Konflik Iran Vs Israel
Iran Klaim Bangun Pabrik Senjata di Sejumlah Negara, Strategi Tersembunyi untuk Hadapi Israel?
Iran klaim bangun pabrik senjata di sejumlah negara, upaya ini dilakukan guna memperkuat kemampuan militer dalam menghadapi konflik dengan Israel
TRIBUNNEWS.COM - Iran mengklaim telah membangun pabrik senjata di sejumlah negara, menyusul pengembangan rudal canggih yang diuji belakangan ini.
Iran sebelumnya telah memproduksi rudal-rudal baru dengan daya jangkau dan kekuatan yang lebih besar.
Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, dalam wawancara televisi dengan kantor berita Young Journalists Club.
“Kami telah membangun pabrik senjata di beberapa negara, tetapi untuk saat ini kami belum akan mengumumkan negara mana saja,” kata Nasirzadeh.
“Fasilitas tersebut kemungkinan akan dibuka dan diumumkan secara resmi dalam waktu dekat,” imbuhnya
Tak dirinci negara mana saja negara mana saja yang menjadi lokasi pabrik-pabrik senjata tersebut.
Namun mengutip Iran Intl, upaya ini dilakukan memperkuat kemampuan militer negara dalam menghadapi kemungkinan konflik regional, khususnya dengan Israel.
Dengan membangun pabrik di luar negeri, memungkinkan Iran mengurangi risiko serangan langsung terhadap fasilitas militer dalam negeri.
Jika situs domestik diserang, maka produksi senjata tetap berjalan dari lokasi lain.
Pabrik tambahan juga memeprmudah Iran dalam mempercepat pengembangan dan produksi rudal canggih dan hulu ledak manuver.
Selain itu keberadaan pabrik luar negeri bisa menjadi sinyal kekuatan militer Iran, sekaligus memperkuat posisi negosiasi di kawasan Timur Tengah.
Menggertak posisi Israel, pasca Teheran dan Tel Aviv terlibat perang singkat pada 13 Juni lalu, hingga menewaskan sejumlah komandan senior dan ilmuwan nuklir Iran, serta merusak sistem pertahanan udara dan situs nuklir.
Baca juga: Iran Pamer Kekuatan Besar Tembak Rudal ke di Teluk Oman, Bikin Israel Was-was
Iran Klaim Klaim Efektivitas Rudalnya
Pernyataan Nasirzadeh muncul bersamaan dengan uji coba rudal jelajah oleh Angkatan Laut Iran ke target permukaan di Teluk Oman dan Samudra Hindia utara, dalam latihan berskala besar pada akhir pekan kemarin.
Latihan ini mengikuti manuver gabungan Iran-Rusia Casarex 2025 di Laut Kaspia sebulan sebelumnya, menegaskan ambisi Iran untuk meningkatkan kapasitas militer domestik dan regional, terutama di tengah sanksi AS yang telah membatasi akses Iran ke persenjataan modern sejak 1979.
Sanksi AS itu menyebabkan Iran mengandalkan kemampuan mereka sendiri serta hanya bisa mengadaptasi sistem-sistem lama.
Meski begitu, Iran tetap gencar memproduksi senjata. Menurut Nasirzadeh, tahun lalu Teheran telah menguji coba hulu ledak baru yang canggih dan mampu bermanuver.
Salah satu diantaranya ada Qassem Basir, rudal balistik jarak menengah dengan jangkauan sekitar 1.200 kilometer.
Rudal ini disebutnya sebagai “senjata paling presisi” karena dilengkapi kemampuan manuver hulu ledak yang memungkinkan rudal menghindari intersepsi dari sistem pertahanan canggih lawan, termasuk THAAD, Patriot, Iron Dome, dan Arrow.
Selain Qassem Basir, Iran juga telah menguji rudal jelajah canggih Angkatan Laut yang diarahkan ke target permukaan di Teluk Oman dan Samudra Hindia utara.
Latihan ini menjadi yang pertama sejak berakhirnya konflik udara 12 hari dengan Israel pada Juni lalu, dan menegaskan fokus Iran pada presisi dan kemampuan manuver rudal.
Nasirzadeh menambahkan bahwa Iran juga telah menguji hulu ledak baru tahun lalu yang dikembangkan untuk meningkatkan efektivitas rudal dalam menghadapi pertahanan musuh.
Peningkatan kemampuan ini dianggap sebagai langkah strategis Iran untuk memastikan rudalnya tetap efektif meskipun sistem pertahanan musuh semakin canggih.
Dengan hadirnya sederet rudal canggih milik Iran, Nasirzadeh, menegaskan bahwa jika konflik udara pada Juni lalu yang berlangsung 12 hari berlangsung lebih lama, pasukan Israel diprediksi tidak akan mampu mencegat rudal Iran.
“Jika perang berlangsung 15 hari, dalam tiga hari terakhir Israel tidak akan mampu mengatasi rudal kami,” ujar Nasirzadeh, menambahkan bahwa kondisi ini bahkan memaksa Israel menerima gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.