Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Buka KTT ASEAN, PM Anwar Ibrahim Minta Semua Menkeu di Asia Tenggara Bersatu Hadapi Tarif Trump
Anwar juga menyoroti bahwa hambatan perdagangan kini digunakan oleh negara besar seperti AS untuk memberi tekanan dan mengisolasi negara tertentu.
TRIBUNNEWS.COM - Dalam pidatonya di pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN pada Rabu hari ini (9/7/2025), Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim meminta negara-negara di Asia Tenggara bersatau dalam menghadapi perkara tarif timbal balik yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Anwar mengatakan bahwa seluruh Menteri Luar Negeri dan Menteri Ekonomi anggota ASEAN harus bekerja sama erat dalam menghadapi tantangan baru yang muncul tersebut di tengah perubahan peta geopolitik dan ekonomi internasional dunia.
Dikutip dari Astro Awani, Perdana Menteri Malaysia itu mengatakan bahwa ASEAN kini dihadapkan pada realitas baru, di mana hambatan perdagangan seperti tarif digunakan sebagai instrumen untuk persaingan geopolitik.
"Saya, oleh karena itu, menyerukan adanya penjajaran yang lebih erat antara kebijakan luar negeri dan ekonomi ASEAN. Para Menteri Luar Negeri dan Ekonomi kita harus bergerak secara bersamaan dalam menghadapi tantangan-tantangan ini," kata Anwar saat memberikan sambutan pembukaan di sela Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM) ke-58 di Kuala Lumpur.
Anwar juga menyoroti bahwa hambatan perdagangan kini digunakan oleh negara besar seperti AS untuk memberi tekanan dan mengisolasi negara tertentu.
"Alat-alat yang dulu digunakan untuk menciptakan pertumbuhan kini digunakan untuk memberi tekanan, mengisolasi, dan membatasi," ujarnya.
Ia menambahkan, tarif, pembatasan ekspor, dan hambatan investasi kini menjadi instrumen tajam dalam persaingan geopolitik.
Lebih lanjut, Anwar menyatakan bahwa ASEAN harus menghadapi realitas baru ini dengan jelas dan tegas.
"Kita harus membaca peta situasi secara objektif, berbicara dengan koheren, dan bertindak dengan penuh perhitungan," katanya.
"Koherensi kita tidak boleh berakhir pada deklarasi. Harus tertanam dalam institusi, strategi, dan keputusan ekonomi kita," tambahnya.
Anwar menekankan bahwa ASEAN juga harus memperkuat fondasi dengan lebih banyak berdagang dan berinvestasi satu sama lain.
Baca juga: Trump Kirimkan Marco Rubio sebagai Perwakilan AS untuk KTT ASEAN, Isu Tarif Jadi Topik Panas
"Kita juga harus menolak gagasan bahwa dunia dapat dibagi menjadi wilayah pengaruh, dan bahwa keputusan tentang kawasan kita dapat dibuat di tempat lain," ujarnya.
"ASEAN adalah kawasan yang menentukan jalannya sendiri—secara sengaja, koheren, dan bermakna. ASEAN tidak akan diam saja ketika dibicarakan tanpa kehadiran kita," tegas Anwar.
Pidato ini sendiri disampaikan Anwar Ibrahim setelah Donald Trump mengumumkan sejumlah tarif baru pada awal pekan ini.
Dari daftar negara yang mendapatkan "surat cinta" dari Trump, negara-negara anggota ASEAN mendapati sejumlah penyesuaian tarif resiprokal yang baru.
Malaysia dalam pengumuman tersebut dikenai tarif 25 persen dari yang semula hanya 24 persen pada April lalu.
Selain Malaysia, negara ASEAN yang mendapat kiriman surat dari Trump antara lain Indonesia (32 persen), Kamboja (36%), Thailand (36%), Laos (40%) dan Myanmar (40%).
AS Ikut Kirim Delegasi ke KTT ASEAN

Selain dihadiri perwakilan anggota negara-negara di Asia Tenggara, KTT ASEAN ini juga ikut dihadiri oleh delegasi AS.
Pada Selasa (8/7/2025), Trump, pmenetapkan Marco Rubio, Sekretaris Negara AS, sebagai perwakilan pemerintahannya dalam KTT ASEAN kali ini.
Lawatan Marco Rubio ke Kuala Lumpur yang dijadwalkan pada Kamis (10/7/2025) akan menjadi kunjungan pertamanya ke Asia sejak menjabat sebagai Sekretaris Negara AS.
Berdasarkan laporan AFP , kunjungan ini akan fokus pada kebijakan Amerika Serikat di kawasan Asia setelah sebelumnya konsentrasi pemerintahan Trump tertuju pada konflik di Ukraina dan Timur Tengah.
Dalam pernyataannya, juru bicara Departemen Negara AS, Tammy Bruce, menyatakan bahwa kunjungan Rubio bertujuan memperkuat komitmen Amerika Serikat terhadap terwujudnya kawasan Indo-Pasifik yang bebas, terbuka, dan aman. Hal ini sejalan dengan upaya Washington untuk menjaga stabilitas keamanan regional.
Seperti kunjungan pejabat AS lainnya ke Asia, isu Tiongkok akan menjadi bahasan utama dalam agenda Rubio.
Pemerintah AS menyoroti kekhawatiran atas perilaku ekspansif Tiongkok di Laut Cina Selatan, yang dianggap sebagai ancaman bagi perdamaian kawasan.
Pejabat senior Departemen Negara AS yang enggan disebutkan namanya menyatakan bahwa prioritas Rubio adalah memperkuat komitmen Washington terhadap Asia Timur dan Asia Tenggara "sesuai dengan kepentingan Amerika," yang pada akhirnya akan mendorong kemakmuran dan keamanan nasional.
Selain itu, Rubio juga disinyalir mendapat mandat untuk menahan pengaruh Tiongkok yang terus berkembang di kawasan Asia-Pasifik, khususnya Asia Tenggara. Langkah ini mencerminkan strategi AS dalam mengimbangi dominasi ekonomi dan militer Tiongkok di wilayah tersebut
(Tribunnews.com/Bobby)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.