Konflik Rusia Vs Ukraina
Aktivitas Mata-mata Rusia Terdeteksi 4 Kali dalam Seminggu di Alaska, NORAD Kerahkan F-16
Hubungan AS dan Rusia masih menegang meski Putin dan Donald Trump bertemu dua minggu lalu di Alaska, aktivitas militer justru meningkat.
TRIBUNNEWS.COM – Untuk keempat kalinya dalam seminggu, sebuah pesawat mata-mata Rusia dihalau oleh F-16 Angkatan Udara AS di dekat Alaska, menurut Komando Pertahanan Dirgantara Amerika Utara (NORAD).
Mengutip wads.ang.af.mil, NORAD merupakan organisasi nasional antara Amerika Serikat dan Kanada yang bertugas melaksanakan misi peringatan dan pengendalian dirgantara untuk kawasan Amerika Utara.
Peringatan dirgantara mencakup deteksi, validasi, dan pemberian peringatan dini atas potensi serangan terhadap Amerika Utara, baik melalui pesawat, rudal, maupun wahana antariksa, bekerja sama dengan komando militer lainnya.
Sementara pengendalian dirgantara berfokus pada memastikan kedaulatan udara dan pertahanan udara di wilayah udara AS dan Kanada.
Pesawat Rusia Masuki ADIZ Alaska

Mengutip airandspaceforces.com, aktivitas mata-mata terbaru Rusia terjadi pada 26 Agustus 2025.
Pesawat yang terlibat adalah Ilyushin Il-20 COOT, sebuah pesawat pengintai intelijen elektronik era Perang Dingin.
Menurut Kapten Rebecca Garand, juru bicara NORAD dari Angkatan Bersenjata Kanada, Il-20 memasuki Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) Alaska selama sekitar 2 jam 20 menit.
Titik terdekat pesawat dengan daratan AS adalah 42 km di utara Pulau Shemya, bagian dari Kepulauan Aleut.
Pulau ini menjadi lokasi Pangkalan Udara Eareckson, yang memiliki lapangan terbang militer serta stasiun radar pelacak rudal milik Angkatan Luar Angkasa AS.
Pangkalan tersebut sempat menampung 130 tentara Angkatan Darat AS pada musim gugur lalu, sebagai respons atas meningkatnya aktivitas Rusia dan China di kawasan Arktik.
Baca juga: Pilot F-35 Habiskan Waktu 50 Menit Berkomunikasi dengan Teknisi sebelum Pesawatnya Jatuh di Alaska
Empat Penerbangan dalam Seminggu
Menurut NORAD, jalur penerbangan pesawat Rusia bervariasi:
20 Agustus: Il-20 terbang 40 km laut dari Pulau St. Lawrence, Alaska.
21 Agustus: Il-20 berada 161 km dari Tanjung Lisburne, lokasi pos militer AS paling utara di Alaska.
24 Agustus: Pesawat melintas 71 km laut di barat Point Hope, Alaska utara.
26 Agustus: Penerbangan terbaru mendekati Pulau Shemya.
Sebagai tanggapan, NORAD mengerahkan dua F-16 dan satu KC-135 untuk keempat penerbangan tersebut, dengan tiga misi terakhir juga didukung oleh E-3 Sentry, pesawat komando dan kontrol udara.
Pakar Militer: “Pesan Strategis Rusia”
Pensiunan Jenderal Glen D. VanHerck, mantan kepala NORAD dan Komando Utara AS, menyebut aktivitas ini tidak mengejutkan.
“Ini tidak selalu terjadi, tetapi saya rasa ini bukan alasan untuk khawatir. Saya melihatnya sebagai pesan strategis yang sifatnya normal dan rutin,”
kata VanHerck kepada Air & Space Forces Magazine.
Namun, beberapa pakar menduga penerbangan Rusia berkaitan dengan latihan militer skala besar Northern Edge, yang diselenggarakan oleh Komando Indo-Pasifik AS.
Northern Edge adalah latihan gabungan militer yang dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Amerika Serikat di Teluk Alaska.
Latihan ini melibatkan 6.400 personel, 100 pesawat tempur, 7 kapal perang dari AS dan Kanada.
Ada pula kapal induk USS Abraham Lincoln dengan sayap udara F-35C siluman, F/A-18, dan pesawat peperangan elektronik EA-18G Growler.
“Tidak diragukan lagi, upaya Rusia ini bertujuan mengumpulkan intelijen terkait Northern Edge, karena latihan ini sering menguji peralatan dan taktik baru,” ujar Mark Montgomery, pensiunan Laksamana Muda AL AS dan peneliti di Foundation for Defense of Democracies.
Il-20: Pesawat Intelijen Era Perang Dingin
Pesawat Il-20 COOT merupakan pesawat pengumpulan intelijen elektronik yang dikembangkan Uni Soviet pada era Perang Dingin.
Pesawat ini kerap terdeteksi dan dicegat oleh NATO di kawasan Baltik dan juga pernah digunakan Rusia dalam operasi di Suriah.
Baca juga: Bertemu Trump di Alaska, Vladimir Putin Bawa Pulang Kotoran BAB-nya ke Moskow, Apa Alasannya?
Pada 2018, salah satu Il-20 ditembak jatuh secara tidak sengaja oleh pasukan Suriah dalam insiden tembak-menembak di kawasan Latakia.
Menurut VanHerck, keterbatasan kemampuan Il-20 membuatnya kecil kemungkinan bisa mendapatkan informasi sensitif dari latihan Northern Edge.
Rusia, China, dan Kepentingan Arktik
Selain pesawat Rusia, NORAD juga memantau keberadaan lima kapal pemecah es China dan sebuah kapal penelitian milik Beijing yang saat ini beroperasi di kawasan Arktik, setelah melewati Alaska pada awal Agustus.
Situasi ini semakin menarik perhatian publik setelah pertemuan puncak di Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson, Alaska, antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin awal bulan ini.
Trump bahkan memerintahkan pameran kekuatan udara, termasuk menampilkan pesawat tempur F-22 Raptor dan pengebom siluman B-2 Spirit, sebagai pesan simbolis kepada Putin.
Pertemuan keduanya dilakukan di tengah upaya Donald Trump untuk mendamaikan Rusia dan Ukraina.
NORAD: Tidak Ada Ancaman Langsung
NORAD menegaskan bahwa penerbangan Il-20 tidak dianggap sebagai ancaman langsung.
Namun, setiap pesawat yang memasuki ADIZ Alaska harus diidentifikasi secara langsung demi keamanan nasional.
Bulan lalu, NORAD juga mencegat dua pembom Tu-95 “Bear” Rusia yang dikawal jet tempur Su-35 “Flanker” ketika berada di ADIZ selama tiga jam.
“Misi NORAD adalah memberikan peringatan dan kendali kedirgantaraan serta peringatan maritim untuk pertahanan Amerika Utara. Bukan tugas kami untuk berspekulasi mengenai niat asing,” kata Kapten Rebecca Garand.
Hubungan Amerika Serikat dan Rusia Masih Tak Menentu di Tengah Aktivitas Militer di Dekat Alaska
Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia masih belum menentu karena aktivitas militer Rusia terus berlanjut di dekat Alaska, meskipun Donald Trump berupaya menengahi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina.
Ivana Stradner, peneliti di Foundation for Defense of Democracies, mengatakan bahwa pesawat-pesawat Rusia yang terbang di dekat Alaska merupakan bagian dari strategi khas Presiden Vladimir Putin.
Stradner menyebut bahwa Putin berusaha menggambarkan Amerika Serikat dan Barat sebagai “macan kertas” — istilah yang merujuk pada pihak yang terlihat kuat, tetapi sebenarnya lemah.
"Kita tidak bisa menganggap ini sebagai satu peristiwa yang terisolasi. Ini harus dilihat dalam konteks yang lebih luas, yang menunjukkan bahwa Rusia tidak serius untuk mengakhiri perang ini," kata Stradner, dikutip dari katv.com.
Meskipun aktivitas tersebut sejauh ini tidak menimbulkan ancaman langsung, pergerakan militer Rusia ini terjadi pada periode sensitif dalam hubungan AS-Rusia.
Baca juga: Mengapa Trump Tidak Perintahkan Tangkap Putin Saat Bertemu di Alaska?
Trump, dalam pernyataannya minggu ini, mengatakan bahwa sanksi ekonomi berat terhadap Rusia masih mungkin diberlakukan jika negara tersebut tidak menunjukkan upaya menuju perdamaian dalam konfliknya dengan Ukraina.
"Ini bukan perang dunia, tetapi perang ekonomi. Dan perang ekonomi akan berdampak buruk, terutama bagi Rusia, dan saya sebenarnya tidak menginginkan itu," ujar Trump pada Selasa (26/8/2025).
Menurut laporan The New York Times, Rusia atau pihak proksinya juga memantau rute pengiriman senjata AS dan sekutunya di Eropa melalui Jerman, menggunakan drone untuk melacak pergerakan pasokan militer yang dikirimkan guna membantu Ukraina.
Intelijen yang dikumpulkan dari pengawasan tersebut berpotensi dimanfaatkan Rusia atau sekutunya dalam perang, termasuk untuk mendukung upaya sabotase.
Sementara itu, laporan dari Pusat Studi Strategis dan Internasional mencatat bahwa serangan semacam ini meningkat tajam antara tahun 2022 dan 2024, tetapi mulai menurun pada tahun 2025.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.