Jejak Kehadiran Presiden RI di Sidang Umum PBB: Soekarno-Prabowo Hadir Langsung, Jokowi Cuma Virtual
Prabowo Subianto menjadi Presiden RI pertama yang hadir secara langsung dalam Sidang Majelis Umum PBB sepanjang satu dekade terakhir ini.
Penulis:
Rifqah
Editor:
Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Sejauh ini, tercatat hampir seluruh Presiden RI pernah menyampaikan pidato di Sidang Majelis Umum (SMU) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), terbaru adalah Presiden Prabowo Subianto.
SMU PBB merupakan forum utama tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mempertemukan seluruh negara anggota dan biasanya berlangsung setiap bulan September berdekatan dengan ulang tahun organisasi (bulan Oktober) di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat.
Sidang tersebut membahas isu-isu global, mulai dari perdamaian, keamanan internasional, pembangunan berkelanjutan, perubahan iklim, hingga hak asasi manusia.
Dalam forum itu, setiap kepala negara atau kepala pemerintahan diberi kesempatan menyampaikan pidato di hadapan dunia yang berisi tentang pandangan, usulan, dan posisi resmi negaranya terkait persoalan global maupun regional.
Selain sesi pidato umum, juga ada pertemuan tingkat tinggi dan diskusi komite yang membahas isu-isu spesifik.
Mengutip dari laman United Nations, Tema sidang umum 2025 ini adalah “Better together: 80 years and more for peace, development and human rights”.
Tema ini menggarisbawahi tentang pentingnya kerja sama multilateral dalam menghadapi tantangan global seperti konflik, perubahan iklim, ketidaksetaraan, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Dilansir setkab.go.id, Prabowo sendiri dijadwalkan menghadiri sesi Debat Umum SMU ke-80 PBB ini di Markas Besar PBB, New York, pada Selasa (23/9/2025), pukul 09.00 waktu setempat atau pukul 20.00 WIB.
Menurut keterangan tertulis Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya, Presiden Prabowo akan berbicara pada urutan ketiga setelah Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Prabowo menjadi Presiden RI pertama yang hadir secara langsung dalam SMU PBB sepanjang satu dekade terakhir ini, karena selama 10 tahun pemerintahan era Joko Widodo (Jokowi), Presiden RI ke-7 itu biasanya mendelegasikan tugas menghadiri SMU PBB kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Jokowi hanya tercatat menghadiri secara daring SMU PBB, yakni saat pandemi Covid-19 pada 2020 dan 2021.
Baca juga: Presiden Prabowo Diminta Tekankan Krisis Palestina Saat Berpidato di Majelis Umum PBB
Sebelum SMU PBB nanti, Prabowo telah menyampaikan pidato sambutan dalam forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB soal solusi dua negara untuk Palestina dan Israel yang disiarkan langsung di YouTube United Nations pada Selasa pagi ini.
Prabowo berbicara usai Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan, Presiden Brazil Luis Ignacio Lula Da Silva, dan Presiden Portugal Marcel Rebelo de Sousa.
Berikut adalah jejak kehadiran Presiden RI dalam SMU PBB:
- Presiden Soekarno
Di awal masa kemerdekaan, Presiden RI pertama, Soekarno menghadiri SMU PBB pada 30 September 1960 dengan membawakan pidato berjudul ”To Build the World Anew”.
Pidato Soekarno ini menjadi monumental karena menyuarakan gugatan pada kolonialisme dan imperialisme yang masih terjadi di wilayah Asia dan Afrika.
Selain itu, Soekarno juga menentang keras penggunaan senjata nuklir.
Salah satu ide terpenting dalam pidato ini adalah ide membentuk satu tata dunia baru di tengah perang dingin, ide untuk merestrukturisasi PBB, serta menjadikan Pancasila sebagai ideologi alternatif dunia.
Pidato ini kemudian mewujud dalam Gerakan Non Blok yang terbentuk pada 1961.
- Presiden Soeharto
Presiden RI kedua, yakni Soeharto tercatat juga pernah menghadiri SMU PBB sebanyak dua kali.
Pertama, Soeharto hadir dalam SMU PBB pada September 1992 dan pidato dengan tema "Pesan Jakarta" yang baru dirumuskan dalam KTT ke-10 Gerakan Non-Blok di Jakarta pada 1-6 September 1992.
Pidato Soeharto saat itu tidak hanya mewakili Indonesia saja, tetapi juga 108 anggota Gerakan Non-Blok.
Gerakan Non-Blok adalah organisasi internasional yang anggotanya, umumnya negara berkembang, tidak beraliansi dengan blok kekuatan besar mana pun, khususnya selama Perang Dingin.
Gerakan Non-Blok ini dibentuk pada tahun 1961 oleh lima tokoh dunia termasuk Soekarno dari Indonesia, dengan tujuan utama menjaga kemerdekaan politik negara-negara berkembang, menghindari keterlibatan dalam konflik dua blok, dan mempromosikan perdamaian dunia.
Selanjutnya, Soeharto kembali berpidato pada Sidang Umum PBB September 1995.
- Presiden Megawati Soekarnoputri
Presiden selanjutnya yang hadir secara langsung dalam SMU PBB adalah Megawati Soekarnoputri.
Presiden RI ke-5 tersebut juga tercatat menghadiri SMU PBB sebanyak dua kali, yakni pada 2001 dan 2003.
Sementara Presiden ke-3 BJ Habibie dan Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur diketahui tidak pernah berpidato langsung pada sidang PBB tersebut, sebab kepemimpinan kedua Presiden itu terhitung singkat.
Habibie belum sempat berpidato karena saat dirinya menjabat Indonesia masih dalam masa pembenahan pemerintah usai Soeharto mundur dan kepemimpinan Habibie hanya satu tahun lima bulan, yakni 1998-1999.
Tidak jauh berbeda dari Habibie, Gus Dur juga memiliki masa jabatan sebagai Presiden RI cukup singkat, yakni dari 1999 hingga 2001.
Selain itu, Presiden dengan julukan bapak Pluralisme ini juga memiliki kondisi kesehatan yang kerap terganggu.
- Presiden SBY
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tercatat menjadi Presiden RI yang cukup aktif dalam SMU PBB.
Pasalnya, selama masa kepemimpinannya yang berlangsung selama 10 tahun, Presiden RI ke-6 itu menghadiri enam kali SMU PBB, yakni tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2014.
SBY pertama kali berpidato di forum internasional tersebut pada SMU ke-62 tahun 2007.
- Presiden Jokowi
Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) diketahui hanya memberikan pidato pada SMU PBB secara virtual, tidak pernah hadir secara langsung.
Selama masa pertama pemerintahannya pada 2014-2019, Jokowi hanya mengutus wakilnya, Jusuf Kalla, untuk hadir dalam SMU PBB.
Jokowi baru menghadiri secara daring SMU PBB saat pandemi Covid-19 pada 2020 dan 2021.
Sementara pada 2022-2024, pidato SMU PBB Indonesia diwakili oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Sidang Majelis Umum Jadi Momentum Penting bagi Indonesia
SMU PBB pada tahun ini dipandang sebagai momentum penting bagi Indonesia untuk kembali menegaskan peran aktifnya di forum multilateral tertinggi dunia.
Seskab Teddy menegaskan, Indonesia membawa misi besar dalam Sidang Majelis Umum PBB tahun ini, yakni menguatkan posisi sebagai pemimpin Global South yang konsisten mendorong agenda reformasi tata kelola dunia.
“Sidang Majelis Umum tahun ini menjadi momentum penting bagi Indonesia. Selain kembali tampil di level tertinggi forum PBB, Indonesia juga akan menegaskan perannya sebagai pemimpin Global South yang konsisten menyuarakan agenda reformasi tata kelola dunia agar lebih adil dan inklusif,” ungkap Seskab Teddy, dilansir setkab.go.id, Selasa.
Kehadiran Prabowo di forum global ini sekaligus mempertegas komitmen Indonesia terhadap perdamaian, kerja sama internasional, serta pembangunan yang berkeadilan bagi semua negara, khususnya negara-negara berkembang.
(Tribunnews.com/Rifqah)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.