Senin, 6 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Presiden Irlandia Minta PBB Lakukan Intervensi Militer di Jalur Gaza

Presiden Irlandia meminta PBB melakukan intervensi militer untuk hentikan perang genosida Israel di Jalur Gaza dan memastikan penyaluran bantuan.

|
Editor: Nuryanti
RNTV/TangkapLayar
KEHANCURAN TOTAL - Foto tangkap layar RNTV pada Senin (14/7/2025) yang menunjukkan kehancuran total di Jalur Gaza akibat bombardemen Israel. Dari meja perundingan, negosiasi gencatan senjata Israel dan Hamas di Qatar kembali menemui jalan buntu. Israel bersikukuh mempertahankan pasukannya di sekitar 40 persen wilayah Gaza. Pada 23 Agustus 2025, Presiden Irlandia meminta PBB melakukan intervensi militer di Gaza. 

Pada 2014, parlemen Irlandia mendesak pengakuan resmi meskipun pemerintah menundanya, seperti dijelaskan AP News.

Akhirnya, pada 22 Mei 2024, Irlandia bersama Spanyol dan Norwegia mengumumkan pengakuan resmi, yang berlaku pada 28 Mei 2024. 

Tindakan ini dianggap simbolis untuk menjaga harapan solusi dua negara, meskipun menuai protes dari Israel. 

Menyusul itu, pada 29 September 2024, Irlandia dan Palestina resmi bertukar nota diplomatik dan hubungan penuh dibangun.

Irlandia baru-baru ini mengumumkan akan mengkriminalisasi impor barang dari Tepi Barat.

Rencananya, mulai 2026, negara itu akan mengkriminalisasi impor barang dari wilayah pendudukan—termasuk pemukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur—dengan menjadikan tindakan importasi tersebut sebagai pelanggaran pidana berdasarkan Customs Act.

Langkah ini menjadikan Irlandia sebagai negara pertama Uni Eropa yang menyasar perdagangan dari permukiman ilegal Israel melalui jalur hukum domestik, lapor The Guardian.

Israel menyalahkan Hamas atas kehancuran serta krisis kelaparan yang melanda Jalur Gaza.

Menurut pernyataan pihak Israel, konflik berskala besar yang kini berlangsung bermula dari serangan Operasi Banjir Al-Aqsa yang dilakukan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023 di perbatasan selatan Israel.

Dalam serangan tersebut, kelompok perlawanan Palestina berhasil menahan sekitar 250 orang.

Hingga kini, pemerintah Israel menyatakan masih ada sekitar 50 orang yang ditahan di Gaza, meskipun sebelumnya telah terjadi beberapa kali pertukaran tahanan antara kedua pihak.

Tak lama setelah serangan 7 Oktober, Israel menutup sepenuhnya akses bantuan kemanusiaan menuju Gaza.

Beberapa minggu kemudian, jalur tersebut kembali dibuka, namun jumlah bantuan yang diizinkan masuk sangat terbatas.

Situasi semakin memburuk pada 2 Maret 2025 ketika Israel kembali memberlakukan blokade total terhadap jalur bantuan.

Akibat dari penutupan ini, kelaparan hebat melanda Gaza dan menewaskan lebih dari 101 orang hingga Juli 2025.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved