Stroke Pendarahan Disebut Jarang Terjadi, Namun Berakibat Lebih Fatal
Stroke pendarahan bisa mengakibatkan hal yang lebih fatal dan serius, seperti cacat hingga kematian.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Departemen Bedah Saraf FKUI/RSCM dan Ketua Divisi Neurovaskular Dr. dr. Setyo Widi Nugroho Sp.BS(K) mengatakan, secara umum angka stroke pendarahan dibandingkan dengan stroke non pendarahan atau sumbatan jarang terjadi.
Namun, stroke pendarahan bisa mengakibatkan hal yang lebih fatal dan serius, seperti cacat hingga kematian.
"Perbandingannya adalah 20 : 80 persen kejadiannya baik di Indonesia maupun dunia," kata dia saat dihubungi Tribunnews.com, Kamis (8/9/2022).
Baca juga: Suami Dee Lestari Meninggal, Sempat Dirawat Akibat Stroke Perdarahan, Sejumlah Artis Sampaikan Duka
Stroke non pendarahan atau iskemik dan hemoragik atau pendarahan sama-sama berbahaya bila tanpa perawatan cepat.
"Tapi tetap lebih fatal stroke pendarahan," imbuhnya.
Stroke pendarahan bisa dibilang adalah jenis yang paling mematikan dan tidak bisa diobati.
Stroke jenis ini berbahaya karena darah di dalam otak terkadang dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut, seperti hidrosefalus, peningkatan tekanan intrakranial, dan kejang pembuluh darah.
Jika tidak ditangani secara serius dan cepat, kondisi tersebut dapat menyebabkan kerusakan otak yang parah dan bahkan kematian. Itulah alasannya mengapa pendarahan kecil sekalipun di otak memerlukan pengobatan darurat.
Saat disinggung terkait rata-rata angka harapan hidup pasien stroke pendarahan di Indonesia ia menyatakan, di tanah air sendiri belum ada data statistik yang pasti.
Namun berdasarkan salah satu penelitian baru-baru ini, di negara berkembang angka kejadian stroke lebih kurang 150 sampai dengan 500 kejadian per 100.000 populasi per tahun dengan usia 50 sd 70 tahun dengan angka kematian kematian berkisar antara 50 - 250 kematian.
"Artinya 30 sampai 50 persen penderita mengalami kematian akibat stroke pendarahan untuk usia 50 - 70 tahun di negara berkembang," jelas dokter Setyo.