Perusahaan China Patenkan Teknologi AI yang Bisa Terjemahkan Bahasa Kucing
Mimpi pecinta kucing segera menjadi kenyataan, China sedang mengembangkan sistem AI penerjemah bahasa hewan.
TRIBUNNEWS.COM – Perusahaan teknologi asal China, Baidu, tengah mengembangkan sistem penerjemahan berbasis kecerdasan buatan (AI) yang diklaim mampu memecahkan misteri bahasa hewan, terutama kucing dan anjing.
Seperti dilaporkan Reuters, Baidu telah mengajukan paten ke Administrasi Kekayaan Intelektual Nasional China untuk sistem berbasis AI yang dirancang guna menerjemahkan suara hewan.
Namun, apakah sistem ini nantinya benar-benar mampu mengartikan gonggongan anjing atau suara meongan kucing, masih belum dapat dipastikan.
Meskipun penelitian tentang hal ini telah berlangsung selama bertahun-tahun, para ilmuwan masih belum benar-benar mampu memahami cara hewan berkomunikasi.
Baidu berharap teknologi ini dapat mendekatkan manusia dengan hewan peliharaan mereka.
Dalam dokumen paten yang diajukan, Baidu menyebutkan bahwa sistem tersebut memungkinkan terjalinnya komunikasi dan pemahaman emosional yang lebih dalam antara hewan dan manusia, sehingga meningkatkan akurasi serta efisiensi komunikasi antarspesies.
Seorang juru bicara Baidu mengatakan kepada Reuters bahwa sistem ini masih berada dalam tahap penelitian, yang berarti masih banyak pekerjaan penting yang harus dilakukan.
Namun, Baidu mengklaim telah mencatat kemajuan yang signifikan.

Perusahaan yang juga mengelola mesin pencari terbesar di China itu memang telah berinvestasi dalam teknologi AI selama bertahun-tahun, dan bahkan merilis model AI terbarunya pada bulan lalu.
Baidu bukan satu-satunya pihak yang berusaha memecahkan kode komunikasi hewan menggunakan AI.
Sebagai contoh, Earth Species Project, sebuah lembaga nirlaba yang berbasis di California, tengah mengembangkan sistem AI untuk menerjemahkan suara burung, siulan lumba-lumba, dan auman gajah.
Baca juga: 5 Hal Penting Sebelum Adopsi Kucing untuk Pemula
Lembaga nirlaba lain yang terkait, NatureLM, baru-baru ini menerima hibah sebesar 17 juta dolar AS untuk mengembangkan model bahasa yang dapat mengidentifikasi pola komunikasi antarhewan.
Peneliti juga telah mencoba menggunakan teknologi pembelajaran mesin untuk memahami vokalisasi burung gagak dan monyet.
Meski alat penerjemah langsung untuk hewan kemungkinan masih memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum benar-benar tersedia, beberapa ilmuwan mengklaim telah mencatat keberhasilan awal.
Tahun lalu, tim ilmuwan dari SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence) mengklaim berhasil “berkomunikasi” dengan seekor paus bungkuk di Alaska.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.