Usai Operasi, Dorce dan Rano Karno Jauhi Santan, Ungkap Faktanya untuk Kesehatan, Baik atau Buruk?
Dua selebritis kawakan tanah air, Dorce Gamalama dan Rano Karno harus mengatakan tidak pada santan karena alasan kesehatan.
Banyak sumber yang mengatakan bahwa santan memiliki kandungan lemak jenuh yang sangat tinggi, bahkan lebih dari susu sapi murni. Maka lemak ini akan menumpuk pada tubuh dan membuat Anda lebih cepat gemuk.
Memang benar bahwa santan mengandung lemak jenuh yang cukup tinggi kadarnya.
Namun, perlu diingat bahwa jenis lemak jenuh pada santan adalah trigliserida rantai-sedang, bukan trigliserida rantai-panjang.
Trigliserida rantai-sedang memiliki struktur molekul yang sederhana, yang berarti lemak jenuh ini mudah larut dalam air.
Lemak ini juga lebih mudah untuk berpindah dari usus kecil menuju hati sehingga bisa lebih cepat menghasilkan energi.
Karena lemak ini langsung dibakar menjadi energi, hanya sedikit lemak yang akan tersisa dan menumpuk di jaringan lemak. Lemak jenis ini juga bisa mempercepat metabolisme tubuh.
Jadi, Anda yang sedang ingin mengurangi berat badan justru bisa mendapatkan asupan lemak sehat dari santan.
Meskipun tidak akan membuat Anda cepat gemuk, kandungan lemak jenuh dalam santan tetap harus Anda perhatikan.
Hubungan antara konsumsi lemak jenuh dengan risiko penyakit jantung koroner sudah terbukti, maka sebaiknya santan tidak dikonsumsi secara berlebihan.
Benarkah santan mengandung bahan kimia berbahaya?
Selain mitos bahwa santan bisa bikin gemuk, ada juga mitos yang beredar bahwa kandungan asam dalam santan bisa menghasilkan zat-zat yang berbahaya bagi tubuh.
Faktanya, santan sendiri tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh.
Santan baru akan mengalami reaksi kimia berbahaya jika dikemas dalam kaleng yang mengandung Bisphenol-A (BPA).
BPA adalah zat kimia berbahaya yang biasanya ditemukan pada kemasan logam dan plastik.
Ketika logam bertemu dengan santan yang tinggi kadar lemak dan keasamannya, BPA pada logam akan terlepas dan bercampur dengan santan.
Ketika dikonsumsi oleh tubuh, BPA berisiko memicu gangguan pada otak, terutama bagi bayi dan anak-anak.