Konflik Palestina Vs Israel
Tentara Muda IDF Mulai Buka Mata Soal Perang di Gaza, PBB: Mereka Alami Kerusakan Psikologis
Pelapor khusus Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk wilayah Palestina, Francesca Albanese menyebut tentara muda IDF sudah terkena kerusakan psikologis.
Penulis:
Whiesa Daniswara
Editor:
Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Beberapa waktu yang lalu, seorang prajurit cadangan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengungkapkan fakta terbaru soal perang di Gaza.
Prajurit muda IDF itu mengatakan bahwa unitnya sering diperintahkan untuk menembak siapa pun yang memasuki area zona terlarang.
Perintah itu tanpa mempedulikan apakah mereka menimbulkan ancaman, sebuah praktik yang menurutnya mengakibatkan warga sipil tewas di tempat mereka jatuh.
"Kami memiliki wilayah di mana kami berada, dan perintahnya adalah: siapa pun yang masuk ke dalam harus mati," ungkapnya secara anonim kepada Sky News.
"Jika mereka ada di dalam, mereka berbahaya dan Anda harus membunuh mereka. Tidak peduli siapa pun orangnya," ujarnya lagi.
Prajurit muda tersebut mengatakan pasukan membunuh warga sipil secara sewenang-wenang.
Menurutnya, kriteria penembakan terhadap warga sipil berbeda-beda, tergantung pada komandannya.
Prajurit itu menggambarkan keyakinan yang berlaku di antara pasukan, semua warga Gaza adalah teroris, bahkan ketika mereka jelas-jelas warga sipil yang tidak bersenjata.
Persepsi ini, katanya, tidak ditentang dan sering didukung oleh para komandan.
"Mereka tidak benar-benar bicara soal warga sipil yang mungkin datang ke tempat Anda. Seperti saya di jalan Netzarim, dan mereka bilang kalau ada yang datang ke sini, itu artinya dia tahu dia seharusnya tidak ada di sana, dan kalau dia masih datang, itu artinya dia teroris," ujarnya.
"Itulah yang mereka katakan. Tapi saya tidak yakin itu benar. Itu hanya orang miskin, warga sipil yang tidak punya banyak pilihan," terang prajurit itu.
Baca juga: Publik Israel Murka, Smotrich Berjoget di Hari Para Tentara IDF yang Tewas di Beit Hanoun Dikuburkan
Prajurit itu mengatakan dia tidak ingin identitasnya disebutkan karena dia takut dicap sebagai pengkhianat atau dikucilkan oleh komunitasnya.
Meski begitu, ia merasa harus bersuara.
"Saya merasa seperti saya telah mengambil bagian dalam sesuatu yang buruk, dan saya perlu melawannya dengan sesuatu yang baik yang saya lakukan, dengan berbicara, karena saya sangat terganggu dengan apa yang saya ambil dan masih saya ambil bagian, sebagai seorang prajurit dan warga negara di negara ini," katanya.
"Saya pikir perang adalah... hal yang sangat buruk yang terjadi pada kami, dan pada orang Palestina, dan saya pikir ini harus diakhiri," tegasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.