Perlukah Anak Diberi Suplemen Probiotik? Ini Penjelasan Dokter Anak
Untuk anak yang sehat, tumbuh kembang baik, dan tidak memiliki keluhan pencernaan, pemberian suplemen probiotik tidak menjadi keharusan
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Eko Sutriyanto

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Belakangan, makin banyak orang tua yang rutin memberikan suplemen probiotik kepada anak meski tidak ada keluhan kesehatan tertentu.
Namun, apakah semua anak memang memerlukan probiotik?
Dokter Spesialis Anak, dr Melia Yunita MSc SpA, menegaskan bahwa tidak semua anak membutuhkan suplemen probiotik, terlebih jika anak dalam kondisi sehat.
“Sebenarnya, semua kebutuhan anak itu harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing,” ujar dr. Melia saat ditemui di kawasan Jakarta, Minggu (22/6/2025).
Menurut dr. Melia, pada kasus tertentu seperti bayi prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah, atau bayi yang dirawat di NICU, pemberian probiotik memang menjadi bagian dari prosedur medis standar tanpa perlu permintaan dari orangtua.
Baca juga: Manfaat Probiotik dalam Susu Fermentasi, Tingkatkan Imun dan Berkontribusi untuk Kesehatan Mental
Namun untuk anak yang sehat, tumbuh kembang baik, dan tidak memiliki keluhan pencernaan, pemberian suplemen probiotik tidak menjadi keharusan.
“Kalau anaknya baik-baik saja, tumbuh kembangnya oke, saluran cernanya juga tidak ada masalah, sebenarnya tidak ada panduan medis yang mewajibkan pemberian probiotik,” jelasnya.
Probiotik Tak Bisa Digeneralisasi
Lebih lanjut, dr. Melia menjelaskan bahwa tidak semua probiotik memiliki fungsi yang sama. Setiap probiotik terdiri dari strain, spesies, dan dosis berbeda yang memiliki efek spesifik terhadap kondisi tertentu.
Contohnya, jenis probiotik A bisa bermanfaat untuk mengatasi diare, sementara probiotik B lebih tepat digunakan untuk sembelit.
Memberikan jenis yang tidak sesuai bisa jadi tidak memberikan manfaat apapun.
“Orang tua kadang hanya ikut-ikutan tren. Semua beli probiotik merek B karena lagi hits. Setelah dikasih ke anak, ternyata tidak ada efek apa-apa, padahal sudah mahal,” tutur dr. Melia.
Ia mengingatkan, sebelum memutuskan memberi suplemen, penting untuk mengatasi terlebih dahulu penyebab gangguan kesehatan yang terjadi, dan tidak mengandalkan suplemen sebagai solusi utama.
Daripada mengandalkan suplemen, dr. Melia menyarankan agar kebutuhan probiotik dan prebiotik dipenuhi dari sumber makanan alami.
Bahan-bahan seperti bawang bombay, asparagus, keju, yogurt, dan susu merupakan sumber alami yang mengandung nutrisi baik untuk kesehatan saluran cerna.
Ia juga menekankan pentingnya berkonsultasi dengan dokter anak sebelum memberikan suplemen probiotik secara rutin, apalagi untuk jangka panjang.
“Setiap anak punya kebutuhan berbeda. Jadi daripada mengikuti tren, lebih baik pahami kondisi anak secara menyeluruh dan konsultasikan dengan dokter,” pungkasnya.
Campak Lebih Menular dari Covid-19, IDAI Tegaskan Imunisasi Bukan Sekadar Pilihan, Tapi Hak Anak |
![]() |
---|
Sosok Dokter Piprim Basarah yang Tak Boleh Layani Pasien BPJS di RSCM, Begini Komentar Kemenkes |
![]() |
---|
Kesehatan Mental Rentan Menimpa Remaja, Bisa Jadi Lingkaran Setan Jika Tak Dituntaskan |
![]() |
---|
IDAI Sebut Masa Remaja Paling Rentan: Sering Ambil Keputusan Berdasarkan Emosional |
![]() |
---|
Gangguan Mental Dialami 1 dari 7 Remaja, IDAI Ingatkan Bahaya Beban Akademik dan Media Sosial |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.