Kemenkes: Penambahan Makanan Pada Menu Balita untuk Mencegah Anemia
Kemenkes dorong pangan fortifikasi cegah anemia defisiensi besi pada balita, utamanya usia 6–24 bulan yang rawan kekurangan zat besi.
Penulis:
Wahyu Aji
Editor:
Glery Lazuardi
Karena itu, kata dia, mikronutrien harus berasal dari makanan sehat yang dikonsumsi. Di antara pangan yang difortifikasi yang saat ini umum dikonsumsi masyarakat adalah tepung terigu, sereal, roti gandum dan susu.
Lebih lanjut, ia mengatakan banyak jenis pangan fortifikasi yang mudah di temui di sekitar kita yang seharusnya dapat menjadi sumber pemenuhan gizi anak.
“Edukasi tentang makanan-makanan kaya gizi ini sudah ada dalam buku KIA, jadi buku KIA yang dibawa saat ke Posyandu itu bukan hanya untuk mengisi tinggi badan dan berat badan anak, tapi juga ada banyak informasi tentang makanan kaya gizi untuk ibu hamil dan balita,” kata Rachmat Sentika.
Baca juga: HaloAnak Permudah Akses Konsultasi Kesehatan Anak dengan Promo Konsultasi Gratis
Aisyiyah Siap Bergerak Cegah Anemia Balita
Wakil Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Dra. Chairunnisa, M.Kes. mengaku prihatin dengan tingginya angka risiko ADB pada balita Indonesia.
Dia menyebut permasalahan ADB tidak boleh dibiarkan begitu saja dan harus menjadi perhatian bersama.
“Satu dari tiga balita Indonesia itu berisiko untuk mengalami ADB. Fakta ini tentu tidak bisa kita abaikan begitu saja,” kata Dra. Chairunnisa.
Sebagai organisasi wanita yang memang memiliki fokus terhadap isu kesehatan, dia menyebut Aisyiyah dengan jaringannya yang tersebar luas di seluruh Indonesia akan berkomitmen untuk dapat mengatasi ADB.
“Aisyah sebagai organisasi perempuan sebagai penggerak di masyarakat maka kita penting sekali untuk bagaimana kita mempunyai kepedulian untuk mengatasi jangan sampai terjadinya ADB ini secara berkelanjutan,” kata Dra. Chairunnisa. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.