Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Mantan Jenderal NATO: Jangan Tembak Jatuh Jet Tempur Rusia, Itu Pancingan!

Aksi Rusia merupakan bentuk pancingan agar NATO menembak jet atau drone mereka sebagai pembenaran untuk menyerang.

Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia
LEPAS LANDAS - Dalam foto yang disediakan oleh layanan pers Kementerian Pertahanan Rusia pada tanggal 14 Februari 2022, sebuah pesawat tempur MiG-31 milik angkatan udara Rusia lepas landas. 

Mantan Jenderal NATO: Jangan Tembak Jatuh Jet Tempur Rusia, Itu Pancingan!

 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang mantan jenderal yang pernah memimpin satu dari dua Komando Strategis NATO memperingatkan agar anggota aliansi keamanan itu untuk tidak menembak jet-jet tempur maupun pesawat tak berawak milik Rusia meski melakukan pelangaran udara.

Peringatan itu dilontarkan terkait sejumlah insiden belakangan yang terjadi di sejumlah perbatasan udara negara-negara NATO oleh apa yang mereka curigai sebagai drone maupun jet tempur Rusia.

Rusia memang mengancam negara-negara NATO yang ikut membantu Ukraina dalam perang yang sudah dimulai sejak 2022 tersebut.

Baca juga: Perpecahan di NATO Kian Kentara: AS Bantu Israel, Cegah Ekspor Mesin Buat Jet Tempur KAAN Turki

Estonia, anggota NATO Baltik di perbatasan Rusia misalnya, bulan lalu menyatakan kalau tiga jet tempur Rusia melanggar wilayah udaranya selama 12 menit.

Insiden itu, oleh militer Estonia digambarkan sebagai pelanggaran keempat wilayah udara Estonia oleh pesawat Rusia tahun ini.

Beberapa negara lain di Eropa juga telah melaporkan serangan pesawat tanpa awak dalam beberapa pekan terakhir, termasuk beberapa pesawat tanpa awak di sekitar pangkalan militer Denmark.

Denmark mengatakan tidak dapat mengesampingkan kemungkinan keterlibatan Rusia, meskipun Moskow membantah keterlibatannya. 

Sekitar 20 pesawat tanpa awak juga dilaporkan melintasi wilayah Polandia, anggota lain NATO, pada bulan September.

Rusia mengatakan tidak sengaja menargetkan negara di sisi timur aliansi tersebut.

Terkait insiden-insiden ini Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ia akan setuju dengan negara-negara NATO yang menembak jatuh pesawat Rusia di wilayah udara mereka.

"Hal itu (ujaran Trump) "dibahas," ujar Ursula von der Leyen, presiden Komisi Eropa, badan eksekutif Uni Eropa, kemudian dalam sebuah pernyataan terkait situasi yang berkembang ini.

pesawat tempur MiG-31 milik angkatan udara Rusia
LEPAS LANDAS - Dalam foto yang disediakan oleh layanan pers Kementerian Pertahanan Rusia pada tanggal 14 Februari 2022, sebuah pesawat tempur MiG-31 milik angkatan udara Rusia lepas landas.

Aksi Rusia Adalah Pancingan

Namun, apa yang dinyatakan oleh Trump dan dibahas dalam pertemuan tinggi negara Eropa soal aksi balasan terhadap pelanggaran Rusia, disiratkan sebagai langkah keliru oleh ujar Jean-Paul Paloméros, mantan jenderal Angkatan Udara Prancis dan mantan Panglima Tertinggi Transformasi Sekutu.

Sebagai catatan, NATO memiliki dua Komando Strategis yaitu Komando Transformasi Sekutu dan Komando Operasi Sekutu.

Komando Transformasi Sekutu NATO berkantor pusat di Norfolk, Virginia, dan bertanggung jawab atas perencanaan operasi dan pelatihan NATO di masa mendatang di seluruh negara anggota.

Satuan strategis lainnya, Komando Operasi Sekutu, berbasis di Belgia dipimpin oleh Jenderal Angkatan Udara AS, Alexus Grynkewich, Panglima Tertinggi Sekutu Eropa.

Paloméros menyiratkan, aksi Rusia merupakan bentuk pancingan agar NATO menembak jet atau drone mereka sebagai pembenaran untuk menyerang.

"Tantangan terbesar bagi NATO adalah menjaga ketenangannya. Rusia tentu ingin negara-negara NATO menembak jatuh salah satu pesawat mereka," kata Paloméros dilansir NW, dikutip  Kamis (2/10/2025).

"NATO seharusnya tidak melakukan itu," katanya.

"NATO harus tetap siap bertindak, tetapi tidak boleh bereaksi berlebihan," kata Paloméros.

Meskipun NATO harus tetap "menunjukkan kekuatannya," termasuk dengan segera mengerahkan jet tempur untuk merespons setiap pelanggaran wilayah udara, aliansi tersebut tidak boleh menargetkan pesawat berawak, kata Paloméros.

"Presiden Rusia Vladimir Putin "benar-benar sedang menguji NATO," tambah Paloméros.

Insiden Jet Tempur Rusia ke Wilayah Udara Estonia

Pasukan pertahanan Estonia mengatakan tiga jet MiG-31 Rusia yang melanggar wilayah udaranya pada 19 September tidak memiliki rencana penerbangan dan transpondernya tidak diaktifkan saat terbang di dekat Pulau Vaindloo, di utara daratan.

Pesawat siluman F-35 Italia yang ditempatkan di Estonia sebagai bagian dari upaya NATO untuk melindungi langit Baltik merespons pelanggaran tersebut, kata pernyataan Estonia.

Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa ketiga pesawat tersebut berangkat dari Republik Karelia Rusia, yang berbatasan dengan Finlandia, dan menuju "penerbangan terjadwal" ke eksklave Rusia, Kaliningrad.

Wilayah strategis tersebut, yang diapit oleh Lituania dan Polandia, terletak di Laut Baltik.

Baca juga: Rusia Vs NATO Kian Panas di Laut Baltik, AL Jerman Kerahkan Kapal Fregat FGS Hamburg Cegat Drone

Moskow beralasan, pesawat itu terbang "sesuai dengan aturan wilayah udara internasional, tanpa melanggar batas wilayah negara lain."

"Jalur penerbangan pesawat itu berada di atas perairan netral Laut Baltik, lebih dari tiga kilometer dari Pulau Vaindloo," kata pemerintah Rusia.

Perlu diketahui, jet tempur MiG-31 mampu membawa senjata nuklir dan konvensional, termasuk rudal hipersonik Kinzhal yang digunakan melawan Ukraina selama lebih dari tiga setengah tahun perang skala penuh Rusia.

Pesawat itu tampaknya tidak menuju Tallinn atau kota Estonia mana pun, kata Paloméros. 

"Itu bisa jadi kesalahan," tambahnya, seraya menambahkan kalau pelatihan yang kurang ketat bagi pilot Rusia dapat menjadi penyebab insiden tersebut.

Hanya ada koridor sempit wilayah udara bagi pesawat Rusia untuk terbang antara St. Petersburg dan Kaliningrad, tambahnya.

Kaja Kallas, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa dan mantan perdana menteri Estonia, menggambarkan insiden tersebut sebagai "provokasi yang sangat berbahaya."

Pasal 4 NATO

NATO bertumpu pada komitmen kuat terhadap apa yang dikenal sebagai Pasal 5, gagasan bahwa negara-negara akan mendukung sesama anggota yang diserang bersenjata dengan respons yang mereka anggap tepat.

Pasal ini dirancang untuk mencegah serangan terhadap negara-negara NATO melalui ancaman pembalasan dari 32 anggotanya, termasuk AS—yang memiliki persenjataan militer yang besar dan persenjataan nuklir yang substansial.

Estonia menyatakan pihaknya meminta konsultasi Pasal 4 setelah insiden tersebut.

Pada bulan September, Polandia juga menggunakan Pasal 4 , yang memungkinkan negara-negara anggota NATO berkumpul untuk membahas "kapan pun, menurut pendapat salah satu dari mereka, integritas teritorial, kemerdekaan politik, atau keamanan salah satu Pihak terancam."

Menurut aliansi tersebut, Pasal 4 telah dipicu sembilan kali sejak pembentukan NATO pada tahun 1949.

 

 

 

(oln/nw/*)

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved