Meningkatkan Kualitas Gizi Anak Secara Syariah, Dokter Ungkap Manfaat Susu Fortifikasi
Dokter spesialis penyakit dalam dr. Sukiman Rusli, Sp.PD., menjelaskan bahwa susu kini semakin canggih berkat kemajuan teknologi
Penulis:
Fahdi Fahlevi
Editor:
Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di tengah tantangan gizi anak yang masih kompleks di Indonesia, mulai dari stunting hingga defisiensi zat besi, inovasi teknologi pada produk susu fortifikasi menjadi harapan baru.
Tak hanya menawarkan manfaat nutrisi lengkap, susu ini juga hadir dengan prinsip halal dan thayyib, sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia.
Dokter spesialis penyakit dalam dr. Sukiman Rusli, Sp.PD., menjelaskan bahwa susu fortifikasi kini semakin canggih berkat kemajuan teknologi yang memungkinkan formulasi nutrisi menyerupai komposisi air susu ibu (ASI).
“Salah satu kemajuan teknologi terbaru adalah pengembangan Iron C, bentuk zat besi yang lebih mudah diserap oleh tubuh terutama bila dikombinasikan dengan vitamin C,” ujar dr. Sukiman.
Zat besi sendiri merupakan mikronutrien esensial yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak.
Kekurangannya dapat menyebabkan anemia, kelelahan, serta gangguan perkembangan kognitif dan motorik.
Sayangnya, data global menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen anak di dunia kekurangan setidaknya satu mikronutrien penting, termasuk zat besi.
Di sisi lain Anggota Divisi Pelayanan Kesehatan, Majelis Kesehatan PP 'Aisyiyah, Dr. dr. Merita Arini, MMR., menambahkan bahwa persoalan gizi di Indonesia tidak hanya soal kemiskinan.
“Stunting misalnya, tak hanya ditemukan di keluarga prasejahtera. Banyak juga keluarga mampu yang anaknya mengalami stunting karena kurang pengetahuan tentang nutrisi, pola asuh, dan pentingnya zat gizi mikro seperti zat besi,” jelasnya.
Melalui berbagai program seperti Rumah Gizi, Kebun Komunitas, hingga edukasi di sekolah dan Posyandu, Aisyiyah aktif memberikan pendampingan kepada masyarakat untuk memahami pentingnya pemenuhan gizi seimbang.
Salah satu hal yang juga terus dikampanyekan adalah meluruskan miskonsepsi soal susu.
“Susu kental manis bukanlah susu. Itu lebih cocok disebut minuman manis berperisa susu. Kandungan gulanya sangat tinggi dan nyaris tidak punya nilai gizi signifikan bagi anak,” kata dr. Merita.
Lebih dari sekadar produk bernutrisi, susu fortifikasi yang baik harus memenuhi dua prinsip utama, halal dan thayyib.
Halal berarti diperoleh melalui proses yang sah secara syariah, sementara thayyib berarti baik dan aman dikonsumsi, serta memberikan manfaat bagi tubuh.
“Inilah yang harus dipahami para orang tua. Jangan hanya melihat harga atau rasa, tapi perhatikan juga komposisi dan legalitas produknya. Susu fortifikasi dengan kandungan zat besi, vitamin, dan mineral lengkap bisa menjadi pendukung tumbuh kembang anak, apalagi jika didampingi pola makan bergizi dan gaya hidup sehat,” kata dr. Sukiman.
Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat dan dukungan dari organisasi lintas sektor, termasuk tokoh agama, pemerintah, dan akademisi, diharapkan susu fortifikasi bisa menjadi bagian dari strategi nasional untuk menciptakan generasi sehat, cerdas, dan unggul menuju Indonesia Emas 2045. (*)
8.344 SPPG Dibangun dengan 100 Persen Dana Masyarakat |
![]() |
---|
Viral Surat Pernyataan Orangtua Siswa MTS Brebes Tanggung Risiko MBG, Ini Reaksi BGN & Pihak Sekolah |
![]() |
---|
Alasan Program Makan Bergizi Gratis Diperluas untuk Guru hingga Kader Posyandu |
![]() |
---|
Dapat Anggaran Rp 268 Triliun di 2026, BGN Fokus Pemenuhan Gizi Anak Sekolah, Ibu Hamil dan Menyusui |
![]() |
---|
Respons Bupati hingga DPRD Seluma Bengkulu soal Balita Keluarkan Cacing dari Mulut dan Hidungnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.