Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Di Depan Trump, Putin Tak Janji Setop Perang Rusia-Ukraina, Hanya ‘Tertarik’

Di depan Presiden AS Donald Trump, Presiden Rusia Putin tak janji akan hentikan Perang Rusia-Ukraina. Putin hanya sebut Rusia ‘tertarik’ melakukannya.

Facebook The White House
PUTIN KE ALASKA - Foto diunduh dari Facebook The White House, Sabtu (16/8/2025) memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (kanan) di Alaska pada Jumat, 15 Agustus 2025. Trump melakukan konferensi pers dengan Putin setelah pertemuan mereka di Alaska. 

Ia menugaskan utusan khusus, Lt. Gen. Keith Kellogg, untuk meraih gencatan senjata dalam 100 hari—sebuah tantangan ambisius yang mencerminkan tekanan awal masa jabatan barunya, lapor USA News.

Pada akhir Januari, Trump menyatakan bahwa administrasinya telah menggelar "diskusi serius" dengan Rusia, menandakan upaya cepat menuju resolusi konflik, lapor AP News.

Namun, ketika Rusia tetap agresif, nada Trump berubah dan kritik terhadap Putin mulai disampaikan secara terbuka, “Dia ingin melakukan yang terbaik, terus membunuh orang,” begitu kata Trump setelah serangan besar-besaran Rusia.

Pada Maret 2025, Trump melakukan langkah drastis: menangguhkan bantuan militer kepada Ukraina untuk memaksa negosiasi damai. Tekanan ini adalah sinyal bahwa Trump bersedia menggunakan leverage sebagai alat diplomasi.

Namun pada bulan Juni, Trump justru menggelontorkan bantuan militer alih-alih menjauhkan diri. 

Pada Juli, ia meminta Senat menyetujui pengiriman rudal Patriot untuk Ukraina, dan memperingatkan Rusia serta pihak lain dengan ancaman tarif tinggi (hingga 100 persen) jika tidak setuju gencatan senjata.

Kemudian pada akhir Juli, Trump menetapkan tenggat waktu 10–12 hari bagi Rusia untuk menyetujui gencatan senjata.

Pada 1 Agustus, Trump bahkan memerintahkan penempatan kapal selam nuklir AS di dekat Rusia, sebagai sinyal militer kuat agar Putin tidak terus berperang.

Menjelang pertemuan puncak di Alaska, Trump terus menegaskan bahwa ia tidak akan merundingkan kesepakatan atas nama Ukraina. 

Ia menyatakan bahwa Putin dan Zelensky harus mencapai kesepakatan itu sendiri.

Trump kerap menyindir Zelensky, bahkan pernah memanggilnya “diktaktor tanpa pemilu” saat Zelensky dianggap tidak kooperatif dalam menyelesaikan perang—meski larangan pemilihan adalah konstitusional selama masa darurat militer.

Namun, Trump juga menerima surat dari Zelensky yang menyatakan kesediaan Ukraina untuk negosiasi damai dan mengutipnya sebagai bukti niat baik Kyiv, lapor Reuters.

Pada 8 Agustus 2025, Trump mengumumkan niatnya untuk mengadakan pertemuan dengan Putin di Alaska, melalui unggahan di platform Truth Social. 

Deklarasi tersebut kemudian dikonfirmasi oleh Kremlin, dengan pernyataan bahwa Alaska dianggap cukup logis sebagai lokasi pertemuan karena terletak berseberangan dengan Rusia.

Perang Rusia di Ukraina yang dimulai pada tahun 2022 merupakan buntut panjang dari ketegangan antara Ukraina dan Rusia sejak pecahnya Uni Soviet pada Desember 1991.

Pada hari pertama invasinya, Putin mengatakan "operasi militer khusus" tersebut bertujuan menghilangkan kemampuan militer Ukraina yang dianggap mengancam Rusia, menyingkirkan unsur "neo-Nazi" yang dituduh ada dalam pemerintahan Ukraina, membela etnis Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk dari dugaan penindasan.

Selain itu, Rusia ingin mencegah Ukraina bergabung dengan aliansi NATO atau menjadi basis Barat, dan menolak keberadaan militer NATO di perbatasan Rusia.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved