Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Trump dan Putin Akan Bertemu di Alaska Jumat Depan, Bahas Perdamaian Ukraina

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dipastikan akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska Jumat pekan depan.

Kremlin
PUTIN DAN TRUMP - Foto ini diambil pada Jumat (11/7/2025) dari website resmi Kremlin, memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Presiden AS Donald Trump (kanan) bertemu di sela-sela acara G20 di Hamburg, Jerman pada 7 Juli 2017. Presiden Amerika Serikat Donald Trump dipastikan akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska Jumat pekan depan. 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dipastikan akan bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di negara bagian paling utara AS, Alaska, pada Jumat depan, 15 Agustus 2025.

Pertemuan tingkat tinggi ini akan difokuskan pada upaya mengakhiri perang Rusia-Ukraina, yang telah berlangsung selama lebih dari tiga tahun dan menelan ratusan ribu korban jiwa.

"Kami akan mengadakan pertemuan dengan Rusia. Kami akan memulainya dengan Rusia," ujar Trump pada Jumat (8/8/2025), saat menerima para pemimpin dari Armenia dan Azerbaijan di Gedung Putih, dikutip dari Al Jazeera.

Trump mengatakan pertemuan ini merupakan langkah awal dari proses perdamaian yang sudah lama ia upayakan sejak kembali menjabat sebagai Presiden. 

Ia mengisyaratkan, kesepakatan damai kemungkinan besar akan melibatkan pertukaran wilayah, suatu ide yang memicu perdebatan di kancah internasional.

"Ini sangat rumit. Tapi, kita akan mendapatkan kembali sebagian, dan sebagian lagi akan ditukar. Akan ada beberapa pertukaran wilayah demi kebaikan keduanya, tapi kita akan membicarakannya nanti atau besok," ujarnya.

Konflik Rusia-Ukraina dimulai pada 2014, dengan aneksasi Krimea oleh Rusia, namun memuncak menjadi invasi penuh pada Februari 2022. 

Sejak itu, beberapa upaya perdamaian telah dilakukan, namun belum menghasilkan gencatan senjata permanen.

Trump, sejak kembali sebagai Presiden AS pada awal 2025, telah mengambil pendekatan langsung.

Ia mengadakan serangkaian komunikasi dengan Putin dan juga menyatakan kesediaannya untuk mempertemukan Putin dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

Sementara itu, Kremlin sebut Alaska lokasi yang 'cukup logis' untuk pertemuan puncak Trump-Putin.

Hal tersebut diungkapkan oleh Asisten Presiden, Yuri Ushakov.

Baca juga: Leletnya Gencatan Senjata Rusia-Ukraina, Trump Muak: Terserah Putin

"Rusia dan AS adalah tetangga dekat, saling berbatasan," jelasnya, dikutip dari BBC.

"Dan tampaknya cukup logis bagi delegasi kami untuk terbang di atas Selat Bering dan agar pertemuan puncak para pemimpin kedua negara yang penting dan dinanti-nantikan ini diadakan di Alaska," tambahnya.

Meski pertemuan dijadwalkan berlangsung di Alaska, Gedung Putih belum mengumumkan lokasi pasti. 

Kemungkinan besar, seperti pertemuan sebelumnya antara AS dan Tiongkok di Anchorage pada 2021, pembicaraan akan digelar di ruang tertutup untuk menghindari gangguan publik dan media.

Namun, prospek pertemuan ini menimbulkan pertanyaan hukum dan logistik, mengingat Putin masih menjadi subjek surat perintah penangkapan dari Mahkamah Kriminal Internasional (ICC).

Jaksa telah meminta penangkapannya atas dugaan kejahatan perang yang dilakukan di Ukraina, dan perjalanan Putin melalui negara anggota ICC mana pun dapat mengakibatkan penahanannya.

Namun, AS bukan anggota ICC dan tidak mengakui kewenangan pengadilan tersebut.

Persiapan Berbulan-bulan Menuju Pertemuan Puncak Trump-Putin

Pertemuan antara Donald Trump dan Vladimir Putin di Alaska bukanlah keputusan mendadak.

Agenda ini merupakan hasil dari proses diplomatik yang telah berjalan intens sejak awal masa jabatan kedua Trump, dan melibatkan serangkaian komunikasi tingkat tinggi antara Washington dan Moskow.

Semua dimulai pada 12 Februari 2025, ketika Trump melakukan panggilan telepon resmi pertamanya dengan Putin sejak kembali menjabat. 

Dalam panggilan yang digambarkan sebagai "panjang dan sangat produktif" itu, kedua pemimpin menyepakati untuk memulai jalur diplomasi melalui pertemuan delegasi di Arab Saudi. 

Sebagai tindak lanjut, Utusan Khusus Trump, Jeffrey Witkoff, segera dikirim ke Moskow dalam kunjungan pertamanya untuk membangun dasar dialog.

Tak lama kemudian, pada 18 Februari, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Arab Saudi. 

Pertemuan ini menandai langkah konkret pertama dalam pembentukan kerangka perundingan damai. 

Komunikasi berlanjut secara langsung antara Trump dan Putin pada 18 Maret, dalam sebuah percakapan telepon yang menghasilkan kesepakatan awal mengenai gencatan senjata terbatas, khususnya terkait infrastruktur energi.

Negosiasi terus berlanjut, hingga pada 11 April, Witkoff kembali ke Moskow untuk memperdalam pembahasan teknis. 

Lalu pada 15 Mei, para diplomat dari AS, Ukraina, dan Rusia bertemu di Turki untuk pembicaraan tiga pihak, sebagai bagian dari upaya menutup celah antara tuntutan masing-masing pihak.

Ketegangan kembali meningkat ketika Witkoff melakukan kunjungan kelimanya ke Moskow pada 6 Agustus. 

Saat itu, Trump telah menetapkan batas waktu bagi Rusia untuk menyepakati gencatan senjata penuh. Sebagai tekanan tambahan, pemerintah AS menjatuhkan sanksi sebesar 25 persen terhadap India, yang dianggap memperkuat posisi Rusia dengan tetap membeli minyak dari negara tersebut.

Meskipun tenggat tersebut berlalu tanpa tercapainya kesepakatan, Trump mengumumkan pada 8 Agustus, ia akan bertemu langsung dengan Putin di Alaska pada 15 Agustus. 

Keputusan itu, meski datang setelah serangkaian negosiasi yang belum membuahkan hasil, dianggap sebagai langkah penting dan simbolis dari seorang presiden yang berupaya menempatkan dirinya sebagai upaya perdamaian global.

(Tribunnews.com/Farrah)

Artikel Lain Terkait Donald Trump dan Vladimir Putin

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved