Sabtu, 4 Oktober 2025

Pendeta di AS Tewas usai Dibunuh dengan Cara Disalib, Pelaku Anggap sebagai Misi Spiritual

Seorang ekstrimis Zionis membunuh pendeta di AS dengan cara disalib. Dia mengaku tindakannya itu sebagai misi spiritual.

Kolase Tribunnews.com/Tangkapan layar dari Foxnews dan The Independent
PENDETA DISALIB - Seorang ekstrimis Zionis, Adam Christopher Sheafe (kanan), membunuh seorang pendeta di Arizona, Amerika Serikat (AS) bernama Bill Schonemann (76) dengan cara disalib. Sheafe mengaku pembunuhan itu sebagai misi spritiualnya. Bahkan, dia turut menargetkan 14 pemimpin agama lain untuk dibunuh seperti Bill. Sementara, kasus pembunuhan terhadap Bill ini terjadi pada 28 April 2025 lalu. 

TRIBUNNEWS.COM - Pendeta di Arizona, Amerika Serikat (AS), Bill Schonemann (76) dibunuh oleh seorang ekstrimis Zionis bernama Adam Christopher Sheafe (51).

Dikutip dari Foxnews, Sheafe mengakui perbuatannya kejinya tersebut. Bahkan, dia juga mengungkapkan telah merencanakan membunuh Bill dengan cara disalib.

Dia mengatakan sudah mengincar Bill untuk dibunuh dengan terlebih dahulu membuntuti korban.

"Saya melihat bahwa dia menggelar pendalaman Alkitab pada hari Rabu malam, jadi saya duduk di sana dan menunggu mereka tiba."

"Sehingga saya bisa menemukan mana yang menjadi pendeta, dan kemudian saya mengikutinya. Dan kemudian saya kembali pada hari Minggu untuk mengeksekusi dan menyalibkannya ke tembok," jelasnya.

Menurutnya, cara yang digunakan tersebut adalah bagian dari misi spiritual yang dipercayanya bernama "Operasi Perintah Pertama".

Dalam sebuah wawancara pada Kamis (26/6/2025), Sheafe menyebut ritual itu dalam rangka menghukum para pemimpin agama yang dia yakini telah menipu para pengikutnya.

Baca juga: Anak Deputi Sheriff Lakukan Penembakan Massal di Universitas Florida, 2 Orang Tewas, 6 Terluka

Dia juga mempercayai bahwa gereja-gereja Kristen telah menyesatkan para jemaatnya dengan mendorong agar mengikuti Yesus Kristus. Sheafe menganggap Yesus Kristus adalah Tuhan palsu.

Bahkan, Sheafe mengaku belum puas dengan membunuh pendeta Bill. Dia mengaku sudah merencanakan untuk membunuh 14 pemimpin agama lainnya.

Hal itu dibuktikan dengan Sheafe langsung pergi ke daerah Sedona untuk berencana membunuh dua pemimpin agama lainnya.

Namun belum sampai di lokasi, Sheafe mengalami kecelakaan dan mobilnya yang merupakan mobil curian ditinggal olehnya dan ditemukan polisi.

Akhirnya, dia ditangkap setelah polisi menemukan barang bukti di dalam mobil tersebut dan berkaitan dengan tewasnya Bill.

Dia akhirnya ditangkap beberapa hari kemudian, dalam sebuah perburuan yang terkait dengan serangkaian perampokan. 

Seandainya tidak tertangkap, Sheafe mengatakan berencana untuk melanjutkan aksi pembunuhannya secara nasional.

“Dari sana, Las Vegas, Nevada; Portland, Oregon; Seattle, Washington; Billings, Montana; Detroit, Michigan; New York, New York; Charlotte, North Carolina; Mobile, Alabama; Beaumont, Texas, dan El Paso, Texas,” katanya, dikutip dari The Independent.

Pascaditangkap, dia juga ingin agar segera dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi.

"Jatuhi saya hukuman mati. Tetapkan tanggal eksekusi sekarang juga. Para korban menginginkannya, keluarga korban menginginkannya dan saya menginginkannya," tegasnya.

Meski melakukan pembunuhan, Sheafe mempercayai bahwa Tuhan akan mengampuni perbuatannya tersebut.

 "Tentu saja Dia akan mengampuni dosa-dosa saya. Dia adalah Allah yang pengampun dan Allah yang penuh kasih," bebernya.

Sheafe telah didakwa dengan pembunuhan tingkat pertama setelah membunuh Bill. Kini, dia ditahan di Penjana Coconino County.

Kronologi Penemuan Jasad Korban

Di sisi lain, kasus tewasnya Bill dengan cara dibunuh terjadi pada 28 April 2025 lalu.

Dikutip dari Newsweek, Bill ditemukan tewas di tempat tidurnya dengan tangan membentang lebar dan tertancap paku di tangannya.

Setelah itu, tewasnya Bill akibat dibunuh oleh seseorang.

Tetangga Bill, Mike Anders, tidak percaya bahwa pimpinan gereja Kristen tersebut tewas dengan cara yang tragis.

"Maksud saya, kami mengunci pintu kami tadi malam. Itu hanya sesuatu yang tidak biasa kami lakukan. Semua orang hanya, sampai kita tahu apa yang terjadi, kita tidak tahu apakah itu anggota keluarga, atau, kita tidak tahu apa, siapa yang tega melakukan ini padanya," kata Anders.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved