Konflik Palestina Vs Israel
Dalam Sehari, Israel Gempur Gaza dan Buat 60 Warga Tewas Jelang Pengakuan Negara Palestina
Israel terus gempur wilayah Gaza dan membuat 60 warga tewas dalam waktu satu hari saja. Serangan ini menjelang pengakuan negara Palestina.
Banyak pemerintah yang terlibat dalam upaya ini merespons tekanan domestik untuk bersikap lebih kritis terhadap Israel, terutama karena Israel telah mengambil langkah-langkah yang semakin agresif, termasuk menyerang negosiator Hamas di Qatar, melancarkan serangan baru ke Kota Gaza, dan memblokir bantuan hingga ratusan ribu warga Palestina menghadapi kelaparan.
Israel membantah telah menjalankan kebijakan untuk membuat daerah kantong tersebut kelaparan dan menolak kesimpulan badan-badan internasional bahwa kelaparan memang ada di sana.
Namun, pemerintah-pemerintah tersebut juga menyadari pemerintahan Trump terus mendukung perang Israel.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengatakan minggu ini di Qatar, Israel "mungkin tidak punya pilihan selain mengalahkan Hamas secara militer".
Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, tuan rumah resmi pertemuan hari Senin, diperkirakan tidak akan hadir secara langsung meskipun Macron mendesaknya.
Banyak negara peserta khawatir akan memicu penolakan signifikan dari Presiden Donald Trump.
Inggris diperkirakan akan mengumumkan pengakuannya pada hari Minggu sebelum deklarasi resmi pada hari Senin, menurut dua orang yang mengetahui rencana tersebut.
Namun, Inggris tetap menjaga kehadirannya di KTT hari Senin tetap rendah.
Baca juga: Krisis Gaza Memuncak, Lebih dari 1 Juta Warga Mengungsi Akibat Serangan Israel
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer saat ini tidak diharapkan menghadiri Sidang Umum PBB.
Wakil Perdana Menteri David Lammy dan Menteri Luar Negeri yang baru, Yvette Cooper, akan hadir.
"Jika kita mendapatkan pengakuan, itu adalah sesuatu yang perlu dibawa (ke konferensi)," kata seorang penasihat senior pemerintah Inggris.
Menteri Luar Negeri Jerman akan menghadiri KTT tersebut, tetapi negara itu tidak akan mengakui negara Palestina, karena posisinya yang lebih rumit mengingat sejarahnya dengan Israel setelah Perang Dunia II.
Para pejabat Jerman juga khawatir akan dampak konfrontasi dengan Trump.
"AS tetap menjadi mitra yang sangat diperlukan bagi Eropa dalam hal, misalnya, mendukung Ukraina dalam pertahanannya melawan perang agresi Rusia dan, dalam jangka panjang, mengamankan jaminan keamanan," kata Peter Beyer, anggota Komite Urusan Luar Negeri di Bundestag dan pelapor untuk urusan transatlantik.
Kementerian Luar Negeri Jerman menekankan dalam sebuah pernyataan kepada POLITICO bahwa "pengakuan negara terhadap Palestina tetap merupakan titik akhir dari proses ini".
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.