Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

5 Petaka Jika Iran Menutup Selat Hormuz: Minyak Melonjak, Ekonomi Dunia Terguncang

5 dampak mengerikan yang bisa terjadi jika Iran benar-benar menutup Selat Hormuz, mulai dari harga minyak naik hingga perdagangan dunia terganggu

Google Maps
SELAT HORMUZ - Tangkapan layar Google Maps, Minggu (15/6/2025) memperlihatkan Selat Hormuz (lingkaran merah), jalur air energi terpenting di dunia yang terletak di antara Oman dan Iran. Berikut 5 dampak mengerikan yang bisa terjadi jika Iran benar-benar menutup Selat Hormuz, mulai dari harga minyak naik hingga perdagangan dunia terganggu 

Jika penutupan benar-benar terjadi, analis memperkirakan harga minyak bisa tembus 150 dolar AS per barel.

2. Kelumpuhan Pasokan Energi ke Asia dan Eropa

Jika Selat Hormuz ditutup, negara-negara di Asia dan Eropa bisa terkena krisis energi besar-besaran.

Bencana ini dapat terjadi lantaran negara-negara besar pengimpor minyak seperti Cina, Jepang, Korea Selatan, dan India sangat bergantung pada pasokan dari Teluk melalui Selat Hormuz.

Eropa pun sebagian mendapatkan LNG (gas alam cair) dari Qatar via selat ini.

Jika jalur ini diblokade, pasokan energi ke kawasan Asia dan sebagian Eropa akan terganggu, memaksa negara-negara untuk mencari sumber energi alternatif dengan biaya lebih tinggi.

Industri-industri energi tinggi akan terpukul, menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

3. Picu Ketidakpastian dan Ketakutan Pasar

Penutupan Selat Hormuz oleh Iran bukan hanya sekadar isu regional, tapi dapat memicu gelombang ketidakpastian dan ketakutan besar di pasar global.

Mengingat selat ini merupakan jalur strategis untuk pengiriman sekitar 20 persen minyak mentah dunia, dan setiap ancaman terhadap kelancarannya langsung mempengaruhi harga minyak, kepercayaan investor, serta stabilitas ekonomi internasional.

Ketika ada ancaman penutupan atau konflik militer di sekitar kawasan itu, para pelaku pasar cenderung mengambil sikap agresif dengan menjual saham berisiko serta memindahkan aset ke tempat yang dianggap aman seperti emas atau dolar AS.

Langkah ini disebut sebagai “flight to safety”, atau pelarian modal ke instrumen yang lebih aman karena kekhawatiran terhadap ketidakpastian.

Namun upaya tersebut nyatanya bisa menurunkan pendapatan perusahaan, yang berarti nilai saham bisa turun tajam.

Membuat pasar panik hingga pasar saham Asia dan Eropa ikut melemah, dan nilai tukar mata uang di negara berkembang tertekan karena arus keluar modal.

4. Memicu Peningkatan Tensi Perang dan Risiko Perang Regional

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved