Konflik Iran Vs Israel
Presiden Turki Mengutuk Keras Serangan Iran terhadap Pangkalan Udara AS Al Udeid
Soal Iran yang serang pangakalan udara AS Al Udeid, Presiden Turki mengutuk keras hingga nilai langgar kedaulatan wilayah udara Qatar.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengutuk keras serangan Iran terhadap pangkalan utama Amerika Serikat (AS), Pangkalan Udara Al-Udeid.
Raja Qatar dan Recep Tayyip Erdogan telah membicarakan mengenai serangan tersebut.
Melansir dari Al Jazeera, Erdogan menekankan penolakan mutlak negaranya terhadap segala agresi yang mengancam keamanan dan keselamatan.
Erdogan mengutuk keras atas serangan yang dilakukan Iran.
Menurutnya hal tersebut merupakan suatu pelanggaran terhadap kedaulatan wilayah udara Negara Qatar.
Tak hanya itu, serangan tersebut juga menyalahi hukum internasional dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Yang Mulia menekankan penolakan tegas negaranya terhadap setiap agresi yang mengancam keamanan dan keselamatan Negara Qatar dan merusak keamanan dan stabilitas kawasan," seperti dikutip dari The Peninsula.
Sementara Presiden Turki juga memuji Qatar yang ikut memfasilitasi perjanjian gencatan senjata antara Iran dan Israel.
Diketahui, gencatan senjata Iran-Israel telah diumumkan, Senin (23/6/2025) waktu setempat.
Perang Iran-Israel memuncak ketika AS meluncurkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Namun setelah itu, Iran kemudian membalas dengan menembakkan rudal ke pangkalan AS, Al Udeid, Qatar.
Baca juga: Iran Beralih Operasi Internal setelah Perang 12 Hari, Fokus di Wilayah Kurdi
Di sisi lain, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Sayyed Ali Khamenei telah buka suara soal kemenangan negaranya atas Israel.
Melalui pidatonya dalam PressTV, Ayatollah Sayyed Ali Khamenei menyinggung Amerika yang sempat menyerang fasilitas siklus nuklir.
Khamenei menyebut AS tak mendapatkan untung apapun dengan adanya perang tersebut.
Menurutnya, bahwa serangan dari AS gagal mencapai sesuatu yang diinginkan.
Ia menilai Presiden AS ingin menutupi kegagalannya dengan membesar-besarkan kejadian.
Trump Ultimatum Iran
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump melayangkan ultimatum keras kepada Iran, ancam akan kembali serang Teheran jika negara itu mencoba menghidupkan program pengayaan uranium.
Pernyataan tersebut disampaikan Trump saat menghadiri konferensi pers seusai KTT NATO di Belanda, Rabu (25/6/2025).
"Kami telah menghantam fasilitas nuklir Iran sebelumnya. Jika mereka coba lagi, kami akan lakukan hal yang sama bahkan lebih dari itu," ujar Trump, dilansir Reuters.
Ancaman ini menjadi sinyal jelas bahwa Washington tidak akan memberi ruang bagi Iran mengaktifkan kembali ambisi nuklirnya, setelah sebelumnya AS sempat melayangkan serangan ke 3 fasilitas nuklir Iran.
"Hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah memperkaya apa pun saat ini,” tegas Trump
"Mereka tidak akan memiliki bom dan mereka tidak akan memperkaya. Saya pikir kita akan berakhir dengan hubungan yang agak mirip dengan Iran," tambahnya.
Baca juga: Kekhawatiran China atas Konflik Iran-Israel, Pakar Soroti Harga Minyak Dunia
Meski perang terbuka antara Amerika Serikat dan Iran sudah mereda, dan kedua pihak telah menyepakati gencatan senjata, akan tetapi Presiden Trump mengaku masih sangat mencurigai aktivitas nuklir Iran.
Ia menilai bahwa gencatan senjata hanyalah penghentian tembak-menembak, namun tidak otomatis menghentikan ambisi nuklir Iran di balik layar.
Bahkan setelah serangan AS sebelumnya menghantam tiga situs penting yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan intelijen AS menyebutkan cadangan uranium Iran belum dimusnahkan sepenuhnya.
(Tribunnews.com/Ifan/Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.