Dari Dinasti Tang ke Tiongkok Modern: Warisan Peradaban yang Bangkit Menjadi Superpower Dunia
Dinasti Tang adalah zaman keemasan Tiongkok. Kini, Tiongkok kembali jadi kekuatan global dengan kemajuan budaya dan teknologi modern.
TRIBUNNEWS.COM - Selama lebih dari seribu tahun, Tiongkok telah menapaki jejak panjang sebagai pusat peradaban dunia.
Pada masa Dinasti Tang (618–907 M), negeri ini mencapai puncak kejayaan dalam budaya, ilmu pengetahuan, dan perdagangan global.
Kota Chang’an menjadi magnet bagi para pedagang dan cendekiawan dari berbagai belahan dunia, sementara puisi, seni, dan pengobatan tradisional berkembang pesat dan meninggalkan warisan yang masih hidup hingga kini.
Kini, di abad ke-21, Tiongkok kembali bangkit sebagai kekuatan global bukan hanya dalam ekonomi dan teknologi, tetapi juga dalam pengaruh budaya dan filosofi.
Dari ramuan herbal seperti Zheng Gu Shui hingga kecerdasan buatan dan eksplorasi luar angkasa, Tiongkok modern melanjutkan ambisi peradaban lamanya: menjadi pusat dunia di bawah langit.
Dinasti Tang dianggap sebagai zaman keemasan Tiongkok karena berhasil menciptakan kemajuan luar biasa di berbagai bidang yang menjadikan Tiongkok sebagai pusat peradaban dunia saat itu.
Inilah masa ketika Tiongkok bukan hanya kuat secara militer dan politik, tapi juga menjadi pusat budaya, ilmu pengetahuan, dan perdagangan dunia.
Setidaknya ada lima hal yang menjadikan Dinasti Tang istimewa:
- Chang’an (sekarang Xi’an) menjadi kota terbesar dan paling kosmopolitan di dunia saat itu, pusat Jalur Sutra yang menghubungkan Asia, Timur Tengah, dan Eropa.
- Seni dan sastra berkembang pesat, dengan puisi-puisi Li Bai dan Du Fu yang masih dikagumi hingga kini.
- Sistem birokrasi dan ujian kenegaraan yang efisien menjadi model bagi negara-negara tetangga seperti Jepang dan Korea.
- Pengaruh budaya Tang menyebar ke seluruh Asia Timur, menjadikan Tiongkok sebagai pusat peradaban regional.
- Kemajuan pengobatan tradisional Tiongkok, termasuk lahirnya ramuan legendaris seperti Zheng Gu Shui, yang awalnya digunakan untuk menyembuhkan cedera para prajurit dan kini tetap relevan sebagai solusi herbal modern.
Dari lima hal tersebut salah satu yang bertahan hingga masa kini adalah kemajuan pengobatan tradisional Tiongkok.
Bagi sebagian masyarakat, pengobatan tradisional Tiongkok (Traditional Chinese Medicine) bukanlah hal yang asing.
Pengobatan ini kerap dijadikan pilihan sebagai pengobatan alternatif, pelengkap (komplementer), maupun sebagai bentuk pencegahan (preventif) dalam menjaga kesehatan.
Mulai dari meredakan keluhan ringan hingga mendukung proses pemulihan setelah pengobatan medis, ramuan herbal khas Tiongkok telah dipercaya dan digunakan selama berabad-abad.
Salah satu produk legendaris yang lahir dari praktik Traditional Chinese Medicine (TCM) adalah Zheng Gu Shui, obat gosok herbal yang telah digunakan secara turun-temurun untuk meredakan berbagai keluhan pada tulang, otot, dan sendi.
Tak hanya menjadi bagian penting dari sejarah TCM, Zheng Gu Shui juga terus relevan hingga hari ini, terutama di tengah gaya hidup aktif dan kebutuhan akan solusi pereda nyeri yang praktis dan alami.
Zheng Gu Shui pertama kali digunakan pada masa Dinasti Tang, ketika para praktisi TCM mencari pengobatan efektif untuk menyembuhkan cedera para tentara dan pekerja yang sering mengalami patah tulang, bengkak, atau memar.
Pada awal 1950-an, formula klasik Zheng Gu Shui disempurnakan dan diproduksi secara eksklusif oleh perusahaan farmasi temama Guangxi Yulin Pharmaceutical Co., Ltd., di Provinsi Guangxi, Tiongkok Kombinasi antara ekstrak herbal tradisional dan proses produksi mutakhir menjadikan Zheng Gu Shui sebagai solusi warisan budaya yang tetap relevan dengan standar kualitas masa kini.
Sebagai salah satu produk unggulan Guangxi Yulin Pharmaceutical, Zheng Gu Shui kini telah dikenal luas di berbagai negara sebagai obat gosok herbal terpercaya untuk membantu meredakan pegal linu dan nyeri persendian serta membantu meringankan bengkak/ memar akibat keseleo.
Zheng Gu Shui mengandung berbagai ekstrak herbal seperti daun mint yang memberikan sensasi hangat dan segar saat diaplikasikan. Produk ini cocok digunakan oleh siapa saja yang sering beraktivitas fisik, seperti pekerja lapangan, ibu rumah tangga yang mengalami pegal akibat aktivitas harian, olahragawan yang ingin menghangatkan sendi sebelum aktivitas hingga atlet yang sedang memulihkan diri dari cedera.
Cukup dioleskan secara merata ke bagian tubuh yang nyeri atau tegang, Zheng Gu Shui bekerja dengan cepat meresap ke dalam kulit dan membantu melancarkan peredaran darah di area yang bermasalah. Tidak lengket dan beraroma khas herbal, produk ini menjadi pilihan banyak konsumen yang mencari solusi pereda nyeri yang alami dan praktis.
Di Indonesia, Zheng Gu Shui telah lama dikenal dan digunakan oleh masyarakat dari berbagai kalangan dikarenakan khasiatnya yang efektif dan praktis untuk membantu nyeri otot dan sendi.
Kini, Tiongkok kembali menjadi negara superpower. Setelah mengalami masa-masa kelam di awal abad ke-20, Tiongkok bangkit dengan cepat dan kini menjadi kekuatan global yang menyaingi Barat.
Ada sejumlah yang mendorong kebangkitan Tiongkok, yaitu:
- Reformasi ekonomi (Gaige Kaifang) oleh Deng Xiaoping membuka pintu investasi asing dan menciptakan pertumbuhan ekonomi luar biasa.
- Stabilitas politik berbasis otoritarianisme modern memungkinkan pembangunan jangka panjang tanpa gangguan politik.
- Revitalisasi nilai budaya, seperti Konfusianisme dan Tianxia, membentuk etos kerja keras dan rasa misi peradaban.
- Kemajuan teknologi dan pendidikan menjadikan Tiongkok pemimpin dalam AI, manufaktur, dan eksplorasi luar angkasa.
Kini, Tiongkok tidak hanya menjadi pusat ekonomi, tetapi juga pusat budaya dan teknologi.
Konsep Tianxia—“segala yang berada di bawah langit”—mendorong Tiongkok untuk melihat dirinya sebagai pemimpin moral dan budaya dunia.
Dengan warisan peradaban 5.000 tahun yang masih hidup dalam bahasa, filosofi, dan sistem pemerintahan, Tiongkok adalah salah satu peradaban paling berkelanjutan dalam sejarah.
Dari Dinasti Tang hingga Tiongkok modern, satu benang merah tetap kuat: ambisi untuk menjadi pusat peradaban dunia.
Jika dulu Chang’an menyambut pedagang dari seluruh dunia, kini Beijing dan Shanghai menyambut inovator, diplomat, dan pemimpin global.
(ChinaKnowledge/Britannica/Hanfu Story/fmprc.gov.cn)
Jadwal 32 Besar Badminton China Masters 2025: Langkah Berat Alwi Farhan dan Ana/Meilysa |
![]() |
---|
Rekap Hasil China Masters 2025: 3 Kejutan Pahit, Indonesia Ikut Rasakan Getirnya |
![]() |
---|
Fenomena Langit di Tiongkok, Warga Meyakini Ada 'Benda Misterius' hingga Muncul Suara Ledakan |
![]() |
---|
Iran Potensial Beli Jet J-10C China: Langit Suriah Bakal Jadi Arena Pertempuran Lawan F-35 Israel |
![]() |
---|
Hasil China Masters 2025: Lolos 16 Besar, Peluang Tinggi Fajar/Fikri Jumpa Wakil Tuan Rumah Lagi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.