Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Iran Potensial Beli Jet J-10C China: Langit Suriah Bakal Jadi Arena Pertempuran Lawan F-35 Israel

Risiko pertempuran langsung antara F-35I Israel dan J-10C Iran di langit Suriah akan meningkat tajam. Dua pesawat canggih ini seimbang

Xinhua
MAU DIBELI IRAN - Jet tempur siluman J-20. Iran dilaporkan berpotensi mengakuisisi jet canggih buatan China ini yang akan menjadi lawan sepadan bagi F-35 Aidr Israel yang juga berfitur siluman. 

Bagi Washington, perkembangan ini merupakan tanda lain dari meluasnya jejak militer China di Asia Barat, yang memperkuat kekhawatiran tentang kemampuan Beijing untuk membentuk kembali keseimbangan regional yang sebelumnya didominasi oleh Amerika Serikat dan Rusia.

Anggota Kongres AS hampir pasti akan mendorong sanksi yang lebih ketat terhadap perusahaan pertahanan China, tetapi pasar senjata global sekarang semakin multipolar, dengan sanksi tidak lagi dapat sepenuhnya mencegah penjualan yang dilakukan melalui sistem barter, pertukaran minyak, dan perjanjian strategis jangka panjang.

Tantangan Operasi dan Pemeliharaan

Akan tetapi, bahkan jika Iran memperoleh J-10C, tantangan sesungguhnya adalah mempertahankannya.

Avionik canggih pesawat, radar AESA, dan sistem fly-by-wire menuntut dukungan teknis berkelanjutan, suku cadang yang konsisten, dan keahlian pemeliharaan — sesuatu yang saat ini tidak dimiliki Teheran.

China perlu menempatkan kontraktor teknis di Iran dan berpotensi menyediakan paket pemeliharaan jangka panjang, sehingga menciptakan ketergantungan operasional yang dapat dieksploitasi Beijing secara politis.

Pilot Iran juga akan menghadapi kurva pembelajaran yang tajam.

Sebagian besar pilot IRIAF terbiasa dengan kokpit analog dan mode radar yang sudah ketinggalan zaman, sehingga transisi ke platform digital lengkap dengan tautan data dan integrasi sensor seperti J-10C memerlukan pelatihan ulang dan perubahan doktrinal selama berbulan-bulan.

Jika Tiongkok memperdalam dukungannya dengan mengirimkan instruktur, tim pelatihan, dan bahkan mengadakan latihan bersama, hal itu dapat mengubah angkatan udara Iran menjadi angkatan yang lebih terintegrasi dengan konsep "perang informasi" Beijing.

Biaya Finansial dan Strategis

Dari perspektif keuangan, setiap J-10C diperkirakan bernilai USD 40–45 juta.

Akuisisi sederhana sebanyak 24 pesawat akan menelan biaya lebih dari USD 1 miliar sebelum memperhitungkan biaya pemeliharaan, paket persenjataan, dan infrastruktur pelatihan.

Bagi Iran yang terkena sanksi, jumlah ini sangat besar, tetapi perjanjian barter berbasis minyak dan jalur kredit jangka panjang dari China dapat meringankan beban pembayaran.

Namun, biaya sesungguhnya bersifat strategis.

IRIAF yang dimodernisasi mampu memperkuat posisi regional Teheran, menyediakan perlindungan udara untuk operasi IRGC dan Pasukan Quds di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman.

Hal ini akan mempersulit kampanye interdiksi udara Israel dan Saudi yang menargetkan konvoi senjata Iran ke Hizbullah dan Houthi, sehingga meningkatkan risiko bentrokan di udara terbuka.

Manfaat bagi Beijing

Bagi Beijing, keberhasilan di Iran akan menandai tonggak penting dalam kebangkitannya sebagai pengekspor senjata global.

Ini akan membuktikan bahwa jet tempur buatan China mampu bersaing di luar Asia, membuka jalan bagi ekspor pesawat generasi kelima seperti FC-31/J-35 dan bahkan varian ekspor pesawat siluman J-20 di masa mendatang.

Hal ini juga akan memperkuat kemampuan Tiongkok untuk mengubah keseimbangan regional tidak hanya melalui perdagangan dan investasi, tetapi juga melalui ekspor "alat-alat kekuatan keras".

Pada akhirnya, pertanyaan utamanya bukanlah apakah Iran dapat memperoleh J-10C, tetapi apakah Iran dapat mengintegrasikan, memelihara, dan mengoperasikannya secara efektif untuk menantang dominasi udara Israel dan Teluk selama beberapa dekade.

Jika Teheran berhasil, era menganggap IRIAF sebagai peninggalan fosil era Shah mungkin akan berakhir.

"Kedatangan “Vigorous Dragon” bisa menjadi katalis yang memaksa Israel, Arab Saudi, dan Amerika Serikat untuk mengevaluasi percaturan udara Timur Tengah," ulas DSA.

 

 

 

(oln/dsa/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved