Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Jeda Taktis Israel Dimulai, Ratusan Truk Bantuan Berjejer di Kerem Shalom Menuju Gaza

Ratusan truk bantuan kemanusiaan \berjejer di perlintasan Kerem Shalom untuk menyalurkan bantuan pangan ke Gaza pasca Israel memulai jeda taktis

khaberni/tangkap layar
TRUK BANTUAN GAZA - Antrean truk bantuan Gaza berbaris di perbatasan yang ditutup sepihak oleh militer Israel. Dengan dibukanya jeda taktis, memungkinkan konvoi bantuan masuk ke wilayah kantong Palestina yang terkepung setelah berbulan-bulan dilanda blokade ketat Israel. 

TRIBUNNEWS.COM - Ratusan truk bantuan kemanusiaan terlihat berjejer di perlintasan Kerem Shalom pada Senin (28/7/2025) menyusul dimulainya jeda taktis pertempuran di Gaza.

Jeda sementara ini digagas Israel usai didesak para pemimpin global agar segera membuka akses bantuan menuju Gaza di tengah ancaman krisis pangan yang semakin kritis buntut blokade pangan yang dilakukan Israel sejak  7 Oktober 2023.

Israel berdalih blokade dilakukan guna mencegah masuknya barang yang dapat digunakan militan sayap kanan Hamas untuk membuat senjata atau memperkuat infrastruktur militernya.

Oleh karena itu, mereka menerapkan pemeriksaan ketat bahkan terhadap bantuan kemanusiaan. Pemerintah Israel menyebut langkah ini bagian dari “hak mempertahankan diri” di tengah konflik bersenjata.

Namun imbas aksi  ini menyebabkan distribusi makanan dalam jumlah besar ikut terhenti membuat tepung dan bahan pangan pokok langka, dan menjadi salah satu penyebab utama krisis kelaparan di Gaza.

Dengan dibukanya jeda taktis, memungkinkan konvoi bantuan masuk ke wilayah kantong Palestina yang terkepung setelah berbulan-bulan dilanda blokade ketat Israel.

Sejumlah saksi mata mengatakan bahwa konvoi bantuan tersebut awalnya berkumpul di perlintasan perbatasan Rafah sisi Mesir di bawah pengawasan Bulan Sabit Merah Mesir (Egyptian Red Crescent).

Truk-truk itu kemudian melanjutkan perjalanan menuju perlintasan Kerem Shalom, di mana mereka terlebih dahulu menjalani inspeksi oleh pihak berwenang Israel sebelum diizinkan memasuki wilayah kantong yang dikepung tersebut, 

Menurut laporan The Guardian, konvoi membawa bahan pangan esensial, termasuk tepung dalam jumlah besar yang kini menjadi komoditas paling langka di Gaza, serta peralatan perbaikan infrastruktur.

Baca juga: Israel Umumkan Jeda Taktis Pertempuran, Tetap Ngotot Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza

Al-Qahera News menambahkan, Bulan Sabit Merah Mesir yang bermarkas di kota perbatasan Arish terus menjadi pihak utama dalam mengoordinasikan distribusi bantuan dari Mesir dan berbagai donor internasional.

Konvoi terbaru ini mencakup lebih dari 100 truk dengan total muatan lebih dari 1.200 ton bantuan pangan.

Sekitar 840 ton di antaranya berupa tepung, sementara 450 ton lainnya berisi paket makanan siap distribusi.

Sejak krisis kemanusiaan Gaza meletus, diperkirakan 35.000 truk bantuan telah memasuki wilayah tersebut melalui koordinasi Mesir bersama mitra internasional.

Namun, angka tersebut masih jauh dari kebutuhan harian. Kantor Media Gaza menyebut hanya 73 truk yang berhasil masuk dalam 24 jam terakhir.

Padahal wilayah dengan 2,4 juta penduduk itu membutuhkan setidaknya 600 truk bantuan per hari untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Langit Gaza Dipenuhi Parasut Bantuan

Selain bantuan darat, langit Jalur Gaza kembali dipenuhi ratusan parasut yang membawa paket bantuan kemanusiaan pada Senin (28/7/2025) di tengah krisis kelaparan paling parah dalam sejarah wilayah tersebut. 

Bantuan udara itu dijatuhkan oleh sejumlah negara melalui koordinasi dengan organisasi kemanusiaan internasional untuk menjangkau daerah-daerah yang terisolasi akibat pertempuran dan blokade panjang Israel.

Menurut laporan otoritas kemanusiaan setempat, paket bantuan berisi bahan pangan pokok, termasuk tepung, beras, dan makanan siap saji, serta suplai obat-obatan darurat. Airdrop dilakukan di beberapa titik di utara Gaza, wilayah yang disebut paling terdampak kelaparan karena akses darat hampir sepenuhnya tertutup.

“Bantuan udara ini merupakan upaya terakhir menyelamatkan nyawa ribuan warga sipil yang sudah berhari-hari tidak makan,” kata seorang pejabat kemanusiaan yang terlibat dalam operasi tersebut. Organisasi internasional memperingatkan, tanpa penambahan jalur distribusi darat, airdrop tidak akan mampu memenuhi kebutuhan 2,4 juta penduduk Gaza.

Meski bantuan udara dianggap solusi darurat, sejumlah kelompok menilai metode ini berisiko karena paket bantuan kerap jatuh di area yang tidak aman atau menjadi rebutan warga yang putus asa.

“Ini hanya langkah sementara. Jalur darat harus dibuka untuk memastikan distribusi teratur,” tegas Palang Merah Internasional.

(Tribunnews.com / Namira)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved