Senin, 6 Oktober 2025

Virus Corona

Kemenkes Imbau Masyarakat Waspadai Malaria saat Pandemi Corona, Ini Penjelasannya

dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, penyakit malaria memiliki beberapa gejala yang mirip dengan virus corona.

Penulis: Nuryanti
Editor: bunga pradipta p
Tribunnews.com/Apfia Tioconny Billy
Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi 

"Sehingga bila sakit Malaria minum Obat Anti Malaria sesuai aturan," terangnya.

"Untuk itu perencanaan kebutuhan logistik terutama RDT dan obat anti malaria (OAM) disiapkan mencukupi sampai 2-3 bulan ke depan di fasilitas Pelayanan Kesehatan,” jelas dia.

Baca: Pohon Kina, Tanaman Herbal yang Miliki Banyak Manfaat, Mengobati Malaria hingga Jantung

Petugas dinas kesehatan provinsi, kabupaten/kota wajib memantau dan mengantisipasi layanan malaria pada saat diberlakukan pembatasan sosial atau karantina wilayah.

Malaria merupakan penyakit menular yang berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia.

Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai masalah sosial dan ekonomi, bahkan berpengaruh terhadap ketahanan nasional.

“Penyebaran malaria tidak mengenal batas wilayah administrasi, maka membebaskan masyarakat dari malaria (eliminasi malaria) memerlukan komitmen global, regional dan nasional,” ujar Nadia.

Pemerintah mentargetkan pada 2024 sebanyak 405 kabupaten/kota mencapai eliminasi malaria.
Periode 2020-2024 merupakan periode penting dan menentukan dalam upaya mencapai Indonesia Bebas Malaria Tahun 2030.

Upaya pencapaian target Eliminasi Malaria Nasional tahun 2030, didahului dengan tahapan pencapaian daerah bebas malaria tingkat provinsi, setelah seluruh kabupaten/kota mencapai daerah bebas malaria.

“Dalam wilayah regional Jawa-Bali sebagian besar kabupaten/kota telah mencapai Eliminasi Malaria,” imbuh Nadia.

Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi (kanan)
Direktur Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi (kanan) (Tribunnews.com/ Apfia Tioconny Billy)

Klorokuin Bukan Obat Malaria

Sebelumnya, Nadia mengatakan, klorokuin sudah tidak lagi digunakan untuk pengobatan malaria.

Ia khawatir masyarakat akan menggunakan klorokuin untuk pengobatan Covid-19 secara berlebihan.

"Nanti otomatis kalau dia minum klorokuin karena dugaan awalnya Covid-19 tapi sebenarnya penyakitnya malaria, pasti demamnya akan turun sedikit tapi malarianya enggak keobati, malah akan menjadi resisten malaria," ujarnya, Jumat (3/4/2020), dikutip dari laman resmi kemkes.go.id.

Obat untuk pasien Covid-19, tidak bisa hanya klorokuin saja, tapi harus dibarengi obat lain seperti oseltamivir.

Klorokuin sudah tidak lagi digunakan sebagai obat malaria, karena terjadi resistensi terhadap penyakit tersebut.

Baca: Para Ahli Temukan Obat Virus Corona, Ternyata Mirip Obat Anti-malaria

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved