Senin, 29 September 2025

Mengapa banyak anak-anak mengisap vape dan apa bahayanya?

Dr. Ruediger Krech, direktur promosi kesehatan WHO, mengeklaim rokok elektrik sengaja dipasarkan kepada anak-anak melalui media sosial…

BBC Indonesia
Mengapa banyak anak-anak mengisap vape dan apa bahayanya? 

Sejumlah negara telah menetapkan pembatasan terhadap penggunaan rokok elektrik atau yang dikenal dengan vape.

Dengan kemasan berwarna-warni dan sedikitnya 16.000 rasa, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut penggunaan rokok elektrik di kalangan anak-anak dan remaja sudah melampaui orang dewasa di banyak negara.

Negara terbaru yang memperkenalkan pembatasan ini adalah Kerajaan Bersatu (United Kingdom/UK), yang melarang penjualan dan penyediaan vape sekali pakai di seluruh wilayah mulai 1 Juni.

Pemilik toko yang ketahuan melanggar aturan di Inggris bakal diganjar denda tak terbatas, dan hukuman penjara hingga dua tahun untuk pelanggaran berulang.

Pemerintah UK berharap pembatasan akses ke vape sekali pakai akan mengurangi dampak buruknya terhadap lingkungan serta membantu mengendalikan penggunaan vape di kalangan anak-anak.

Seberapa berbahaya 'vaping'?

Penelitian menunjukkan mengisap vape alias vaping jauh lebih aman ketimbang rokok yang mengandung tembakau, tar, dan berbagai bahan kimia beracun lainnya—yang bisa menyebabkan kanker.

Tapi, vaping dapat mengakibatkan kerusakan jangka panjang pada paru-paru, jantung, dan otak.

Beberapa ahli medis merekomendasikannya hanya sebagai "bantuan" bagi orang dewasa yang mencoba berhenti merokok.

Uap dari rokok elektrik juga mengandung sejumlah kecil bahan kimia, yang sering kali termasuk zat adiktif nikotin.

"Vaping bisa menjadi cara yang efektif bagi perokok dewasa untuk berhenti merokok. Tetapi kami selalu menegaskan bahwa anak-anak dan orang dewasa yang bukan perokok tidak boleh melakukan vaping," demikian pernyataan Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial UK.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya dampak vaping, tetapi pada Desember 2023, WHO memperingatkan bahwa "bukti yang mengkhawatirkan" semakin banyak mengenai kerusakan yang ditimbulkan oleh vaping.

Sebuah studi pada 2020 oleh Manchester Metropolitan University di UK menemukan bahwa vaping menyebabkan "dampak yang sama seperti rokok, pada fungsi paru-paru dan fungsi kardiovaskular".

Studi tersebut juga memperingatkan rokok elektrik "dapat secara khusus merangsang penggunaan rokok, terutama pada remaja"—sebuah risiko yang disoroti pula oleh WHO.

Pada Februari 2025, pemerintah UK mengumumkan sebuah proyek penelitian senilai £62 juta (setara Rp1,3 triliun) dengan melacak 100.000 anak berusia delapan hingga 18 tahun selama satu dekade untuk lebih memahami risikonya.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan