Senin, 29 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Hamas Jawab Ultimatum Trump, Buka Pintu Negosiasi dengan Israel

Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menjawab ultimatum Presiden AS Trump yang ingin Hamas dan Israel selesaikan perundingan untuk akhiri perang di Gaza.

Telegram/Brigade Al-Qassam
BRIGADE AL-QASSAM - Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Minggu (23/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam berdiskusi di atas panggung dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Sabtu (22/2/2025) yang membebaskan 6 sandera Israel, dengan imbalan 602 tahanan Palestina. Pada 8 September 2025, Hamas menanggapi ultimatum Trump untuk melanjutkan negosiasi dengan Israel. 

TRIBUNNEWS.COM - Kelompok perlawanan Palestina, Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) menanggapi permintaan sekutu Israel, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, agar melanjutkan perundingan untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza.

Hamas mengumumkan kesiapannya untuk mempertimbangkan pembebasan semua tahanan dengan imbalan deklarasi yang jelas tentang berakhirnya perang, penarikan penuh pasukan dari Gaza, dan pembentukan komite untuk memerintah Jalur Gaza.

"Kami menyambut baik setiap langkah yang mendukung upaya untuk menghentikan agresi terhadap rakyat kami," kata Hamas dalam pernyataannya, Senin (8/9/2025).

Hamas menekankan gerakan tersebut telah menerima sejumlah gagasan dari pihak Amerika yang bertujuan untuk mencapai gencatan senjata.

"Hal ini harus disertai dengan jaminan komitmen musuh, secara terbuka dan eksplisit, terhadap apa yang akan disepakati, agar pengalaman-pengalaman sebelumnya dalam mencapai kesepakatan yang kemudian ditolak atau dibatalkan tidak terulang," jelasnya.

Hamas mengatakan penolakan yang terbaru adalah kesepakatan yang diajukan oleh para mediator kepada gerakan tersebut berdasarkan proposal Amerika, yang disetujui oleh gerakan tersebut di Kairo pada 18 Agustus 2025.

Proposal tersebut belum ditanggapi oleh pendudukan Israel hingga saat ini, melainkan terus melanjutkan pembantaian dan pembersihan etnis di Gaza.

"Kami terus berhubungan dengan para mediator untuk mengubah gagasan-gagasan ini menjadi kesepakatan komprehensif yang memenuhi tuntutan kami," jelasnya, seperti diberitakan Al Jazeera.

Trump Ultimatum Hamas

Presiden AS Donald Trump mengultimatum Hamas agar menerima persyaratan pembebasan sandera dan diakhirinya perang di Jalur Gaza.

Syarat tersebut diajukan oleh AS dan Trump mengklaim sekutunya, Israel, telah menerimanya.

Baca juga: Trump Desak Hamas Bebaskan 20 Sandera Israel, Perlawanan Palestina Beri Jawaban

"Israel telah menerima syarat-syarat saya. Sudah saatnya Hamas juga menerimanya. Saya telah memperingatkan Hamas tentang konsekuensinya jika mereka menolak. Ini peringatan terakhir saya - tidak akan ada peringatan lain," tulisnya melalui @realDonaldTrump di platform media sosial Truth Social pada hari Minggu (7/9/2025).

Pada 30 Mei lalu, Trump mengatakan Israel dan Hamas hampir mencapai kesepakatan gencatan senjata 60 hari.

Pada 2 Agustus lalu, Hamas mengatakan pihaknya menolak untuk meletakkan senjata tanpa pembentukan negara Palestina merdeka dengan ibu kotanya di Yerusalem.

Serangan Israel di Jalur Gaza

Sejak Oktober 2023, Israel melanjutkan serangannya di Jalur Gaza.

Pada awal September ini, militer Israel mengklaim telah menguasai 40 persen wilayah Kota Gaza dalam kampanye untuk menduduki kota tersebut.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan