Sabtu, 4 Oktober 2025

Konflik India dan Pakistan

Lagi Naik Daun Jadi 'Rafale Killer', Benarkah Jet Tempur J-10C China Dibuat Dengan Bantuan Israel?

Jet tempur Pakistan buatan China ini lagi naik daun setelah disebut-sebut mampu menembak jatuh sejumlah jet Rafale India dalam pertempuran udara

DSA/Tangkap Layar
NAIK DAUN - Jet tempur J-10C milik Pakistan yang tengah naik daun lantaran dilaporkan menembak jatuh jet Rafale India buatan Perancis. J-10 adalah jet buatan China yang disebut-sebut dibantu Israel secara teknis dalam pengembangannya. 

LAVI adalah proyek pesawat tempur ringan Israel yang dirancang untuk bersaing dengan pesawat F-16 "Fighting Falcon" milik Lockheed Martin.

Akan tetapi, Washington menghentikan pendanaan proyek tersebut karena khawatir akan bersaing dengan pasar ekspor jet tempur Amerika.

Laporan mengklaim bahwa Israel telah diam-diam berbagi informasi teknologi pesawat LAVI dengan China.
 
Ini termasuk teknologi avionik, material komposit, dan sistem kontrol penerbangan yang juga digunakan dalam jet tempur AS.

Salah satu bukti utama pengaruh Israel pada J-10 adalah desain “canard-delta” yang sangat mirip dengan LAVI.

Pesawat tempur Lavi buatan Israel.
BERBAGI KE CHINA - Pesawat tempur Lavi buatan Israel. Jet ini disebut-sebut sebagai cikal bakal Jet modern JF-10 yang dikembangkan China berkat bantuan teknis Israel.

Namun, ada beberapa perbedaan signifikan antara kedua pesawat ini, seperti ukuran dan konfigurasi sayap yang dimodifikasi.
Selain pengembangan J-10, laporan juga menyatakan bahwa Israel dan China telah menjalin kerja sama dalam teknologi persenjataan.

Pada tahun 1989, perusahaan China, Xian Aircraft Corporation, mengembangkan rudal udara-ke-udara “PL-8”, yang dikatakan sebagai varian dari rudal “Python-3” Israel.

Hingga hari ini, PL-8 masih digunakan oleh Angkatan Udara China, membuktikan efektivitas teknologi Israel dalam sistem persenjataan China.
 
Israel juga diduga telah membantu China dalam transfer teknologi radar Doppler E/LM-2035 dan sistem navigasi inersia "Tamam", varian yang masih digunakan oleh pesawat J-8 dan J-10.

Pada tahun 1980-an, perusahaan pertahanan Barat termasuk dari Amerika Serikat dan Eropa berbagi banyak teknologi dengan China sebagai bagian dari strategi untuk membendung pengaruh Uni Soviet.

Kerja sama ini membantu China memperoleh akses ke teknologi pertahanan modern, termasuk mesin pesawat terbang dan sistem avionik canggih.

Namun hubungan pertahanan ini terputus setelah tragedi Tiananmen tahun 1989, ketika negara-negara Barat menjatuhkan sanksi militer terhadap Beijing.

Meskipun sanksi telah memengaruhi pengembangan militer China, Beijing terus mencari sumber teknologi pertahanan alternatif.

Israel, yang memiliki keahlian tinggi dalam pengembangan senjata dan sistem avionik, diyakini menjadi salah satu mitra utama dalam upaya tersebut.

Pengembangan pesawat J-10 menandai era baru dalam kemampuan China untuk memproduksi pesawat tempurnya sendiri.

Meskipun ada klaim bahwa keberhasilan ini sebagian dibantu oleh berbagi teknologi dengan Israel, Tiongkok telah berhasil mengembangkan industri pertahanannya hingga ke titik di mana ia kini mampu memproduksi pesawat generasi kelima seperti J-20 Mighty Dragon.

Terlepas dari apakah bantuan teknis Israel benar-benar memainkan peran utama dalam pengembangan J-10, hal itu tetap menjadi salah satu kisah menarik dalam sejarah evolusi militer Tiongkok yang berkembang pesat.

 

(oln/dsa/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved