Jumat, 3 Oktober 2025

Polemik Aprilia Manganang

Mengenal Hipospadia, Kondisi yang Dialami Aprilia Manganang

Andika Perkasa mengumumkan perubahan identitas Sersan Dua, Aprilia Santini Manganang, yang sebelumnya dikenal sebagai perempuan menjadi laki-laki.

Penulis: Ranum KumalaDewi
Instagram @apriliamanganang_ / @manganang92
Aprilia Manganang 

Dalam kebanyakan kasus, hipospadia dianggap disebabkan oleh kombinasi gen dan faktor lain, seperti hal-hal yang bersentuhan dengan ibu di lingkungannya, atau makanan atau minuman ibu, atau obat-obatan tertentu yang ia gunakan selama kehamilan.

Baca juga: Fakta-fakta Atlet Voli Putri Indonesia Aprilia Manganang Dipastikan Seorang Pria

Baca juga: Panglima TNI Mutasi dan Promosi Jabatan 43 Pati TNI AD: Mayjen TNI Bakti Agus Fadjari Jabat Wakasad

Faktor Risiko

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi risiko memiliki bayi laki-laki dengan hipospadia:

- Usia dan berat: Ibu yang berusia 35 tahun atau lebih dan dianggap obesitas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

- Perawatan kesuburan: Wanita yang menggunakan teknologi reproduksi berbantuan untuk membantu kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

- Hormon tertentu: Wanita yang mengonsumsi hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan terbukti memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.

Jenis Hipospadia

Jenis hipospadia yang dimiliki anak laki-laki tergantung pada lokasi pembukaan uretra:

- Subkoronal : Pembukaan uretra terletak di suatu tempat di dekat kepala penis.

- Poros tengah : Pembukaan uretra terletak di sepanjang batang penis.

- Penoscrotal : Pembukaan uretra terletak di tempat pertemuan penis dan skrotum.

Perawatan

Perawatan untuk hipospadia tergantung pada jenis cacat yang dimiliki anak laki-laki tersebut.

Sebagian besar kasus hipospadia memerlukan pembedahan untuk memperbaiki cacat itu.

Jika diperlukan pembedahan, biasanya dilakukan saat anak laki-laki berusia antara 3–18 bulan. Dalam beberapa kasus, pembedahan dilakukan secara bertahap.

Beberapa perbaikan yang dilakukan selama operasi seperti: menempatkan pembukaan uretra di tempat yang tepat, memperbaiki lekukan di penis, dan memperbaiki kulit di sekitar pembukaan uretra.

Bayi laki-laki dengan hipospadia sebaiknya tidak disunat.

(Tribunnews.com/Ranum Kumala Dewi/Gita Irawan)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved