Cegah Stunting dengan Pemberian Telur hingga Deteksi Dini ke Puskesmas
Stuting dapat menganggu pertumbunhan anak sehingga menjadi masalah serius yang mempengaruhi perkembangan fisik dan kognitif anak.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang.
Hal itu mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak, sehingga menjadi masalah serius yang mempengaruhi perkembangan fisik dan kognitif mereka.
Baca juga: Tidak Cukup Lewat Pemberian Pangan, Cegah Stunting Perlu Kader Posyandu yang Terampil
Dalam jangka panjang, stunting mempengaruhi kesehatan, pendidikan, dan produktifitas anak di masa depan.
Oleh karena itu, upaya pencegahan stunting menjadi prioritas dalam dunia kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga, dr. Jusi Febrianto menjelaskan setidaknya ada tiga pencegahan stunting yang bisa dilakukan.
Pertama, melalui pemberian susu dan telur di setiap posyandu.
Kedua, pencegahan dilakukan di puskesmas berupa deteksi sedini mungkin sebelum stunting.
Pada kasus stunting diberikan pemberian makanan tambahan (PMT) selama 2 minggu sampai 1 bulan, dan dikoreksi.
Ketiga melalui pemberian Pangan Olahan Untuk Kondisi Medis Khusus (PKMK), yang hanya bisa diberikan dari Rumah Sakit.
"Metode ini dirasa cukup efektif menurunkan angka stunting," ungkap Jusi pada keterangannya, Minggu (25/6/2023).
Menurutnya, ibu dari anak stunting diintervensi dengan PKMK mengaku anaknya mengalami peningkatan berat badan yang sesuai dengan rekomendasi dokter.
Lebih lanjut, Dokter anak, dr. Adrian, SpA., mengatakan upaya penurunan stunting di Purbalingga juga dengan mengedukasi masyarakat.
Yaitu terus aktif memberikan informasi mengenai tumbuh kembang anaknya yang terkena stunting.
Sebagai informasi, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo telah menargetkan prevalensi stunting bisa berada di angka 14 persen pada tahun 2024.
Pada kesempatan yang berbeda, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo Sp.OG (K) pun optimistis capai target penurunan stunting 14 persen pada 2024.
Prevalensi stunting pun telah menurun. Pada 2021 berada di angka 24,4 persen, dan di 2023 menjadi 18 persen.
Cerita Petugas Soal Dapur MBG: Tidak Kenal 4 Sehat 5 Sempurna, Hanya Ada Tiga Staf Sisanya Warga |
![]() |
---|
Keracunan Terus Terjadi, Anggaran MBG Tembus Rp 335 Triliun, DPR Diminta Buat UU Khusus |
![]() |
---|
Program MBG Dihentikan Sementara Usai 7 Siswa SD di Bojonegoro Jatim Keracunan |
![]() |
---|
Menu Ikan Hiu Diduga Penyebab Keracunan MBG di Kalbar, Ini Penjelasan Badan Gizi Nasional |
![]() |
---|
Riwayat Pendidikan Ahli Gizi Dokter Tan Shot Yen, Sosoknya Viral usai Kritik Program MBG |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.