Minggu, 5 Oktober 2025

Cuci Darah Kini Tak Perlu Antre Lama di RS Bisa Dilakukan Mandiri di Rumah, Begini Caranya

Selain hemodialisis ada terapi lain yang dilakukan untuk mencuci darah. Terapi tersebut adalah Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD).

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: willy Widianto
Banjarmasin Post
CUCI DARAH - Ilustrasi perangkat alat cuci darah di Rumah Sakit (RS). Kekinian cuci darah untuk pasien penyakit ginjal tak perlu antre lama di rumah sakit. Dokter spesialis penyakit dalam RSUP Prof Ngoerah Denpasar, dr Yenny Kandarini menyebutkan bahwa selain hemodialisis ada terapi lain yang dilakukan untuk mencuci darah. Terapi tersebut adalah Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), yang tidak memerlukan mesin dan bisa dilakukan di rumah. 

​TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selama ini, pasien penyakit ginjal kronis hingga stadium lima perlu antre dan menunggu seharian untuk melakukan cuci darah. Cuci darah yang diketahui umumnya menggunakan mesin bernama hemodialisis.

Baca juga: Dari Kacamata hingga Cuci Darah, Semua Biayanya Dijamin BPJS Kesehatan

Saat melakukan hemodialisis, proses yang dibutuhkan adalah 4 hingga 5 jam untuk sekali tindakan. Cuci darah menggunakan cara ini dilakukan 2 sampai 3 kali dalam seminggu. 

Namun, Dokter spesialis penyakit dalam RSUP Prof Ngoerah Denpasar, dr Yenny Kandarini menyebutkan bahwa selain hemodialisis ada terapi lain yang dilakukan untuk mencuci darah. Terapi tersebut adalah Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), yang tidak memerlukan mesin dan bisa dilakukan di rumah.

"Jadi ini suatu tindakan dialisis atau tindakan membersihkan darah yang bersifat berkesinambungan terus menerus dan dilakukan dengan menggunakan kantong abdomen atau kantong perut sebagai tempat cairan untuk pembersih itu," kata Yenny dalam siniar yang digelar oleh Kementerian Kesehatan berjudul 'Cuci Darah Nggak Harus ke RS, Kenalan dengan CAPD, Yuk!' di Jakarta, Senin (14/4/2025). 

Cara kerja dari CAPD ini adalah memasukkan cairan ke dalam tubuh dengan menggunakan kateter. Cairan tersebut didiamkan di dalam tubuh, dan terjadilah pembersihan, cara kerjanya sama seperti aktivitas ginjal.

Kemudian setelah beberapa lama, cairan ini akan dibuang keluar dari dalam tubuh. 

"Sehingga tubuh pasien akan bersih dari  kotoran-kotoran, elektrolit berlebih dan dari metabolisme," paparnya. 

Baca juga: Komunitas Pasien Cuci Darah Soroti Efisiensi Anggaran, Bisa Berdampak Pada Transplantasi Ginjal

Rata-rata cairan tersebut dimasukkan ke tubuh 4 kali dalam sehari, tergantung jenis cairannya.  Ia pun mencontohkan, pagi pada jam 06.00 atau 07.00 sebelum beraktivitas ke kantor dan sebagainya cairan tersebut dimasukkan dan dibiarkan kurang lebih 6 hingga 8 jam. 

Sepulang dari beraktivitas kemudian cairan itu diganti lagi, dan begitu pula sebelum tidur. 

Dengan menggunakan terapi ini, pasien tidak perlu jauh-jauh dan mengantre pergi layanan kesehatan yang menyediakan hemodialisis. 

Lebih lanjut dr Yenny  menjelaskan, ada sejumlah hal yang dilakukan untuk terapi ini. 

Sebelumnya dokter akan melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). 

Setelah pasien setuju, maka akan dilakukan pemasangan kateter di daerah perut, biasanya di bagian bawah kanan atau kiri, dengan teknik operasi ringan. "Setelah terpasang selang itu tidak bisa langsung kita pakai untuk melakukan CAPD. Kita tunggu sembuh dulu. Sekitar 1-2 minggu baru kemudian kita akan lakukan pelatihan," paparnya. 

Nantinya, pelatihan yang diberikan meliputi cara memasukkan cairan dan menggantinya.  

Baca juga: Waspada, Sering Lemas dan Jarang Pipis Bisa Jadi Tanda Penyakit Ginjal

Bagi pasien yang tidak mampu melakukannya sendiri, seperti yang berusia lanjut, maka akan didampingi.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved