China Unicom Tancap Gas, Tantang Dominasi Starlink Milik Elon Musk
China resmi beri lisensi satelit ke China Unicom, langkah besar untuk saingi dominasi Starlink milik Elon Musk di pasar global.
TRIBUNNEWS.COM - China mengambil langkah besar untuk menantang dominasi Starlink milik Elon Musk.
Starlink adalah proyek layanan internet berbasis satelit yang dikembangkan oleh perusahaan luar angkasa asal Amerika Serikat, SpaceX, milik Elon Musk.
Tujuan utama Starlink adalah menyediakan akses internet berkecepatan tinggi dan berlatensi rendah ke berbagai wilayah di dunia, termasuk daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh infrastruktur kabel atau fiber optik.
Starlink telah tersedia di lebih dari 100 negara dan wilayah, dan terus memperluas jangkauan.
Di Indonesia, layanan ini mulai diperkenalkan sejak 2023 dan dapat dipesan melalui situs resmi Starlink.
Kini, pemerintah China resmi memberikan lisensi bisnis komunikasi seluler satelit kepada raksasa telekomunikasi milik negara, China Unicom.
Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China (MIIT) pada Senin (8/9/2025) mengumumkan bahwa lisensi tersebut memungkinkan China Unicom menyediakan layanan konektivitas satelit langsung ke ponsel, komunikasi darurat, hingga maritim.
Langkah ini dipandang sebagai upaya memperluas akses internet berkecepatan tinggi dan mendorong persaingan yang lebih sehat.
“Koordinasi antara perusahaan telekomunikasi dan entitas di seluruh rantai industri komunikasi seluler satelit akan diperketat, yang akan mendorong transformasi dan meningkatkan ketahanan rantai pasokan,” ujar MIIT dalam pernyataannya, dikutip China Daily.
Lisensi ini merupakan yang pertama sejak Beijing merilis pedoman baru akhir Agustus lalu.
Kebijakan tersebut mendorong operator untuk memanfaatkan internet satelit orbit rendah sebagai pelengkap jaringan darat.
Langkah ini beriringan dengan peluncuran empat satelit orbit rendah China Unicom di dekat Rizhao, Shandong, pada akhir Agustus.
Baca juga: China Unicom Siap Kenalkan Layanan Seluler 6G pada 2025
Salah satunya adalah satelit pertama China dengan teknologi Internet of Things (IoT) pita sempit canggih, yang mampu menghubungkan perangkat berdaya rendah.
Meski China sudah memiliki jaringan satelit orbit tinggi untuk navigasi, telekomunikasi, dan pemantauan cuaca, pengembangan internet satelit orbit rendah masih dalam tahap awal.
Proyek besar seperti Spacesail (Qianfan) dan Guowang telah meluncurkan satelit, namun butuh dua hingga tiga tahun lagi agar bisa menyaingi Starlink, menurut IT Times.
Sumber: TribunSolo.com
Fakta Final Korea Open 2025: China Amankan 1 Gelar Juara, Jojo dan Fajar/Fikri di Ambang Rekor |
![]() |
---|
Deal TikTok Antara China dan AS Diduga Bocor, ByteDance Dikabarkan Masih Jadi 'Pemain' Utama |
![]() |
---|
DDPI Perkuat Kompetensi dan Kerja Sama Internasional lewat Pelatihan di China |
![]() |
---|
Trump Teken Perintah Akuisisi TikTok, Raksasa China Dicaplok Murah Rp233 Triliun |
![]() |
---|
Hasil Korea Open 2025: Comeback Amri/Nita Pulangkan Unggulan China, Tiket Semifinal Dalam Genggaman |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.