Senin, 6 Oktober 2025

Korea Utara Diduga Miliki 2.000 Kg Uranium Hasil Pengayaan, Korsel Diminta Makin Waspada

Korea Utara diduga memiliki hingga 2.000 kg uranium hasil pengayaan tinggi untuk mendukung ambisi Korea Utara memperluas kemampuan senjata nuklirnya.

Editor: Choirul Arifin
AP/Yonhap/Korea Times
PENGAYAAN URANIUM - Korea Utara diduga memiliki hingga 2.000 kg uranium hasil pengayaan tinggi. Foto satelit dari Planet Labs, 18 September 2021 menunjukkan pabrik pengayaan uranium di kompleks nuklir utama Yongbyon, Korea Utara. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Korea Utara diduga memiliki hingga 2.000 kilogram uranium hasil pengayaan tinggi karena untuk mendukung ambisi Korea Utara memperluas kemampuan senjata nuklirnya dalam beberapa tahun terakhir.

Hal tersebut disampaikan Menteri Unifikasi Chung Dong-young, dalam konferensi pers, mengutip badan intelijen dan perkiraan lain yang dirilis ke publik, Kamis, 25 September 2025.

"Sangat mendesak untuk menghentikannya. Bahkan pada saat ini, sentrifus uranium di empat wilayah (di Korea Utara) sedang beroperasi untuk mengumpulkan bahan nuklir," kata Chung.

Dia menyarankan dimulainya kembali kerja sama Korea Utara-AS. Pembicaraan kedua negara dapat menjadi "terobosan" untuk melanjutkan upaya denuklirisasi Korea Utara yang selama ini terhenti.

Mengutip Aljazeera, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah mengisyaratkan bahwa ia terbuka untuk berunding dengan AS jika Washington berhenti mendesak negaranya untuk menyerahkan senjata nuklirnya.

"Jika Amerika Serikat melepaskan obsesi absurd untuk denuklirisasi kami dan menerima kenyataan, serta menginginkan koeksistensi damai yang sejati, tidak ada alasan bagi kami untuk tidak duduk bersama Amerika Serikat," kata Kim dalam pidatonya di Majelis Rakyat Tertinggi di Pyongyang pada hari Minggu, seperti dikutip Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).

Kim Jong Un juga mengomentari Presiden AS Donald Trump, yang ia temui tiga kali selama masa kepresidenan pertamanya, dengan mengatakan: "Secara pribadi, saya masih memiliki kenangan indah tentang Presiden AS Trump."

Komentar Kim muncul setelah Trump dan pemimpin Korea Selatan Lee Jae-myung menyatakan kesediaan mereka untuk bertemu dengan mitra mereka dari Korea Utara dalam sebuah pertemuan di Gedung Putih bulan lalu.

"Suatu hari nanti, saya akan bertemu dengannya. Saya menantikan pertemuan dengannya. Dia sangat baik kepada saya," kata Trump saat itu.

Trump mengaku cukup mengenal Kim, yang keluarganya telah memerintah Korea Utara selama tiga generasi, "lebih baik daripada siapa pun, hampir, selain saudara perempuannya," kata Trump.

Sementara itu mengutip NK News, Korea Selatan akan berada dalam risiko serius jika ikut mengembangkan senjata nuklir untuk melawan Korea Utara.

Pyongyang atau bahkan Beijing dapat melakukan serangan pendahuluan ke Korsel selama proses pengembangan.

Baca juga: Iran Tolak Kekuatan Rudalnya Dibatasi dan Tegaskan Tetap Lakukan Pengayaan Uranium

Dr. Vipin Narang, mantan penjabat asisten menteri pertahanan AS untuk kebijakan luar angkasa, mengatakan kepada NK News bahwa Seoul akan menghadapi periode kerentanan yang berbahaya sebelum menyelesaikan program nuklir dalam negeri, yang menurutnya akan "memberikan nilai pencegahan yang sangat kecil" terhadap persenjataan DPRK yang terus bertambah.

Dia berpendapat, senjata nuklir AS memberikan jaminan keamanan terkuat bagi Korea Selatan. DIa juga menekankan bahwa Seoul sekarang memiliki peran terstruktur dalam perencanaan pencegahan di bawah Kelompok Konsultatif Nuklir (NCG) gabungan sekutu.

"Saya yakin Presiden Lee juga memiliki pandangan yang sama bahwa senjata nuklir dalam negeri Korea Selatan tidak sesuai dengan kepentingan keamanan [ROK]. AS juga memiliki pandangan yang sama," kata Narang, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil ketua NCG.

Baca juga: Korut Tolak Terima Surat Ajakan Bertemu Donald Trump, Sudah Terjadi Berkali-kali

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved