Minggu, 5 Oktober 2025

China Unicom Tancap Gas, Tantang Dominasi Starlink Milik Elon Musk

China resmi beri lisensi satelit ke China Unicom, langkah besar untuk saingi dominasi Starlink milik Elon Musk di pasar global.

Sergei GAPON / AFP
ELON MUSK. - CEO X (sebelumnya Twitter) Elon Musk menghadiri simposium tentang "Antisemitisme Online" selama konferensi Asosiasi Yahudi Eropa di Krakow, pada 22 Januari 2024. China mengambil langkah besar untuk menantang dominasi Starlink milik Elon Musk. (Foto arsip/2024/Sergei GAPON / AFP) 

Sebelumnya, perusahaan teknologi lainnya, China Telecom sudah lebih dulu mengomersialkan layanan komunikasi satelit melalui sistem Tiantong sejak 2019.

Hingga April lalu, layanan ini telah menarik lebih dari 2,4 juta pengguna, kata wakil manajer umum perusahaan, Luan Xiaowei, dalam konferensi industri.

Pemerintah Beijing menempatkan komunikasi satelit sebagai sektor strategis.

Dorongan ini jelas mengincar posisi Starlink, yang kini menguasai pasar global dengan lebih dari 6.000 satelit aktif di orbit rendah bumi.

Sebagaimana dilaporkan South China Morning Post dan Xinhua, rencana ambisius China Unicom menjadi bukti keseriusan Beijing membangun sistem internet satelit domestik, sekaligus menegaskan rivalitas teknologi dengan Amerika Serikat.

Mengenal China Telecom dan China Unicom

China Telecom dan China Unicom merupakan dua perusahaan telekomunikasi milik negara yang berperan penting dalam membangun infrastruktur digital nasional dan memperluas konektivitas global.

Keduanya didirikan pada tahun 1994, namun memiliki fokus dan strategi yang berbeda dalam ekspansi dan layanan.

China Telecom unggul di wilayah selatan China dan dikenal dengan layanan telepon tetap serta broadband berbasis serat optik.

Perusahaan ini juga memiliki anak perusahaan di Amerika dan Asia, memperkuat kehadirannya di pasar internasional.

Sementara itu, China Unicom lebih dominan di wilayah utara dan agresif dalam menjalin kerja sama global, termasuk aliansi strategis dengan perusahaan asal Spanyol, Telefónica S.A..

Perusahaan ini tercatat di bursa Hong Kong, Shanghai, dan New York, dan aktif mengembangkan pusat data serta jaringan internasional.

Pada tahun 2020, salah satu dari kedua perusahaan ini mencatat pendapatan sebesar USD 67,36 miliar (sekitar Rp981 triliun) dan laba bersih USD 1,8 miliar (sekitar Rp26,2 triliun), menegaskan posisinya sebagai tulang punggung komunikasi nasional dan pemain utama dalam industri telekomunikasi global.

Baca juga: Starlink Didesak Hentikan Layanan di Sejumlah Negara ASEAN, Indonesia Masuk Daftar?

Keduanya terlibat aktif dalam pengembangan jaringan 5G dan transformasi digital lintas negara.

Namun, mereka juga menghadapi tantangan geopolitik, terutama dari Amerika Serikat terkait isu keamanan nasional, yang berdampak pada pembatasan operasi di wilayah tertentu.

Meski menghadapi tekanan eksternal, baik China Telecom maupun China Unicom tetap menunjukkan komitmen terhadap inovasi dan perluasan teknologi, menjadikan mereka pilar penting dalam ekosistem digital Tiongkok dan dunia.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved