Konflik Rusia Vs Ukraina
Putin Terbuka Bertemu Zelensky, tapi Hanya jika Syarat Ini Dipenuhi
Putin bersedia bertemu Zelensky, namun hanya jika syarat tertentu terpenuhi. Kyiv skeptis, menyebutnya tak lebih dari taktik menunda-nunda.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan terbuka untuk melakukan pertemuan langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Kremlin menegaskan pertemuan tersebut hanya bisa dilakukan jika sejumlah prasyarat yang tidak dijelaskan secara rinci terpenuhi
Konflik Rusia-Ukraina berawal dari runtuhnya Uni Soviet pada 1991, ketika Ukraina mendeklarasikan kemerdekaannya.
Sejak saat itu, ketegangan meningkat karena Ukraina berupaya melepaskan diri dari pengaruh Rusia dan mendekat ke Barat.
Revolusi Euromaidan pada 2014, yang menggulingkan presiden pro-Rusia, menjadi pemicu utama.
Sebagai respons, Rusia mencaplok Krimea dan mendukung separatis di wilayah Donbas, memicu konflik bersenjata selama delapan tahun.
Pada Februari 2022, Rusia meningkatkan eskalasi dengan melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina.
Rusia beralasan ingin "mendemiliterisasi" dan "denazifikasi" Ukraina, sementara Ukraina dan Barat melihatnya sebagai upaya menguasai kembali.
Konflik ini adalah puncak dari serangkaian peristiwa politik dan militer yang panjang.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan kepada media Rusia pada Senin (4/8/2025) bahwa "Presiden tidak menutup kemungkinan mengadakan pertemuan semacam itu," namun harus didahului oleh "pekerjaan yang diperlukan di tingkat ahli dan jarak yang sesuai telah diatasi."
Ia juga menambahkan hingga kini, proses persiapan tersebut “belum dilakukan.”
Baca juga: Iran Bentuk Badan Baru di Era Perang Lawan Israel: Apa Itu Dewan Pertahanan Nasional?
Dmitry Peskov adalah salah satu figur paling menonjol dan orang kepercayaan Presiden Vladimir Putin.
Ia bertanggung jawab menyampaikan posisi resmi Kremlin kepada publik dan media.
Kyiv Ragukan Niat Tulus Moskow
Kepala Staf dan Penasihat Itama Presiden Ukraina, Andriy Yermak menanggapi pernyataan Peskov dengan skeptis.
Andriy Yermak adalah salah satu sosok paling berpengaruh dan orang kepercayaan utama Presiden Volodymyr Zelenskyy.
Ia sering disebut sebagai "orang nomor dua" di Ukraina karena perannya yang vital dalam pemerintahan.
Dalam pernyataannya di platform X, Yermak menyebut komentar tersebut hanya "upaya lain untuk mengulur waktu" karena tidak mengandung rincian yang konkret.
Meski demikian, Yermak menyatakan bahwa Ukraina tetap bersedia untuk berdialog, asalkan Rusia serius.
“Posisi Ukraina jelas: kami siap untuk pertemuan para pemimpin,” tulisnya.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada Presiden AS Donald Trump atas konsistensinya dalam mendorong diakhirinya perang.
Trump Tekan Rusia, Putin Ciptakan Kesan Bersedia Berdialog
Ketegangan ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan dari Amerika Serikat, terutama dari Presiden Donald Trump, yang semakin mendesak agar Moskow menyetujui kesepakatan damai.
Trump bahkan mengancam sanksi sekunder dan tarif tinggi terhadap negara-negara yang membeli minyak Rusia jika Rusia tidak memulai gencatan senjata.
Baca juga: Donald Trump Mengatakan Kapal Selam Nuklir Sudah Berada di Wilayah Rusia
Yuriy Sak, mantan penasihat Kementerian Pertahanan Ukraina, mengatakan kepada New York Post bahwa Putin sedang mencoba mematahkan momentum Trump dengan berpura-pura bersedia berdialog.
“Putin menyadari Trump punya momentum dan akan melakukan apa pun untuk mematikannya. Tapi saya rasa Trump sudah melihat taktik ini,” kata Sak.
Yuriy Sak dikenal publik sebagai juru bicara yang vokal dan komunikator utama pemerintah Ukraina, terutama sejak invasi skala penuh Rusia pada tahun 2022.
Putin: Rusia Bisa Menunggu
Putin sebelumnya menyampaikan tuntutan damai kepada Ukraina pada musim panas 2024 dan mengatakan posisinya tetap tidak berubah.
Dalam pertemuan dengan Presiden Belarus Alexander Lukashenko, ia menegaskan bahwa Rusia menginginkan "perdamaian jangka panjang tanpa batas waktu" dan akan bersabar jika Ukraina belum siap untuk bernegosiasi.
"Rusia bisa menunggu," kata Putin seperti dikutip media Rusia.
Lukashenko sempat mengatakan Rusia akan "merebut semuanya dalam dua bulan," namun Putin membalas, “Kami akan merebutnya kembali – itu milik kami.”
Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, adalah sekutu terdekat Vladimir Putin karena ketergantungan politik dan ekonomi Belarus pada Rusia.
Hubungan mereka bersifat strategis, menjadikan Belarus "pagar hidup" Rusia yang berbatasan dengan Ukraina dan NATO.
Aliansi ini juga diperkuat oleh perjanjian resmi melalui Persatuan Negara yang mengikat kedua negara secara militer dan ekonomi.
Diplomasi di Balik Layar dan Retorika Panas
Sementara itu, Putin juga menegaskan bahwa pembicaraan damai harus dilakukan secara non-publik, tanpa sorotan media, dan tanpa tekanan politik.
Ia mengusulkan pembentukan tiga kelompok negosiasi sebagai kerangka awal, dan menyebut respons awal Ukraina terhadap usulan itu "positif."
Retorika keras terus berlanjut.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.258: Ajudan Trump Tuduh India Biayai Perang Lewat Impor Minyak Rusia
Trump mengaku kecewa dengan percakapan terakhirnya dengan Putin dan menyebut pemimpin Rusia itu “banyak bicara omong kosong.”
Kyiv Post melaporkan bahwa Trump telah memberi tenggat waktu baru kepada Moskow hingga 8 Agustus untuk memulai gencatan senjata, atau menghadapi sanksi baru dari Amerika Serikat.
Walau Putin menyatakan keterbukaan terhadap pertemuan langsung dengan Zelensky, ketidakjelasan syarat dan keraguan dari pihak Ukraina membuat prospek pembicaraan damai tetap abu-abu.
Di tengah tekanan diplomatik dan ancaman sanksi baru dari AS, waktu akan menentukan apakah kesediaan Rusia untuk berdialog adalah langkah tulus atau sekadar strategi politik.
(Tribunnews.com/ Andari Wulan Nugrahani)
Sumber: TribunSolo.com
Konflik Rusia Vs Ukraina
Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-1.301: Pussy Riot Dihukum Penjara In Absentia |
---|
Pamer Kekuatan: Rusia–Belarus Gelar Latihan Perang, Kerahkan Rudal Nuklir, Jet Bomber, hingga Tank |
---|
Diplomasi Besi Putin ke NATO, AS Kirim Perwira Pantau Latihan Perang Besar-besaran Rusia-Belarus |
---|
Perang Kuras Keuangan Ukraina, Presiden Zelensky Butuh 120 Miliar Dolar untuk Lawan Rusia di 2026 |
---|
Rumania Naik Pitam, Panggil Dubes Rusia usai Insiden Drone Tembus ke Wilayah Udara |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.