Pilot F-35 Habiskan Waktu 50 Menit Berkomunikasi dengan Teknisi sebelum Pesawatnya Jatuh di Alaska
Hasil investigasi kecelakaan jet tempur F-35 pada Januari lalu di Alaska telah dirilis, ada beberapa faktor yang berkontribusi pada insiden ini.
Lima teknisi terlibat dalam panggilan tersebut, termasuk seorang insinyur perangkat lunak senior, seorang insinyur keselamatan penerbangan, dan tiga spesialis sistem roda pendaratan.
Dalam prosesnya, pilot mencoba dua teknik pendaratan “touch and go”—mendarat sebentar lalu lepas landas kembali—untuk meluruskan roda hidung yang macet.
Namun, upaya tersebut gagal dan justru membuat roda pendaratan utama kiri dan kanan ikut membeku serta tidak bisa memanjang sepenuhnya untuk pendaratan darurat.
Saat itu, sensor F-35 mendeteksi pesawat berada di darat, sehingga komputer pesawat beralih ke “mode operasi darat otomatis”.
Akibatnya, jet tempur menjadi tidak terkendali karena sistemnya beroperasi seolah pesawat sedang di darat, padahal masih berada di udara.
Kondisi inilah yang memaksa pilot melontarkan diri.
Inspeksi terhadap reruntuhan menemukan sekitar sepertiga cairan hidrolik di bagian hidung dan roda pendaratan utama kanan ternyata berupa air, padahal seharusnya tidak ada kandungan air sama sekali.
Masalah Serupa Ditemukan
Investigasi juga menemukan kasus serupa pada F-35 lain di pangkalan yang sama, hanya sembilan hari setelah kecelakaan.
Namun, pada insiden kedua itu, pesawat berhasil mendarat dengan selamat.
Laporan menyebut bahwa Lockheed Martin sebenarnya telah mengeluarkan panduan pada April 2024 mengenai masalah yang dialami sensor F-35 dalam kondisi cuaca dingin ekstrem seperti di wilayah Alaska.
Baca juga: Keputusan Radikal Spanyol: Batal Beli F-35 AS, Lirik Jet Tempur Generasi Kelima KAAN Turki
Panduan tersebut menjelaskan bahwa es pada sistem hidrolik dapat mengganggu kendali pesawat.
Suhu udara saat kecelakaan tercatat mencapai -1 derajat Fahrenheit atau -18.33°C.
Laporan juga menambahkan, jika para teknisi saat panggilan konferensi merujuk pada buletin perawatan 2024, mereka kemungkinan akan menyarankan pendaratan total terencana atau ejeksi terkendali, bukan pendaratan darurat kedua yang justru memperparah kondisi.
Faktor Penyebab Kecelakaan
Sumber: TribunSolo.com
AS dan China Capai Kesepakatan Awal Soal TikTok, Pembicaraan Final Digelar Jumat dengan Xi Jinping |
![]() |
---|
Trump Umumkan Serangan Kedua AS ke Kapal Narkoba Venezuela, Tiga Orang Tewas |
![]() |
---|
10 Negara dengan Jumlah Danau Terbanyak: Kanada Peringkat Teratas Punya 879.800, Disusul Rusia & AS |
![]() |
---|
10 Negara dengan Mobil Listrik Terbanyak: Tiongkok Memimpin, Amerika Serikat Urutan Berapa? |
![]() |
---|
Trump Peringatkan Israel soal Menyenggol 'Sekutu Besar' AS: Kalian Harus Hati-hati! |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.