Harga Beras di Jepang Bakal Turun hingga Separuh pada Juni 2025
Koizumi menjelaskan bahwa pemerintah akan mengubah mekanisme pelepasan stok beras dari sistem lelang terbuka menjadi kontrak sukarela
Editor:
Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Harga beras di Jepang diprediksi akan turun hingga setengah dari harga saat ini pada Juni 2025 mendatang.
Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Pertanian Jepang, Shinjiro Koizumi, yang menyebut dirinya sebagai “Menteri Beras”, dalam keterangan pers, Jumat (23/5/2025) pagi waktu setempat.
Koizumi menjelaskan bahwa pemerintah akan mengubah mekanisme pelepasan stok beras dari sistem lelang terbuka menjadi kontrak sukarela (diskresioner). Prosedur untuk skema baru ini akan dimulai awal pekan depan.
“Pemerintah akan menetapkan harga beras yang ditimbun dan menjualnya ke berbagai vendor dengan harga lebih murah. Mulai awal Juni, harga beras 5 kg akan tersedia di kisaran 2.000 yen di berbagai supermarket dan toko ritel lainnya,” kata Koizumi.
Baca juga: Menteri Pertanian Jepang Mundur Gegara Omongan Tak Perlu Beli Beras
Produksi Beras Meningkat, Distribusi Dirombak
Koizumi juga memproyeksikan produksi beras pada tahun 2025 akan mencapai 7,19 juta ton, meningkat 400.000 ton dari produksi tahun sebelumnya.
Ini akan menjadi lonjakan produksi terbesar dalam lima tahun terakhir dan peningkatan paling signifikan sejak survei dimulai pada 2004.
“Saya harap masyarakat dapat memahami bahwa pasokan beras akan melimpah setelah musim panen musim gugur, dan kekhawatiran soal kelangkaan beras akan teratasi,” ujarnya.
Meski demikian, ia menyoroti sistem distribusi beras saat ini yang dinilainya rumit dan membingungkan dibandingkan dengan bahan pangan lainnya.
Pernyataan ini muncul dalam diskusinya dengan Toru Tamagawa, mantan karyawan TV Asahi yang kini menjadi komentator tetap di salah satu program televisi.
Tamagawa menyoroti bahwa kebijakan pertanian Jepang selama ini lebih fokus mengurangi produksi dan menjaga harga tinggi untuk melindungi petani.
Namun, hasilnya justru kontraproduktif: konsumen harus membeli beras mahal, jumlah petani terus menurun, dan mayoritas petani saat ini sudah berusia lanjut.
“Apa yang perlu kita lindungi di Jepang adalah produksi beras itu sendiri. Jadi bagaimana kebijakan pertanian akan diubah agar tetap melindungi produksi ini?” tanya Tamagawa.
Reformasi Sistem Distribusi dan Harga Eceran
Menanggapi pertanyaan tersebut, Koizumi mengakui bahwa usia rata-rata petani padi kini mencapai 69 tahun — situasi yang menurutnya cukup serius.
Sanae Takaichi Berpeluang Jadi Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang |
![]() |
---|
Menelan Rekor Rossi, Marquez Tulis Ulang Sejarah Sisa Balapan saat Juara Dunia MotoGP 2025 di Motegi |
![]() |
---|
Daftar Tim Lolos 16 Besar Kejuaraan Dunia Voli Putra 2025: Turki Perintis, Kejutan Jepang Tersingkir |
![]() |
---|
700 Poin Marc Marquez di MotoGP 2025 Bukan Mission Impossible, Pecahkan Rekor Pribadi 11 Tahun |
![]() |
---|
Jadwal MotoGP Jepang 2025: Panggung Marc Marquez Segel Gelar Juara Dunia MotoGP ke-7 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.