Stunting di Indonesia
Angka Stunting Nasional 2024 Turun Jadi 19,8 Persen, Menkes Klaim Melebihi Target RPJMN
Persentase tersebut melampaui target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang ditetapkan Bappenas sebesar 20,1 persen.
Penulis:
Reza Deni
Editor:
willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa prevalensi stunting nasional pada tahun 2024 berhasil turun di bawah 20 persen, yakni mencapai 19,8 persen. Budi mengatakan persentase tersebut melampaui target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang ditetapkan Bappenas sebesar 20,1 persen.
Baca juga: Waspada! Banyak Camilan Anak Kandungan Gizinya Tidak Jelas, Berpotensi Picu Stunting
“Memang hasil stunting tahun 2024, tahun terakhir dari pemerintahan kita berhasil menembus di bawah 20 persen (19,8 persen) untuk pertama kali," ujar Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (1/7/2025).
Budi memaparkan bahwa jumlah balita yang teridentifikasi mengalami stunting pada 2024 sebanyak 4.482.340 anak. Tren penurunan tersebut, dikatakan Budi, terjadi setelah sempat stagnan pada 2023, tetapi berhasil ditekan kembali berkat penyerapan yang baik pada program Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
"Pada 2024 jadi menurun dan ini lebih baik dari target RPJMN Bappenas. Diharapkan di 2025 kita bisa capai target 18,8 persen," ujar dia.
Budi memaparkan bahwa sejak tahun 2023, pihaknya juga mulai mengubah pendekatan strategi. “Karena kalau kita hanya kejar yang prevalensinya tinggi seperti Sulawesi Barat, NTT, Papua Barat Daya, tapi tidak kejar yang nominalnya tinggi, enggak akan turun angka stunting nasional,” kata Budi.
Dia memberi contoh soal keberhasilan penurunan signifikan di Jawa Barat hingga 5,8 persen, yang menjadi faktor utama penurunan angka nasional 2024. "Strategi kita memang memperhatikan daerah-daerah dengan jumlah kasus stunting tinggi seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Utara," jelasnya.
Adapun empat provinsi besar lainnya yang juga menjadi fokus Kemenkes adalah Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.
Diketahui, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melalui Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) umumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024.
Baca juga: Program Penanganan Stunting PalmCo Jangkau 1.100 Anak di 8 Provinsi
Survei nasional yang menjadi rujukan utama dalam upaya percepatan penurunan stunting ini mencatat penurunan prevalensi stunting nasional, dari 21,5 persen pada 2023 menjadi 19,8 persen pada 2024.
“Target ini tidak mudah, tapi cukup menantang untuk dikejar. Dari angka 21,5 persen di 2023, kita harus turun ke 14,2 persen di 2029, artinya kita harus menurunkan sekitar 7,3 persen dalam lima tahun,” kata Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan resmi, Selasa (27/5/2025) lalu.
Lebih lanjut ia juga mengapresiasi kerja keras lintas kementerian, lembaga, dan pemangku kepentingan yang telah mendukung capaian positif di tahun 2024. “Target kita tahun lalu adalah 20,1 persen, dan alhamdulillah hasil survei menunjukkan 19,8 persen. Artinya, kita berhasil melampaui target sebesar 0,3 persen,” ujarnya.
Namun, ia mengingatkan bahwa tantangan masih besar. Target penurunan stunting pada 2025 adalah 18,8 persen, yang membutuhkan upaya lebih keras dan kolaborasi lebih erat.
Terutama di enam provinsi dengan jumlah balita stunting terbesar, yaitu Jawa Barat (638.000 balita), Jawa Tengah (485.893 balita), Jawa Timur (430.780 balita), Sumatera Utara (316.456 balita), Nusa Tenggara Timur (214.143 balita), dan Banten (209.600 balita).
“Kalau enam provinsi ini bisa kita turunkan 10 persen, maka secara nasional kita bisa turun 4–5 persen. Karena 50 persen anak stunting ada di enam daerah ini,” tegas Menteri Budi Gunadi Sadikin.
Baca juga: Menuju Indonesia Emas 2045: Gizi Ibu dan Anak Jadi Fondasi Cegah Stunting
Strategi penting lainnya adalah memastikan intervensi sejak masa pra-kelahiran, dengan fokus pada 11 intervensi spesifik di sektor kesehatan, khususnya untuk remaja putri dan ibu hamil.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.