Selasa, 7 Oktober 2025

Menteri Pertanian Jepang Mundur Gegara Omongan 'Tak Perlu Beli Beras'

Skandal Eto ini beresiko menggoyahkan posisi partai LDP menjelang pemilihan umum nasional pada Juli mendatang.

NHK
MUNDUR - Menteri Pertanian Kehutanan dan Perikanan Jepang, Taku Eto (59). Dia memutuskan mengundurkan diri setelah Eto melontarkan pernyataan kontroversial kalau dia "tidak perlu membeli beras" karena mendapatkan beras dari para pendukungnya. 

Sebagai pengganti Eto, Perdana Menteri Ishiba menunjuk Shinjiro Koizumi.

Ia merupakan mantan Menteri Lingkungan Hidup dan putra dari mantan Perdana Menteri.

Koizumi memiliki pengalaman dalam kebijakan pertanian dan perikanan, ia juga dikenal karena semangatnya untuk reformasi.

Koizumi mengatakan kepada awak media bahwa Ishiba menginstruksikannya untuk melakukan segala cara guna menstabilkan pasokan dan harga beras untuk mengatasi kekhawatiran konsumen.

"Saya diberitahu untuk mendahulukan beras daripada yang lain," ujar Koizumi kepada wartawan.

"Pada masa sulit ini, saya akan melakukan yang terbaik untuk dengan cepat mengatasi harga beras yang tinggi yang dirasakan dan dikhawatirkan orang-orang dalam kehidupan sehari-hari,” lanjutnya.

Koizumi kemudian berbagi kekhawatirannya kepada rakyat mengenai lonjakan harga beras dan mengungkapkan kalau dirinya terkadang memberi makan anak-anaknya nasi instan kemasan.

Krisis Beras di Jepang

Pemerintah Jepang berusaha menstabilkan harga beras dengan mengeluarkan berton-ton stok beras dari cadangan darurat.

Namun, data dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa langkah ini tampaknya tidak efektif.

Beberapa supermarket bahkan mulai menjual beras impor yang lebih murah.

Ishiba menduga bahwa lonjakan harga beras "bukan masalah sementara tetapi masalah struktural”.

Ishiba, yang juga mantan menteri pertanian, mengatakan dia ingin memperkuat ketahanan pangan dan swasembada Jepang.

Ia telah mengusulkan reformasi pertanian, seperti peningkatan produksi beras dan kemungkinan untuk mengekspornya.

Namun, para kritikus mendesaknya untuk mengatasi masalah beras yang sedang berlangsung terlebih dahulu.

"Mungkin tidak mudah untuk menemukan jawaban," katanya, ia lalu menegaskan kembali komitmennya untuk semaksimal mungkin meringankan kesulitan konsumen dan mereformasi kebijakan beras.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved