Selasa, 7 Oktober 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

Permintaan di Luar Nalar Trump, Eropa Disuruh Bulatkan Tarif Impor 100 Persen ke India dan China

Donald Trump meminta Uni Eropa untuk mengenakan tarif hingga 100 persen pada barang-barang dari India dan Tiongkok (China)

Foto: Sergei Bobylev, RIA Novosti/Kremlin
PUTIN KE ALASKA - Foto diunduh dari website Kremlin, Sabtu (16/8/2025) memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (kanan) di Alaska pada Jumat, 15 Agustus 2025. Trump menyambut Putin yang tiba di Anchorage, Alaska, sebelum pembicaraan keduanya pada hari Jumat. 

Isu ini dimulai sekitar akhir Juli 2025, ketika Trump pertama kali mengumumkan ancaman tarif 25 persen pada barang India.

Diikuti dengan tambahan 25% khusus karena pembelian minyak Rusia, sehingga total mencapai 50%.

Ancaman ini kemudian berkembang menjadi seruan lebih luas pada Agustus 2025, termasuk desakan pada EU untuk tarif hingga 100% atau bahkan lebih tinggi (seperti 500?lam beberapa pernyataan hiperbolis), dan melibatkan China juga.

Penasihat Trump juga mendesak India untuk berhenti membeli minyak Rusia agar dianggap sebagai mitra strategis AS, bukan mendekat ke Rusia atau China.

Ancaman ini berulang kali muncul, meskipun ada penarikan mundur sementara setelah reaksi dari India.

Target Trump

Donald Trump kembali menggunakan tarif impor sebagai senjata untuk menghukum negara-negara pembeli minyak Rusia.

Untuk menekan Rusia agar menyepakati perdamaian dengan Ukraina, Rabu (6/8/2025) lalu pemerintah AS mengumumkan tarif tambahan 25 persen untuk barang-barang impor dari India.

Ini sebagai bentuk sanksi AS kepada India yang kini mengimpor minyak Rusia.

China, sebagai importir terbesar minyak Rusia, belum kena tarif impor hukuman dari Trump. Tetapi pejabat Gedung Putih mengatakan langkah serupa kemungkinan diumumkan pada Jumat, dilansir dari Reuters.

Ini adalah ancaman tarif terbaru dari serangkaian ancaman tarif Trump terhadap isu-isu non-perdagangan, seperti mendesak Denmark untuk menyerahkan kendali Greenland kepada AS, berupaya menghentikan pengiriman fentanil dari Meksiko dan Kanada dan menghukum Brasil atas apa yang ia sebut sebagai "perburuan penyihir" terhadap mantan Presiden Jair Bolsonaro.

Tarif sekunder berpotensi memukul ekonomi Rusia, sumber utama pendanaan perang Presiden Vladimir Putin, namun juga membawa risiko politik bagi Trump.

Harga minyak dunia kemungkinan akan naik, yang bisa memengaruhi elektabilitas politik Trump menjelang pemilu paruh waktu Kongres AS tahun depan.

Tarif tersebut juga akan mempersulit upaya pemerintah untuk mengamankan kesepakatan dagang dengan Tiongkok dan India.

Putin sendiri mengisyaratkan Rusia siap menghadapi tekanan ekonomi baru dari AS dan sekutunya. Menurut Eugene Rumer, mantan analis intelijen AS untuk Rusia, peluang Putin menyetujui gencatan senjata akibat ancaman tarif hampir nol.

Apalagi China telah mengisyaratkan akan terus membeli minyak Rusia.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved