Selasa, 7 Oktober 2025

Penurunan Hasil Panen Paksa Pakistan Andalkan Impor Pangan

Pakistan telah menjalan skema impor pangan yang tidak sehat dalam beberapa bulan terakhir.

Editor: Wahyu Aji
Rahmat Gul/Associated Press/KompasTV
ILUSTRASI Selembar bendera Pakistan berkibar di ibu kota Islamabad, 27 Juli 2022. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakistan telah menjalan skema impor pangan yang tidak sehat dalam beberapa bulan terakhir.  

Dikutip dari Daily Asian Age, Jumat (11/7/2025), penyebabnya penurunan hasil panen domestik, biaya produksi yang lebih tinggi, serta kelemahan struktural dan kebijakan.  

Selaras dengan itu, peningkatan impor pangan telah membebani cadangan devisa Pakistan yang menipis.  

Hal tersebut berdampak negatif terhadap perekonomian Pakistan dalam jangka panjang.  

Komisi Perencanaan Pakistan telah memperingatkan peningkatan impor pangan akibat penurunan hasil panen pangan utama sebesar 13,5 persen.  

Pakistan mengimpor bahan pangan USD7 miliar selama Juli 2024-April 2025, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sebaliknya, ekspor pangan dari Pakistan menurun tahun ini.   

Permintaan Domestik Timbulkan Masalah 

Pakistan menghadapi masalah dalam memenuhi permintaan domestik akan komoditas pangan penting.  

Minyak nabati menduduki puncak daftar barang impor, mengakibatkan Impor minyak kedelai meningkat 140 persen, sementara minyak sawit meningkat sebesar 25 persen tahun ini. Kacang-kacangan, lentil, dan bahkan makanan pokok seperti susu dan krim untuk bayi termasuk di antara barang pangan impor.      

Menariknya, sektor pertanian disebut sebagai tulang punggung perekonomian Pakistan. Namun kini Pakistan berada dalam kesulitan yang sangat besar. 

Terlebih lagi, Pakistan dulunya merupakan negara pengekspor gandum. Namun, negara ini telah mengimpor gandum selama beberapa tahun terakhir. Impor gandum yang mendesak diperlukan untuk melindungi negara dari krisis pangan yang parah, ujar Mian Zahid Hussain, Ketua Dewan Penasihat Kebijakan Federasi Kamar Dagang dan Industri Pakistan (FPCII).   

Hina Ayra, pakar fasilitasi perdagangan yang bekerja dengan pemerintah Islamabad, memaparkan proyeksi masa depan Pakistan yang mengkhawatirkan di tengah krisis pangan yang parah dan ketidakstabilan ekonomi.  

"Kelangkaan pangan secara signifikan memengaruhi inflasi dan stabilitas ekonomi. Seiring menurunnya hasil pertanian, Pakistan akan terpaksa bergantung pada impor pangan yang mahal, yang akan memperburuk defisit perdagangan dan semakin melemahkan mata uang lokal," ujarnya.  

Pertanian disebut sebagai 'penyelamat' ekonomi Pakistan, tetapi kini negara ini dihadapkan pada masalah ketahanan pangan, kata Daud Khan, mantan pejabat PBB dan Sarjana Oxford, serta Ghasharib Shoukat, Kepala Produk di Pakistan Agriculture Research.  

“Penurunan hasil pertanian merugikan perekonomian secara keseluruhan: berkurangnya ekspor berarti berkurangnya devisa; berkurangnya panen gandum berarti harga pangan yang lebih tinggi; dan kesulitan di pedesaan mengakibatkan tekanan yang lebih besar pada layanan sosial dan meningkatnya migrasi dari desa ke kota,” tulis mereka.  

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved