehatan anak muda penting dalam membangun generasi emas 2045," tutur Valli.

Sebanyak 500 remaja dan anak muda dari berbagai sekolah, universitas, dan komunitas di Jakarta dan sekitarnya hadir dalam kegiatan seperti jalan santai, bincang inspiratif hingga layanan Cek Kesehatan Gratis (CKG) serta konseling dan edukasi. 

Baca juga: Golkar Apresiasi Semakin Banyaknya Anak Muda yang Peduli Isu Lingkungan

Kegiatan ditutup dengan komitmen bersama untuk memperluas jangkauan kampanye ke lebih banyak daerah di tahun mendatang. Dalam sesi bincang inspiratif dihadirkan ahli gizi Anugrah Novianti.

Ia menuturkan, remaja masa kini cenderung suka konsumsi makanan enak, praktis dan mengenyangkan. "Padahal makan itu bukan hanya asal enak dan mengenyangkan. Makan harus ​ada nutrisi untuk tubuh, makanan sumber energi tubuh," ungkap dia.

Perempuan yang disapa Novi ini menuturkan, remaja kini lebih suka makanan serba praktis. Kecenderungan ini disebabkan karena pola makan sekeluarga hingga menjamurnya makanan dan minuman yang dijual di pasaran.

Sayangnya, makanan dan minuman itu biasanya tidak disertai dengan label gizi.

Baca juga: Anggota DPR Erna Sari Dewi: Program Makan Bergizi Gratis Harus Dorong Industri Nasional, Bukan Impor

"Makanan dan minuman yang tanpa label ini tidak bisa dikontrol nilai dan komposisi gizi, tidak tahu apa yang digunakan," kata Novi.

Novi berharap, orang tua bisa menjadi contoh bagi remaja. Selain stunting Indonesia menghadapi juga balita kurang gizi (wasting), obesitas pada usia dewasa (≥ 18 tahun), dan Kekurangan gizi mikro seperti kekurangan zat besi/anemia.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved