Donald Trump Pimpin Amerika Serikat
Tak Berizin, 300 Pekerja Korea Selatan Dipulangkan setelah Digerebek ICE di AS
Lebih dari 300 pekerja Korea Selatan yang tidak berizin dipulangkan ke tanah air setelah ICE menggerebek pabrik baterai Hyundai dan LG di Georgia.
TRIBUNNEWS.COM - Korea Selatan akan menjemput pekerja mereka yang ditahan di negara bagian Georgia, Amerika Serikat (AS).
Setidaknya 300 warga Korea Selatan ditahan setelah Immigration and Customs Enforcement (ICE) menggerebek pabrik baterai mobil Hyundai di Ellabell, Georgia pada 4 September lalu.
Para pekerja itu ditangkap dalam operasi penegakan hukum imigrasi yang ketat terhadap orang-orang yang tidak berizin di AS.
Jumlah total orang yang ditangkap adalah 475 pekerja dan 300 di antaranya merupakan warga Korea Selatan, menurut laporan Reuters.
Korea Selatan akan mengerahkan satu pesawat carteran untuk menjemput mereka setelah proses di kedua negara selesai.
Konsul Jenderal Korea Selatan di Washington Cho Ki-joong yang mengatakan para pekerja kemungkinan akan naik pesawat pada hari Rabu (10/9/2025).
Presiden AS Donald Trump pada hari Minggu menulis melalui akun @realDonaldTrump di media sosial Truth Social, bahwa ia menerapkan aturan imigrasi yang ketat.
"Investasi Anda disambut baik, dan kami mendorong Anda untuk SECARA LEGAL membawa orang-orang Anda yang sangat cerdas, dengan bakat teknis yang hebat, untuk membangun produk Kelas Dunia, dan kami akan mewujudkannya dengan cepat dan legal," ujarnya di platform media sosialnya, Minggu (7/9/2025).
Respon Korea Selatan
Setelah penggerebekan pada 4 September lalu, Korea Selatan membentuk tim darurat yang dipimpin oleh Konsul Jenderal Cho Ki-joong untuk menangani situasi ini secara langsung di Georgia.
LG Energy Solution menyatakan dari 47 karyawannya yang ditahan, 46 di antaranya adalah warga negara Korea Selatan.
Baca juga: Trump akan Kirim Departemen Perang ke Chicago, Ancam Imigran Ilegal
Sementara Hyundai Motor mengonfirmasi tidak ada karyawan langsung mereka yang terlibat dalam insiden ini, menurut laporan Korea Herald.
Korea Selatan mengatakan penangkapan ratusan pekerja Korea tersebut sangat disayangkan.
Terutama, penangkapan itu terjadi tak lama setelah pertemuan puncak pemimpin kedua negara.
Wakil Menteri Luar Negeri Pertama Park Yoon-joo mengatakan hal tersebut kepada Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik Allison Hooker melalui panggilan telepon.
"Kami sangat disayangkan insiden tersebut terjadi pada saat kritis, ketika momentum kepercayaan dan kerja sama antara kedua pemimpin, yang terjalin melalui pertemuan puncak pertama mereka, harus dipertahankan," kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (6/9/2025) malam.
Park Yoon-joo juga meminta AS memastikan penyelesaian yang adil dan cepat terhadap masalah tersebut.
"Aktivitas ekonomi perusahaan-perusahaan kami yang telah berinvestasi di AS, serta hak dan kepentingan warga negara kami, tidak boleh dilanggar secara tidak adil selama proses penegakan hukum AS," ujarnya.
Dalam video yang tersebar di internet memperlihatkan helikopter dan kendaraan lapis baja, serta ratusan pekerja berdiri di depan sebuah gedung.
Beberapa pekerja mengenakan rompi bertuliskan "Hyundai" atau "LG CNS".
Dua pekerja terlihat bersembunyi di dalam kolam sebelum akhirnya ditangkap.
AS akan Perluas Penggerebekan
Pemerintahan Presiden Donald Trump berencana untuk memperluas operasi penggerebekan imigrasi ke lebih banyak sektor bisnis.
"Kami akan melakukan lebih banyak operasi penegakan hukum di tempat kerja," kata kepala perbatasan Gedung Putih Tom Homan.
"Tidak ada yang mempekerjakan imigran ilegal karena kebaikan hati mereka. Mereka mempekerjakan mereka karena mereka dapat bekerja lebih keras, membayar mereka lebih rendah, dan mengalahkan pesaing yang mempekerjakan karyawan warga negara AS," jelasnya, seperti diberitakan Reuters.
Selama tahun 2025, pemerintahan Presiden Donald Trump menjalankan serangkaian operasi penggerebekan besar oleh U.S. Immigration and Customs Enforcement (ICE) yang mendapat sorotan luas.
Pada 4 September 2025, Politico melaporkan bahwa ICE meningkatkan penegakan hukum imigrasi di sejumlah kota yang dipimpin Partai Demokrat, atau dikenal sebagai kota-kota “blue”, seperti Los Angeles dan Washington D.C., dengan rencana ekspansi ke Chicago, New Orleans, dan Boston.
Langkah ini dilakukan untuk menegakkan hukum imigrasi sekaligus menekan tindak kejahatan di kota-kota tersebut.
Beberapa hari kemudian, pada 6 September 2025, Reuters melaporkan pelaksanaan Operasi Patriot 2.0 di Massachusetts.
Operasi ini menargetkan individu yang sebelumnya dibebaskan dari tahanan lokal meskipun ada permintaan penahanan dari ICE.
Penangkapan menitikberatkan pada orang-orang dengan catatan kriminal serius, termasuk pelanggaran seksual, pembunuhan, dan perdagangan narkoba, sebagai bagian dari strategi penegakan hukum yang agresif.
Puncaknya terjadi pada 4 September 2025, ketika ICE melakukan penggerebekan besar di pabrik baterai Hyundai–LG di Ellabell, Georgia, di mana mereka menangkap 475 pekerja.
Pemerintah Korea Selatan berhasil melakukan negosiasi dalam waktu beberapa hari untuk memulangkan warga negaranya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.