Senin, 6 Oktober 2025

Kecanggihan Radar JY-27V Milik Tiongkok, Diklaim Bisa Mendeteksi Jet Tempur Siluman F-22 dan F-35

Pada tanggal 20 Mei 2025, Tiongkok mengungkapkan sistem radar militer baru, JY-27V, yang diklaim media pemerintahnya dapat mendeteksi pesawat siluman

Editor: Muhammad Barir
Istimewa
Pesawat tempur Jepang F-35A. Pada tanggal 20 Mei 2025, Tiongkok mengungkapkan sistem radar militer baru, JY-27V, yang diklaim media pemerintahnya dapat mendeteksi pesawat tempur siluman generasi kelima Amerika seperti F-22 Raptor dan F-35 Lightning II. 


China telah menggunakan sistem radar serupa, seperti YLC-8E dan SLC-7, pada pameran baru-baru ini, yang memamerkan portofolio teknologi anti-siluman yang terus berkembang. Kemampuan JY-27V untuk berintegrasi dengan sensor dan jaringan pertahanan udara lainnya dapat meningkatkan kewaspadaan situasional China, yang berpotensi memaksa pasukan AS untuk menyesuaikan taktik mereka.

Misalnya, pesawat siluman mungkin perlu lebih mengandalkan peperangan elektronik, profil penerbangan ketinggian rendah, atau senjata jarak jauh untuk menghindari deteksi, yang masing-masing menimbulkan konsekuensi operasional seperti peningkatan konsumsi bahan bakar atau berkurangnya fleksibilitas misi.

Secara historis, klaim kemampuan radar anti-siluman bukanlah hal baru. Pada tahun 2016, Tiongkok menyatakan bahwa radar JY-26 miliknya melacak F-22 di atas Korea Selatan, sebuah klaim yang ditanggapi skeptis karena kurangnya verifikasi independen.

Demikian pula, Rusia telah mengembangkan sistem VHF seperti 55Zh6U Nebo-U, yang juga mengklaim dapat mendeteksi pesawat siluman tetapi kesulitan dengan resolusi rendah, sehingga sulit menyediakan lintasan berkualitas senjata. JY-27V tampaknya mengatasi beberapa keterbatasan ini melalui antena AESA-nya, yang menawarkan akurasi dan ketahanan yang lebih baik terhadap gangguan dibandingkan dengan array yang dipindai secara mekanis yang lebih lama.


Namun, para ahli mengingatkan bahwa mendeteksi pesawat siluman hanyalah sebagian dari tantangannya; mengarahkan rudal untuk mengenai sasaran yang bergerak cepat dan sulit diamati memerlukan koordinasi yang tepat antara radar dan sistem kendali tembakan, suatu kemampuan yang masih belum terbukti dalam skenario dunia nyata.

Pengembangan JY-27V oleh Tiongkok mencerminkan persaingan global yang lebih luas untuk melawan teknologi siluman. Rusia, misalnya, telah berinvestasi dalam sistem seperti Nebo-M, yang menggabungkan radar VHF, UHF, dan frekuensi yang lebih tinggi untuk menciptakan jaringan deteksi berlapis.


Sistem ini bertujuan untuk mengeksploitasi kelemahan bawaan desain siluman, yang kurang efektif terhadap radar dengan panjang gelombang yang lebih panjang. Sebagai tanggapan, AS telah melakukan tindakan balasan, termasuk sistem peperangan elektronik canggih seperti Next Generation Jammer pada EA-18G Growler, yang dirancang untuk mengganggu sinyal radar musuh.


Program Dominasi Udara Generasi Berikutnya [NGAD] Angkatan Udara AS juga berupaya mengintegrasikan material dan teknologi baru untuk mempertahankan keunggulan siluman, yang menunjukkan bahwa persaingan teknologi tetap dinamis.

Peluncuran JY-27V dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan regional. Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah memperluas kehadiran militernya di Laut Cina Selatan, dengan mengerahkan aset ke pulau-pulau yang dimiliterisasi seperti Fiery Cross Reef dan Subi Reef. Pos-pos terdepan ini sering kali menjadi tempat radar dan sistem rudal canggih, yang menjadi bagian dari jaringan pertahanan terpadu.

Potensi ekspor radar ke sekutu seperti Pakistan, yang telah menggunakan senjata yang dipasok China seperti rudal udara-ke-udara PL-15 dalam ketegangan dengan India, dapat membentuk kembali dinamika kekuatan regional.

Misalnya, selama pertempuran India-Pakistan tahun 2019 menyusul serangan udara Balakot, jet Angkatan Udara India menghadapi sistem pertahanan udara buatan China yang dioperasikan oleh Pakistan, yang menyoroti semakin besarnya pengaruh teknologi militer China dalam konflik regional.


Riwayat operasional sistem serupa memberikan konteks untuk mengevaluasi dampak potensial JY-27V. Pada tahun 2019, F-35 Israel dilaporkan menghancurkan radar JY-27 buatan China di Suriah, memanfaatkan kerentanannya terhadap serangan ketinggian rendah dan celah dalam sistem pertahanan udara terpadu Suriah [IADS].

Insiden ini menggarisbawahi keterbatasan sistem radar mandiri, bahkan yang dirancang untuk peran anti-siluman. Pertahanan udara yang efektif memerlukan jaringan sensor, sistem komando dan kendali, serta pencegat yang kuat, area di mana Tiongkok telah membuat langkah maju yang signifikan tetapi masih tertinggal dari AS dalam hal integrasi dan pengalaman operasional.

Kemampuan JY-27V untuk melipat dan berpindah dalam waktu sepuluh menit, seperti dilansir Global Times, meningkatkan kemampuan bertahannya, tetapi tetap menjadi target bernilai tinggi bagi pasukan AS dan sekutu yang dilengkapi dengan rudal anti-radiasi seperti AGM-88 HARM.

Fokus Tiongkok pada radar anti-siluman sejalan dengan upaya modernisasi militernya yang lebih luas. Pada bulan Maret 2025, Tiongkok mengumumkan peningkatan anggaran pertahanan sebesar 7,2 persen, dengan memprioritaskan teknologi canggih untuk menutup kesenjangan dengan AS.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved