Kemenkes: Penyakit IMS Tak Hanya Masalah Kesehatan Pribadi, tapi Juga Kesehatan Masyarakat
Dalam tiga tahun terakhir, kasus infeksi menular seksual (IMS) meningkat, termasuk pada kelompok usia muda.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan dr. Ina Agustina menyebut penyakit infeksi menular seksual (IMS) bukan hanya masalah kesehatan pribadi, melainkan juga masalah kesehatan masyarakat.
"IMS membuka pintu bagi penularan HIV, dan kasus terbanyak terjadi di usia produktif 25-49 tahun, bahkan kini mulai meningkat pada usia remaja 15-19 tahun,” kata Ina di Jakarta dikutip Sabtu (21/6/2025).
Dalam tiga tahun terakhir, kasus IMS meningkat, termasuk pada kelompok usia muda.
Data Kemenkes mencatat 23.347 kasus sifilis pada tahun lalu, mayoritas merupakan sifilis dini (19.904 kasus), dan 77 di antaranya adalah sifilis kongenital, yang menular dari ibu ke bayi.
Gonore juga tercatat tinggi dengan 10.506 kasus, terutama di DKI Jakarta.
Juga infeksi Human papillomavirus (HPV) m yang dapat memicu kanker serviks masih menjadi ancaman serius bagi perempuan, khususnya jika tidak terdeteksi sejak dini.
Dr. Hanny Nilasari dari Departemen Dermatologi dan Venereologi FKUI-RSCM menambahkan IMS dan infeksi saluran reproduksi (ISR) sering kali tidak bergejala, terutama pada perempuan, sehingga kerap terlambat ditangani.
Jika tidak ditangani dengan tepat, IMS bisa menyebabkan komplikasi seperti radang panggul, kehamilan ektopik, bahkan infertilitas.
Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan IMS juga berisiko mengalami kematian neonatal, berat lahir rendah, atau lahir prematur.
Ia menegaskan pentingnya skrining rutin dan perilaku seksual yang aman.
“Tren kejadian IMS dari tahun ke tahun terus meningkat, dan usia penderita makin muda” kata Hanny.
Baca juga: 24 Pekerja di Ponorogo Positif HIV, Terbanyak dari Siman, Satpol PP Lanjut Tes Massal 101 LC di THM
Gejala IMS dapat berupa luka atau lenting di area kelamin, cairan abnormal dari vagina atau penis, gatal atau nyeri saat buang air kecil, pembengkakan kelenjar di lipat paha, dan ruam di kulit.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan seksual (oral, vaginal, anal), pertukaran cairan tubuh, hingga dari ibu ke anak saat kehamilan atau menyusui.
Kampanye pencegahan juga terus digalakkan melalui pendekatan “ABCDE”: Abstinence (tidak berhubungan seksual sebelum menikah), Be faithful (setia pada satu pasangan), Condom (penggunaan kondom untuk kelompok berisiko), Drugs (tidak menggunakan narkoba), dan Education (edukasi dan peningkatan kesadaran).
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Ekonom Ingatkan Pemerintah, Minimnya Sosialisasi Kebijakan Bisa Munculkan Resistensi Masyarakat |
![]() |
---|
Stres dan Cemas Berlebihan karena Demo Rusuh, Ini Cara Akses Layanan Konseling Gratis dari Kemenkes |
![]() |
---|
Deteksi Kanker di Indonesia Makin Canggih, Kemenkes Berharap Bisa Gaet Pasien dari Mancanegara |
![]() |
---|
Penjelasan Lengkap Kemenkes Soal Penyebab Kematian Balita di Sukabumi, Bukan Cacingan, Tapi Sepsis |
![]() |
---|
Hingga Agustus 2025, 20 Juta Orang Sudah Ikut Cek Kesehatan Gratis, Ini Temuannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.