Selasa, 30 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Umumkan Jeda Taktis Pertempuran, Tetap Ngotot Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza

IDF mengatakan akan menghentikan serangannya untuk bantuan kemanusiaan, tetapi juga menyatakan kalau tidak terjadi kelaparan di Gaza.

Anadolu Agency
KELAPARAN PARAH - Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyatakan lebih dari satu juta orang di Gaza tengah dan Gaza selatan mengalami kelaparan parah karena tidak menerima pasokan makanan apa pun selama bebera waktu terakhir. Berlanjutnya blokade militer Israel membuat situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk. 

Israel Umumkan Jeda Taktis Pertempuran, Tetap Ngotot Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza

TRIBUNNEWS.COM - Militer Israel (IDF) pada Minggu (27/7/2025) mengumumkan "jeda taktis" dalam pertempuran untuk "tujuan kemanusiaan" di beberapa bagian Gaza.

Keputusan Israel menghentikan sementara pengeboman mereka di Gaza terjadi di tengah meningkatnya kritik atas krisis kelaparan yang semakin memburuk di daerah kantong Palestina tersebut.

IDF mengatakan akan menghentikan aktivitas militer mereka di Al-Mawasi, Deir al-Balah, dan Kota Gaza mulai pukul 10.00 hingga 20.00 (07.00-17.00 GMT) hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Baca juga: Israel Meriang, Turki akan Beli 40 Jet Tempur Eurofighter Typhoon dari Jerman

Sebagai informasi, wilayah-wilayah tersebut merupakan area di mana IDF tidak memperbarui operasi darat sejak Maret, saat mereka memutuskan melanjutkan serangan ke Gaza.

"Rute aman yang ditunjuk untuk konvoi yang mengirimkan makanan dan obat-obatan juga akan diberlakukan secara permanen mulai pukul 06.00 hingga 23.00," kata IDF dilanisir WN, Minggu. 

Ini terjadi beberapa jam setelah Israel mulai mengirimkan bantuan melalui udara dalam apa yang digambarkannya sebagai upaya untuk meringankan kondisi kemanusiaan di daerah kantong tersebut.

Sementara itu, Al Qahera News TV yang berafiliasi dengan negara Mesir mengatakan bahwa bantuan mulai bergerak menuju Gaza dari Mesir.
 
IDF menyatakan, “Keputusan ini dikoordinasikan dengan PBB dan organisasi internasional setelah diskusi mengenai masalah ini…IDF akan terus mendukung upaya kemanusiaan di samping manuver dan operasi ofensif yang sedang berlangsung terhadap organisasi perlawanan di Gaza, untuk melindungi warga sipil Israel. IDF siap memperluas skala kegiatan ini sesuai kebutuhan.”

IDF juga membagikan rekaman dari pendaratan bantuan kemanusiaan melalui udara di Gaza.

Menariknya, Israel yang bersedia menghentikan pertempuran karena alasan kemanusian justru menyatakan kalau “tidak ada kelaparan di Gaza”.

Israel malah ngotot kalau kelaparan parah di Gaza adalah “kampanye palsu yang dipromosikan oleh Hamas” meski banyak organisasi internasional dan badan PBB menyatakan kalau Gaza memang dilanda kelaparan hebat.

 

Malnutrisi di Gaza

Kekhawatiran pihak internasional atas krisis kemanusiaan di Gaza semakin meningkat.

Organisasi-organisasi bantuan mengatakan pekan lalu bahwa 2,2 juta penduduk Gaza mengalami kelaparan massal, dengan persediaan makanan menipis setelah Israel memutus semua pasokan ke wilayah tersebut pada bulan Maret, sebelum melanjutkannya pada bulan Mei dengan pembatasan dan blokade baru. 

Pada hari Kamis (24/7/2025), PBB mengatakan kalau jeda kemanusiaan di Gaza akan memungkinkan "peningkatan bantuan kemanusiaan" .

PBB mengatakan kalau Israel tidak menyediakan alternatif rute yang memadai untuk konvoinya, sehingga menghambat akses bantuan.

Puluhan warga Gaza telah meninggal karena kekurangan gizi dalam beberapa minggu terakhir, menurut Kementerian Kesehatan Gaza di daerah kantong yang dikuasai Hamas.

Sebanyak 127 orang telah meninggal karena kekurangan gizi, termasuk 85 anak-anak, sejak dimulainya perang, kata kementerian itu.

Israel mengatakan tidak ada kelaparan di Gaza dan kalau penghentian bantuan dimaksudkan untuk menekan Hamas agar menyerahkan puluhan sandera yang masih ditahannya di Gaza.

Setelah mengizinkan masuknya bantuan pada bulan Mei, Israel mengatakan ada cukup makanan di Gaza tetapi Perserikatan Bangsa-Bangsa gagal mendistribusikannya.

Perang dimulai pada 7 Oktober 2023, ketika militan yang dipimpin Hamas menyerbu Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang dan membawa 251 sandera kembali ke Gaza.

Sejak itu, serangan Israel terhadap Hamas telah menewaskan hampir 60.000 orang di Gaza, dan membuat hampir seluruh penduduk mengungsi.
 
Hamas menyatakan, serangan yang dikenal sebagai Operasi Banjir Al Aqsa itu adalah titik akumulasi dari penindasan dan penistaan yang dilakukan entitas Israel termasuk para pemukim Yahudi ke warga Palestina.

TRUMP DAN NETANYAHU - Tangkapan layar The White House pada Jumat (11/7/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) dan Presiden AS Donald Trump (kiri) berfoto di Gedung Putih, pada hari Senin (7/7/2025).
TRUMP DAN NETANYAHU - Tangkapan layar The White House pada Jumat (11/7/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) dan Presiden AS Donald Trump (kiri) berfoto di Gedung Putih, pada hari Senin (7/7/2025). (Facebook The White House)

Trump Minta Israel 'Selesaikan Tugas' Melawan Hamas

Adapun negara utama pendukung Israel, Amerika Serikat (AS) melalui Presiden Donald Trump pada Jumat (25/7/2025) mengatakan kalau Israel harus meningkatkan operasi  militernya di Gaza.

Trump juga meminta Israel "membersihkan" Gaza dari Hamas setelah kelompok perlawanan Palestina itu menolak proposal gencatan senjata yang disodorkan AS.

"Hamas benar-benar tidak ingin membuat kesepakatan. Saya pikir mereka ingin mati. Ini sangat, sangat buruk. Ini harus sampai pada titik di mana Anda harus menyelesaikan pekerjaan," tulis Trump di Truth Social sebelum berangkat ke Skotlandia pada Minggu.

Trump mengunjungi Skotlandia untuk urusan pribadi. Dia memang sering datang ke negara itu karena memiliki sejumlah properti termasuk dua lapangan golf terkenal di sana, yaitu Trump Turnberry di Ayrshire dan Trump International Golf Links di Aberdeenshire.

Pengumuman Trump muncul setelah Steve Witkoff, utusan AS untuk Timur Tengah, mengatakan bahwa Amerika Serikat menarik diri dari negosiasi yang sedang berlangsung untuk menilai kembali strategi di Washington. 

"Sekarang kita hanya memiliki sandera terakhir, dan mereka tahu apa yang terjadi setelah Anda mendapatkan sandera terakhir," kata Trump.

"Pada dasarnya karena itu, mereka benar-benar tidak ingin membuat kesepakatan." Trump mengisyaratkan bahwa diplomasi mungkin tidak lagi layak.

"Mereka harus berjuang dan membersihkannya," katanya, mendukung kampanye militer Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. “Mereka (Hamas) akan diburu," kata Trump.

 

(oln/wn/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved