Kamis, 2 Oktober 2025

Gejala Demam Lassa dan Penularannya, Penyakit Zoonosis yang Menyerang Nigeria

Gejala demam Lassa dan penularannya, penyakit zoonosis yang menyerang Nigeria. Penyakit ini disebabkan oleh kotoran tikus mastomys yang terinfeksi.

freepik
Ilustrasi tikus penyebab demam Lassa - Berikut ini gejala demam Lassa, penyakit yang sedang melanda beberapa wilayah di Nigeria. 

TRIBUNNEWS.COM - Demam Lassa menjadi penyakit yang banyak terjadi di Nigeria beberapa waktu ini.

Demam Lassa adalah penyakit zoonosis, yang berasal dari kontak dengan hewan yang terinfeksi virus lassa.

Host atau reservoir dari virus Lassa adalah hewan dari genus Mastomys, spesies Mastomys natalensis umumnya dikenal sebagai tikus multimammate.

Tikus Mastomys yang terinfeksi dengan virus Lassa tidak menjadi sakit.

Namun, tikus tersebut dapat menularkan virus melalui urin dan tinja mereka.

Virus penyebab penyakit demam lassa adalah Lassa Virus (LASV)/ Virus Lassa yang merupakan golongan arbovirus dengan genus arenavirus dan family arenaviridae, dikutip dari Kemenkes.

Baca juga: Muncul Demam Lassa di Nigeria, Bisakah Berdampak hingga ke Indonesia? Begini Penjelasan Ahli

Virus ini merupakan jenis virus demam berdarah (Viral Hemorrhagic Fever/VHF) pada primata.

Selain itu, virus lassa termasuk dalam virus RNA yang berantai tunggal dan ditemukan sekitar 30 tahun lalu.

Sekitar 80 persen dari orang yang terinfeksi virus Lassa tidak menimbulkan gejala.

Sementara sisanya, 20 persen kasus orang yang terinfeksi menyebabkan penyakit yang parah, di mana virus ini mempengaruhi beberapa organ tubuh seperti hati, limpa dan ginjal.

Selain organ-organ tersebut, virus lassa dapat menginfeksi hampir setiap jaringan dalam tubuh manusia, mulai dari mukosa, usus, paru-paru dan sistem urin kemudian berkembang ke sistem vaskular.

Gejala Demam Lassa

Ilustrasi demam Lassa, tikus penyebab demam Lassa
Ilustrasi orang-orang Nigeria menangkap tikus penyebab demam Lassa. (WHO/Hotowossi Komi Vewonyi)

Baca juga: Ketahui Gejala Khusus Penyakit TBC pada Anak

Virus lassa membutuhkan waktu 6-21 hari untuk masa inkubasi.

Gejala umum demam lassa terjadi secara bertahap.

Biasanya dimulai dengan demam, kelemahan umum, dan malaise.

Setelah beberapa hari, timbul sakit kepala, sakit tenggorokan, nyeri otot, nyeri dada, mual, muntah, diare, batuk, dan juga bisa disertai sakit perut.

Pada kasus yang parah, virus lassa dapat menyebabkan pembengkakan wajah, adanya cairan dalam rongga paru-paru, pendarahan dari mulut, hidung, saluran vagina atau pencernaan dan tekanan darah rendah.

Pada tahap selanjutnya, akan terdapat protein urin, shock, kejang, tremor, disorientasi, dan koma.
Sejumlah kurang lebih 25 persen yang bertahan hidup mengalami ketulian.

Dari sebagian kasus-kasus ini, pendengaran kembali normal setelah 1-3 bulan.

Sementara itu, rambut rontok dan gangguan cara berjalan pada pasien demam lassa akan sembuh secara perlahan.

Kasus demam lassa yang fatal hingga 14 hari onset dapat menyebabkan kematian.

Penyakit demam lassa ini sangat parah jika menyerang ibu yang hamil tua, dengan kematian ibu dan/atau kematian janin terjadi lebih dari 80 persen kasus selama trimester ketiga.

Penularan Virus Lassa

ILUSTRASI - Seorang penonton bioskop XXI di Summarecon Mall Serpong digigit tikus. Lantas apa bahayanya?
ILUSTRASI tikus. (news.harvard.edu)

Baca juga: Penyakit Kusta: Tanda, Gejala, Penyebab, dan Proses Penularannya

Infeksi virus lassa pada manusia dapat terjadi karena paparan air seni atau kotoran yang terinfeksi tikus Mastomys.

Virus Lassa juga dapat menular antar manusia melalui kontak langsung dengan darah, urine, feses, atau sekresi tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi Demam Lassa.

Penularan juga dapat terjadi pada pasien demam lassa yang sedanga dalam perawatan.

Virus ini dapat menyebar melalui peralatan medis yang terkontaminasi, seperti jarum suntik yang digunakan kembali selama masa perawatan pasien demam lassa.

Sehingga, petugas kesehatan berisiko tertular virus lassa jika merawat pasien Demam Lassa tanpa menggunakan alat pelindung diri.

Penularan virus Lassa telah dilaporkan terjadi pada semua kelompok umur dan jenis kelamin.

Orang yang paling berisiko adalah mereka yang tinggal di daerah pedesaan di mana tikus Mastomys biasanya ditemukan.

Namun, tikus Mastomys juga dapat ditemukan di tempat yang memiliki sanitasi buruk atau pemukiman yang padat.

Saat ini tidak ada bukti secara epidemiologi yang mendukung penyebaran virus Lassa melalui udara antar manusia.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti/Aisyah Nursyamsi, Willem Jonata)

Artikel lain terkait Demam Lassa

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved