Jumat, 3 Oktober 2025

Konflik Iran Vs Israel

Warga China Baoxia Liu Jadi Buron FBI, Diduga Suplai Senjata ke Iran demi Dukung Perang

Baoxia Liu, menjadi buron paling dicari oleh FBI lantaran diduga sebagai aktor utama dalam jaringan penyelundupan teknologi pertahanan dari AS ke Iran

Tangkapan dari siaran resmi laman FBI
BURONAN FBI - Warga negara China bernama Baoxia Liu, menjadi buron paling dicari oleh Biro Investigasi Federal Amerika Seikat (FBI) lantaran diduga sebagai aktor utama dalam jaringan penyelundupan teknologi pertahanan dari AS ke Iran. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang warga negara China bernama Baoxia Liu, juga dikenal sebagai Emily Liu, kini menjadi buron paling dicari oleh Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI).

Mengutip situs resmi FBI, Baoxia Liu alias Emily Liu masuk daftar hitam lantaran diduga sebagai aktor utama dalam jaringan penyelundupan teknologi pertahanan dari AS ke Iran.

Liu dituduh memasok teknologi pertahanan dari AS ke Iran, yang sebagian besar digunakan oleh Garda Revolusi Iran (IRGC) dalam konflik bersenjata, termasuk dalam ketegangan militer yang meningkat dengan Israel.

Adapun barang-barang yang diselundupkan mencakup ribuan komponen elektronik yang dapat digunakan dalam produksi drone, rudal balistik, dan senjata militer lainnya

Dalam menjalankan misinya Baoxia Liu tak sendiri, FBI mengungkap bahwa Baoxia bekerja sama dengan tiga orang lainnya yakni Li Yongxin (Emma Lee), Yung Yiu Wa (Stephen Yung), dan Zhong Yanlai (Sydney Chung).

Keempat orang ini tergabung dalam jaringan perusahaan cangkang yang digunakan untuk membeli, memalsukan dokumen, dan menyalurkan komponen teknologi canggih dari AS ke Iran, melewati larangan ekspor dan sanksi internasional.

Modus Operasi: dari Pasar Gelap ke Gudang Senjata Iran

Menurut Departemen Kehakiman AS, sejak tahun 2007 hingga setidaknya 2020, Baoxia Liu menjalankan operasi penyelundupan lintas negara melalui perusahaan-perusahaan palsu berbasis di Hong Kong dan Tiongkok.

Teknologi dan komponen militer seperti sensor gyroskopik, microchip, prosesor komunikasi, dan modul navigasi dibeli dari vendor resmi Amerika, namun dengan tujuan akhir yang disembunyikan.

Barang-barang itu seharusnya dikirim ke “perusahaan teknologi sipil” di Asia.

Akan tetapi kenyataannya diarahkan ke perusahaan Iran yang terkait langsung dengan Kementerian Pertahanan dan IRGC.

Baca juga: Rudal Iran Bombardir Tel Aviv dan Ramat Gan, Sekitar 20 Rudal Juga Ditembakkan ke Haifa dan Al-Naqab

“Liu dan rekan-rekannya diduga memalsukan identitas penerima akhir komponen, sehingga barang-barang tersebut seolah-olah dikirim ke China padahal ditujukan untuk Iran,” kata Departemen Luar Negeri AS dalam pernyataannya.

Sesampainya di Iran, barang-barang ilegal ini diterima oleh entitas yang terafiliasi dengan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) yakni Shiraz Electronics Industries (SEI) dan Rayan Roshd Afzar.

Adapun komponen ilegal yang diterima dua entitas tersebut disinyalir digunakan untuk membangun sistem rudal balistik jarak menengah, drone tempur (termasuk Shahed dan Mohajer) serta teknologi panduan presisi tinggi untuk artileri dan misil untuk memperkuat pertahanan Iran.

Penyelundupan ini memperlihatkan celah besar dalam pengawasan ekspor militer global dan bagaimana aktor negara seperti Iran memanfaatkan jaringan front company dan pasar gelap internasional untuk mendapatkan teknologi yang seharusnya dilindungi.

Iran, yang selama ini terkena sanksi ketat, terbukti tetap mampu memperkuat militernya teknologi terselubung seperti ini.

AS Gelar Sayembara, Beri Imbalan 15 Juta Dolar AS

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved