Konflik Palestina Vs Israel
Hamas Janji Lindungi Sandera, Siap Umumkan Daftar Korban Israel
Gerakan Perlawanan Palestina (Hamas) janji lindungi sandera semaksimal mungkin dan mereka siap merilis daftar sandera yang tewas oleh serangan Israel.
TRIBUNNEWS.COM - Abu Ubaida, juru bicara Brigade Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), menegaskan kelompok perlawanan Palestina akan berusaha melindungi sandera semaksimal mungkin di tengah serangan Israel.
Ia menegaskan para tawanan Israel akan bersama para pejuang perlawanan di daerah pertempuran.
"Kami akan bersama para pejuang kami di medan pertempuran dan konfrontasi, dalam kondisi yang sama berisiko dan penuh risiko," katanya di Telegram pada hari Jumat (29/8/2025).
Selain itu, ia menegaskan kelompok perlawanan akan mengumumkan daftar nama para sandera yang terbunuh dalam serangan Israel.
"Kami akan mengumumkan nama, foto, dan bukti kematian setiap tahanan yang terbunuh akibat agresi," jelasnya.
Dalam pernyataannya, Abu Ubaida juga menegaskan kelompok perlawanan berada dalam siaga tinggi untuk menghadapi rencana Israel menduduki Kota Gaza, yang menurutnya akan menjadi bencana bagi kepemimpinan politik dan militer pendudukan Israel.
Ia mengatakan rencana pendudukan Gaza akan dibayar oleh tentara musuh dengan darah prajuritnya, dan akan meningkatkan peluang untuk menangkap prajurit baru.
"Para pejuang perlawanan dalam kondisi siaga, siaga penuh, dan moral yang tinggi, dan akan memberikan contoh-contoh kepahlawanan dan keberanian yang unik, dan akan memberikan pelajaran yang keras kepada para penjajah, jika Tuhan berkehendak," kata Abu Ubaida.
Juru bicara tersebut mengatakan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan para menterinya terus memerintahkan serangan terhadap Jalur Gaza yang membunuh para sandera.
"Penjahat perang Netanyahu dan para menteri Nazi-nya telah dengan sengaja memutuskan untuk mengurangi separuh jumlah tahanan musuh yang masih hidup dan menghilangkan sebagian besar jasad tahanan mereka yang telah meninggal selamanya, yang mana tentara musuh dan pemerintahan terorisnya akan menanggung tanggung jawab penuh," katanya, lapor Al Jazeera.
Sebelumnya, Brigade Al-Qassam mengumumkan serangkaian operasi yang dilakukan terhadap pasukan pendudukan dan kendaraan mereka selama beberapa hari terakhir di lingkungan Al-Zeitoun di Kota Gaza dan di Jabalia di Jalur Gaza utara.
Baca juga: Israel Tetapkan Gaza Jadi Zona Perang, Peringatkan Bakal Ada Serangan Besar Dalam Waktu Dekat
Tentara Israel pada hari Jumat, mengumumkan dimulainya operasi awal untuk menyerang Kota Gaza, dan terus menargetkan daerah pemukiman dan kerumunan warga sipil yang kelaparan, yang mengakibatkan puluhan orang tewas.
Sejak 11 Agustus, militer Israel telah melancarkan serangan udara, pengeboman, dan operasi penghancuran bangunan secara terkonsentrasi di permukiman Shuja'iyya, Zeitoun, dan Sabra di timur dan selatan Kota Gaza, serta di Jabalia.
Serangan tersebut merupakan bagian dari "Operasi Gideon 2" yang bertujuan untuk menduduki Kota Gaza dan memindahkan penduduknya ke arah selatan.
Tentara Israel Temukan 2 Jasad Sandera
Pada hari Jumat, tentara Israel mengumumkan telah menemukan jasad sandera Israel, Ilan Weiss di Jalur Gaza.
Militer menjelaskan operasi tersebut juga berhasil menemukan satu sandera lain yang identitasnya belum terungkap, beserta barang-barangnya.
Israel menekankan keberhasilan operasi tersebut berkat informasi intelijen yang akurat.
Pernyataan itu menambahkan Ilan Weiss (55) dari Kibbutz Be'eri, ditahan dari rumahnya selama serangan kelompok perlawana Palestina pada 7 Oktober 2023, sementara istri dan putrinya dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan pada November tahun 2023.
"IDF dan Badan Keamanan Israel membawa kembali jenazah kedua sandera ke Israel dalam operasi gabungan," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.
"Nama jenazah kedua belum dirilis untuk publikasi. Jenazahnya sedang diidentifikasi di Institut Kedokteran Forensik," lanjutnya.
"Ilan Weiss, seorang pahlawan, adalah anggota regu darurat di Kibbutz Be'eri," tambahnya dalam sebuah pernyataan.
Per Juni 2025, pemerintah Israel menulis dalam website-nya bahwa setidaknya ada 50 orang yang masih ditahan oleh kelompok perlawanan di Jalur Gaza, setelah sebelumnya kedua pihak sempat melakukan beberapa kali pertukaran tahanan.
Israel masih melanjutkan perang genosida di Jalur Gaza dengan melakukan serangan besar-besaran yang menewaskan puluhan ribu warga Palestina.
Israel menyalahkan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) dan kelompok perlawanan lainnya yang meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, yang berhasil menembus pertahanan Israel di wilayah selatan.
Hamas dan kelompok perlawanan lainnya menahan sekitar 250 orang pada hari operasi tersebut.
Hamas menyebut Operasi Banjir Al-Aqsa sebagai bentuk perlawanan terhadap pendudukan Israel yang sudah berlangsung sejak 1948, serta sebagai respons atas upaya Israel mengambil alih kompleks Masjid Al-Aqsa.
Segera setelah operasi tersebut, Israel menutup total jalur masuk ke Jalur Gaza, mencegah bantuan apa pun memasuki wilayah tersebut sementara Israel meluncurkan serangannya.
Beberapa minggu kemudian akses kembali dibuka, namun jumlah bantuan yang diizinkan masuk sangat terbatas.
Pada 2 Maret 2025, Israel melakukan blokade total terhadap penyeberangan Kerem Shalom (perbatasan Mesir, Jalur Gaza, Israel), Rafah (perbatasan Jalur Gaza dengan Mesir) dan Erez Crossing (Beit Hanoun di Jalur Gaza utara).
Pemblokiran tersebut mengakibatkan kelaparan massal yang menewaskan lebih dari 322 jiwa, di antaranya 121 hingga 29 Agustus 2025, menurut Pusat Informasi Palestina.
Israel membuka kembali jalur tersebut pada akhir Juli 2025 setelah mendapat tekanan internasional yang semakin kuat dan munculnya foto serta video yang memperlihatkan kelaparan parah di Jalur Gaza.
Sebelumnya pada bulan Mei 2025, Israel dan sekutunya Amerika Serikat mendirikan lembaga bernama Gaza Humanitarian Foundation (GHF) untuk menyalurkan bantuan.
GHF memiliki titik distribusi di Tal al-Sultan (Rafah selatan), Saudi Neighborhood (Rafah selatan), Khan Younis (Gaza bagian selatan), dan Wadi Gaza (dekat Kota Gaza, bagian tengah barat).
Pada akhir Juli 2025, Israel membuka kembali jalur bantuan, namun berbagai laporan menyebutkan tentara Israel sering menembak tanpa alasan yang jelas terhadap warga Palestina yang berusaha mengambil bantuan dari GHF.
Setidaknya 63.025 warga Palestina telah tewas dan 159.490 terluka dalam perang genosida Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023, menurut data Kementerian Kesehatan pada hari Jumat, lapor Anadolu Agency.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.